Tukang Tato di BKB Peras Pelanggan
Respon Pj Walikota Palembang Usai Viral Pengunjung BKB Hapus Tato Diminta Rp 400 Ribu
dinarasikan bahwa biaya awal untuk menghapus tato Rp 28 ribu namun setelah tato selesai dihapus pelanggan ditagih biaya Rp 400 ribu.
Penulis: Hartati | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Pj Walikota Palembang A Damenta ikut menanggapi viralnya video pengunjung Benteng Kuto Besak (BKB) yang diminta Rp 400 ribu setelah menghapus tato.
Sebelumnya, wisata Palembang kembali heboh karena belum lama ini, viral video pengunjung Benteng Kuto Besak (BKB) cek cok dengan pembuat tato karena terdapat perbedaan hitungan biaya menghapus tato.
Dalam video yang dibagikan @Oypalembang dinarasikan bahwa biaya awal untuk menghapus tato Rp 28 ribu namun setelah tato selesai dihapus pelanggan ditagih biaya Rp 400 ribu.
Tidak terima terjadi perbedaan harga dari yang diawal disebutkan dengan harga yang diminta setelah selesai pengerjaan tato, wanita yang merekam video tersebut protes dan tidak Terima diminta membayar Rp 400 karena tidak sesuai dengan perjanjian awal hanya Rp 28 ribu.
Tukang tato itu juga marah karena tidak terima direkam dan mengancam akan merusak atau membanting HP siperekam karena tidak terima direkam.
Sepintas dari hasil rekaman video itu terdapat perbedaan persepsi cara menghitung penghapusan tato.
"Beda cara menghitungnya, kamu hitungan 7x4 Rp 28, padahal cara menghitungnya bukan seperti itu," ujar tukang tato tersebut.
Mengangapi viralnya video dugaan pemerasan di BKB, Pj Walikota Palembang A Damenta mengatakan belum mengetahui video viral tersebut.
Makai belum tahu persisnya kronologi dugaan pemerasan itu, namun dia mengatakan bisa saja pemerasan itu terjadi karena adanya keinginan dari si tukang tato yang tidak terpenuhi.
"Kita ajak duduk bersama, karena itu pasti ada keinginannya yang tidak tersampaikan jadi akan kita ajak ngobrol nanti," ujar Damenta, Kamis (25/7/2024).
Terkait keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang banyak di BKB, Damenta mengatakan akan menata keberadaan pedagang tersebut agar rapi.
Selama ini biasanya pedagang yang berjualan mendatangi keramaian, tapi akan kita ubah menjadi pengunjung yang mendatangi penjual.
Oleh sebab itu, pedagang juga harus punya identitas atau ciri khas agar dimana saja berada tetap diminati konsumen.
Ucok berjanji, akan mengumpulkan semua asosiasi pedagang
di kawasan BKB ada untuk duduk bersama membahas keinginan pedagang seperti apa dan dimana lokasi penempatan mereka akan berjualan nantinya.
“Kita nanti tanya langsung dengan pedagang maunya seperti apa, biar BKB ini menjadi lebih baik lagi dan saling bersinergi dan berkolaborasi bersama-sama agar ekonomi dan pariwisata sama-sama berjalan beriringan," kata Damenta.(tnf)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.