Berita UMKM

Tikar Purun Pedamaran Sumber Tambahan Penghasilan Rumah Tangga hingga Menjaga Warisan Leluhur

Sudah berpuluh-puluh tahun aktivitas menganyam tikar purun digeluti masyarakat Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan Sumsel

Penulis: Nando Davinchi | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Nando Davinchi
Salah satu pengrajin, Ernaini (59) warga Desa Lebuh Rarak saat membuat tikar purun yang menjadi mata pencaharian warga sekitar, beberapa waktu lalu. 

Meskipun penjualan masih stabil, beberapa waktu terakhir Ernaini mengaku kesulitan mendapatkan bahan baku purun kering.

"Sekitar puluhan orang pengrajin di sini memperoleh bahan baku purun dari Lebak gembalan di daerah sepucuk, Kecamatan Pedamaran Timur. Di saat memasuki musim kemarau seperti ini air rawa di sana menjadi surut dan perahu tidak dapat menjangkau lokasi," jelasnya.

Dengan begitu, warga sekitar menjadi kesulitan peroleh bahan baku utama pembuatan kerajinan dan tikar yang dihasilkan semakin sedikit.

"Sudah beberapa hari ini tidak ada lagi yang jual purun kering lagi,  sementara persediaan kami semakin menipis. Kemungkinan keadaan ini akan bertahan hingga 2-3 bulan ke depan," jelasnya menyayangkan situasi terjadi ketika pesanan sedang ramai.

Dijelaskan untuk proses pembuatan tikar cukup panjang mulai dari mengambil purun dari lahan gambut atau rawa, dengan cara dicabut dan di bidas atau diikat.

"Setelah diambil lalu di ikat menjadi ikatan bidas (bulat) dan dikirim melalui sungai kecil ke desa-desa di Pedamaran, dengan menggunakan perahu ketek yang menarik bidas-bidas itu dengan cara dihanyutkan," jelasnya.

Proses selanjutnya, purun dikeringkan selama 2 hari dan kemudian dipipihkan dengan cara ditumbuk sekitar 3 jam dengan kayu antan (alat penumbuk) sampai purun menjadi halus agar mudah dianyam.

Kemudian untuk tikar yang memiliki motif, pembuatan sesuai warna dan teknik anyaman. Terdapat pewarnaan khusus yang diperoleh dari warna tekstil.

"Purun direbus ke dalam panci berisi air yang sudah dicampur dengan pewarna tambahan. Direbus lalu diwarnai dengan variasi warna seperti hijau, merah,  kuning atau biru lalu dijemur," tutupnya. 

 

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved