Advertorial
Enak dan Uniknya Kue Batang Buruk, Wajib Dicoba saat Berwisata ke Kepulauan Riau
Bagi masyarakat setempat, kue batang buruk dipercaya muncul sejak ratusan tahun lalu saat Baginda Raja Tua memerintah di Kerajaan Bintan.
Di dapur itulah Wan Sendari berhasil membuat kue yang unik karena jika digigit akan hancur berderai.
Wan Sendari kemudian meminta ayahandanya agar menyajikan kue buatannya tersebut kepada tamu dan pembesar kerajaan.
Namun Baginda Raja Tua menolak permintaan Wan Sendari.
Hingga pada suatu hari, kue buatan Wan Sendari pun dihidangkan saat para tamu dan pejabat kerajaan berkumpul di istana.
Di antara para tamu yang menikmati kue buatan Wan Sendari terdapat pula Raja Andak yang menjadi pujaan hatinya.
Saat para tamu dan pembesar kerajaan mulai mencicipi dan menggigit kue buatan Wan Sendari, seketika mereka merasa malu.
Hal ini karena kue tersebut seketika hancur dan jatuh berderai hingga remah-remahnya mengotori pakaian kebesaran yang mereka kenakan.
Namun hal itu tidak terjadi saat Raja Andak memakan kue buatan Wan Sendari.
Ia dapat memakan kue itu tanpa ada remah kue yang terjatuh.
Sikap Raja Andak saat itu membuat Wan Sendari senang, karena walaupun cintanya bertepuk sebelah tangan, namun ia tidak salah memilih pria idaman.
Tentunya banyak yang bertanya-tanya, mengapa Wan Sendari bisa begitu senang dengan sikap Raja Andak ketika memakan kue buatannya.
Rupanya sikap Raja Andak ketika memakan kue tersebut memiliki alasan yang terkait dengan sebuah filosofi di Kerajaan Bintan yaitu “biar pecah di mulut jangan pecah di tangan”.
Filosofi tersebut menggambarkan sikap seseorang bangsawan yang terlihat dari etika pada saat makan atau mencicipi sebuah panganan.
Apabila seseorang bangsawan terburu-buru dan ceroboh ketika makan atau mencicipi penganan, hal itu akan mencerminkan buruknya tingkah laku bangsawan tersebut.
Hal ini yang menjadi pesan bijak dari sebuah penganan kalangan bangsawan melayu yang bernama kue batang buruk.
