Mimbar Jumat: Menipu Hakikat dan Konsekuensi
Penetrasi Internet Indonesia 2024 berhasil mengungkapkan bahwa warga Republik Indonesia tercinta rawan menjadi korban penipuan.
Pengakuan terhadap eksistensi dan fungsi rasul sebagi manusia pilihn yang memiliki keistimewan untuk diteladan dan diikuti syariat Tuhan yang dibawanya.
Keimanan terhadap Hari Akhir yang menjadikan seseorang mampu berpikir, berperilaku baik sesuai rambu-rambu syariat agar dapat dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan kelak.
Keyakinan adanya ketentuan baik dan buruk yang berlaku dalam kehidupan manusia, menjadikannya tidak merasa diri paling hebat dan memiliki kekuasaan karena keyakinan kepada taqdir atau ketetapan Allah yang pasti berlaku di atas semua rencana, ikhtiar dan harapan manusia.
Pesan berikutnya dari surat al-Baqarah ayat 9 dan 10 adalah jika melakukan satu tindak penipuan dalam lingkup keimanan, tidak hanya berarti melakukan penipuan terhadap Allah tetapi satu perilaku yang sama nilainya dengan melakukan penipuan terhadap seluruh umat Islam sejak Nabi Adam sampai dengan akhir zaman.
Dapat dibayangkan apabila satu kasus penipuan saja menjadikan seseorang dapat terlempar jauh dari surga Allah maka bagaimana dengan menipu seluruh ummaat Islam dari semua generasi.
Di penghujung ayat 10 surat al-Baqarah dijelaskan bahwa penipu keimanan akan mendapatkan siksa yang pedih kelak di neraka Jahannam.
Ketika seseorang merasa menang, bangga karena menurutnya telah berhasil menipu manusia lain tetapi sebenarnya yang terjadi adalah ia telah menipu dirinya sendiri.
Perilaku ini secara khusus akan menyebabkan kerasnya hati yang lama kelamaan menjadikan hati mati. Orang yang hatinya keras sangat tercela dan berada dalam kesesatan yang nyata.
Harus dipahami adalah seorang hamba tidaklah dihukum dengan satu hukuman yang lebih besar melaikan ketika Allah menjadikan hatinya keras.
Tidaklah Allah swt marah kepada suatu kaum dengan kemarahan yang termat dahsyat melainkan Allah berkenan mencabut rasa kasih sayang dari dalam hati seseorang.
Hati yang keras diawali dengan perasaan malas untuk mengerjakan kebaikan dan ketaatan kepada Allah serta menganggap remeh kemaksiatan.
Tidak terpengaruh dengan pesan-pesan yang dibawa oleh al-Qur’an dansunnah. Tidak menjadi baik meskipun telah dihadapkan dengan berbagai macam ujian, musibah, cobaan atau apapun peristiwa yang dialaminya atau terjadi di sekitarnya.
Tidak merasa takut akan janji Allah serta ancaman-Nya. Bertambah-tambah rasa kecintaan terhadap dunia sehingga ia mendahulukannya di atas kepentingan akhirat.
Tidak tenang dan senantiasa merasa gundah. Selanjutnya bertambah-tambah maksiat yang dilakukannya terhadap Allah yang menjadikannya tidak memiliki kemampuan untuk mengenal Allah (Q.S. al-Shaf, 15).
Ketika Allah swt memberitahukan cara efektif yang ampuh untuk dijadikan sebagai penolong dalam menjalani segala bentuk ujian kehidupan, maka pergunakan itu sebaik-baiknya tanpa pernah merasa ragu.
Kunci Jawaban Pendidikan Pancasila Kelas 5 SD Halaman 21, BAB 1, Soal Pembelajaran Alternatif |
![]() |
---|
Sudah 7 Pelatih Gagal Naikkan Sriwijaya FC ke Liga 1, Sanggupkah Coach Azul Bawa Promosi? |
![]() |
---|
Harga iPhone 16e Turun, Lengkap dengan Daftar Harga iPhone Agustus 2025 |
![]() |
---|
Tunjangan Profesi Guru Cair Agustus 2025, Berikut Rincian Besarannya dari Golongan I hingga IV |
![]() |
---|
Harta Kekayaan Sri Mulyani Disorot Ditengah Banyaknya Pungutan Pajak, Naik Belasan Persen Tiap Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.