Pilkada Serentak 2024

LKPI: Figur Calon Jadi Faktor Penentu Kuatnya Elektabilitas Pilkada Serentak di Sumsel 2024

Kekuatan elektoral yang dimiliki bakal calon kepala mayoritas disebabkan oleh figur/sosok yang dimiliki oleh kepala daerah tersebut di masyarakat.

|
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Abdul Hafiz
Handout
Bakal calon walikota Palembang (Ratu Dewa), bakal calon bupati Musi Banyuasin (H Apriyadi Mahmud), bakal calon bupati OKU (Teddy Meilwansyah), bakal calon bupati Banyuasin (Askolani), bakal calon bupati Ogan Ilir (Panca Wijaya Akbar), bakal calon walikota Pagaralam (Alpian Maskoni), dan bakal calon gubernur Sumsel (H Herman Deru). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Maraknya dukungan (elektabilitas) para calon kepala daerah yang akan bertarung pada pilkada serentak 27 November 2024 dari pemilih bukan semata dari dukungan partai politik yang mengusung/mendukung calon tersebut.

Kekuatan elektoral yang dimiliki bakal calon kepala mayoritas disebabkan oleh figur/sosok yang dimiliki oleh kepala daerah tersebut di masyarakat.

"Faktor sosok/figur dari calon kepala daerah yang disenangi masyarakat menempatkan posisi pertama di urutan pertama dari berbagai temuan survei perilaku pemilih di Indonesia," ungkap pengamat politik Arianto, ST, MT, M.IKOM,POL, Rabu (10/7/2024).

Sebagai contoh, Arianto menyebut bakal calon walikota Palembang (Ratu Dewa), bakal calon bupati Musi Banyuasin (H Apriyadi Mahmud), bakal calon bupati OKU (Teddy Meilwansyah), bakal calon bupati Banyuasin (Askolani),

bakal calon bupati Ogan Ilir (Panca Wijaya Akbar), bakal calon walikota Pagaralam (Alpian Maskoni), dan bakal calon gubernur Sumsel (H Herman Deru).

Dari berbagai lembaga survei kredibel menempatkan nama tersebut berada di posisi teratas dalam tataran elektoral.

Jika ditarik alasan pemilih menjatuhkan pilihannya kepada nama calon tersebut, mayoritas memilih karena alasan figur/sosok calon tersebut yang kuat di mata masyarakat.

Misalnya, karena perhatian pada rakyat, berwibawa, mudah ditemui, sudah ada bukti nyata, perhatian pada rakyat. Angkanya lebih dari 70 persen masyarakat memilih alasan di atas.

Jadi bukan karena kuatnya dukungan partai pendukung/pengusung.

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Publik Independen menyebut, banyak kader atau ketua partai politik elektabilitasnya rendah, sementara partai politiknya besar mendapat dukungan di legislatif tetapi ketika akan bertarung di pilkada, surveinya rendah.

Ini menjadi salah satu bukti bahwa dukungan partai politik terhadap calon tidak berbanding lurus dengan calon yang didukungnya.

"Memang, untuk maju di pilkada harus ada tiket dari partai politik. Tetapi kalau dilihat arah dukungan pemilih dari partai politik ke calon kepala daerah, figur/sosok calon tersebut yang paling besar mengangkat lokomotif elektabilitas," ujarnya.

Pengalaman perilaku pemilih pilkada di Sumatera Selatan, lanjut mantan peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) ini, dukungan dari partai politik yang mengusung atau mendukung para kandidat calon kepala daerah tidak ada yang mayoritas.

Direktur eksekutif Lembaga Kajian Publik Independen (LKPI), Arianto, M.Ikom, Pol
Direktur eksekutif Lembaga Kajian Publik Independen (LKPI), Arianto, M.Ikom, Pol (Handout)

Baca juga: S-MAN Minta Syahrial Oesman Dijadikan Presiden Sriwijaya FC, Eddy Ismail: Siapa Lagi yang Peduli

 

Kedekatan masyarakat dengan partai politik (Identity Party) angkanya sangat kecil. Kondisi ini yahh menyebabkan banyak pemilih yang tadinya memilih partai politik tetapi pada kontestasi pilkada, pilihan pemilih tidak sama dengan partai yang mendukung /mengusung kepala daerah tersebut.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved