Banjir di PALI

4 Hari Terendam Banjir, 2 Warga Transmigrasi Tempirai Selatan PALI Mengungsi ke Jambi

Warga Transmigrasi Tempirai Selatan, Kecamatan Penukal Utara, Kabupaten PALI di awal tahun 2024 ini  terancam gagal panen.

SRIPOKU.COM / Apriansyah Iskandar
Kondisi warga Transmigrasi Tempirai Selatan, Kecamatan Penukal Utara, Kabupaten PALI sudah empat hari terendam banjir, Kamis (11/1/2024) 

"Sudah pasti gagal panen lagi, mati semua tanaman terendam banjir, padi yang saya tanam kalau panen nanti diperkirakan akan menghasilkan uang Rp 6 juta,"ungkapnya.

Ia juga mengatakan selama satu tahun tinggal disini sudah 4 kali kebanjiran dengan durasi surut nya Air cukup lama, memakan waktu berminggu-minggu dan selalu gagal panen.

"Waktu pertama kali tinggal di sini tahun 2023 kemarin, banjir pertama Air baru surut sekitar 18 hari, banjir kedua 19 hari, banjir ketiga 5 hari dan sekarang banjir di tahun 2024 ini sudah 4 hari air belum surut, ini yang paling parah karena sudah merendam jalan masuk dengan ketinggian Air sebatas lutut orang dewasa,"terangnya.

Yamin juga mengatakan kalau kondisinya terus-terusan dilanda banjir, warga transmigrasi akan terus merugi karena gagal Panen jika permasalahan ini tidak segera diatasi.

Menurutnya pemerintah harus segera mungkin membantu tanggul penahan Air di sekeliling lokasi Trans dan juga pintu Air serta irigasi agar setiap musim penghujan banjirnya tidak berdampak pada lahan perkarangan warga yang mereka kelola.

"Kalau begini terus harus mulai dari nol lagi, harus beli benih tanaman lagi dan itu perlu modal, harus ada solusinya mengatasi permasalahan warga transmigrasi ini, kasihan warga yang datang dari pulau Jawa, untuk bertahan hidup harus bekerja serabutan karena lahan perkarangan yang dikelola belum menghasilkan apa-apa, sementara Lahan Usaha 1 seluas 3/4 hektar baru dibuka belum dibagikan,"jelasnya.

Sementara Supat warga transmigrasi asal Provinsi Lampung yang mengelola lahan percontohan transmigrasi juga mengalami kerugian akibat banjir ini, yang mana tanaman Padi seluas 3 hektar yang akan dipanen sebulan lagi juga rusak terendam banjir.

Diperkirakan kerugian Supat mencapai Rp 15 - Rp 20 juta akibat banjir yang merendam tanaman padi miliknya.

"Kemarin dua kali beri pupuk sudah habis Rp 7 juta, belum modal lainnya, dihitung-hitung sekitar Rp 20 jutaan,"terangnya.

Supat tak tau harus bagaimana lagi dengan kondisi ini, karena menurutnya tanaman Padi  miliknya sudah terendam selama 5 hari ini dipastikan mati.

Sementara itu, Dedi Handayani warga transmigrasi lokal meminta pemerintah untuk segera mengatasi permasalahan banjir.

Sampai saat ini, banjir yang merendam di lokasi transmigrasi ini belum menunjukkan tanda-tanda akan surut. Ketinggian Air masih sama mencapai 1,5 meter.

Karena menurut Dedi jika kondisi banjir ini terus terjadi, warga transmigrasi tidak bisa memanfaatkan lahan yang dikelola secara maksimal, terus mengalami gagal panen.

"Perlu dibangun tanggul penahan banjir disekeliling lokasi transmigrasi, kalau tidak lahan warga bakalan terendam banjir terus setiap musim hujan, apalagi durasi banjir nya  berlangsung lama,"kata dia.

Selain itu dikatakan nya, warga juga meminta dibangun irigasi dan pintu Air agar debit air bisa di atur sehingga pada musim kemarau tidak begitu terdampak kekeringan.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved