Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Nge-Prank Dalam Perspektif Hadis
Walaupun sifatnya bercanda, prank yang bisa merugikan orang lain dengan unsur kesengajaan ataupun karena kelalaian, bisa sampai dibawa ke ranah hukum.
Oleh: Prof. Dr. Hj. Uswatun Hasanah, M.Ag
(Dirda LPPK Sakinah Kotamadya Palembang, Dosen UIN Raden Fatah Palembang)
SRIPOKU.COM -- PRANK diartikan sebagai perilaku membohongi seseorang yang bersifat 'mengerjai', diatur seolah-olah serius namun ternyata hanya kebohongan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar target prank merasa terkejut, atau bahkan merasa malu (KKBI, 2019). Meskipun pada akhirnya tidak sedikit yang berujung pada petaka bahkan sampai pada kematian.
Seperti kasus yang belum lama terjadi pada seorang pemuda bernama Sandy. Pada hari ulang tahunnya yang ke-21 tahun, ia mendapat kejutan spesial dari teman-temannya. Sandy diikat di sebuah tiang listrik sambil disirami dengan air. Tanpa disadari ternyata terjadi konsleting pada tiang listrik yang menyebabkan Sandy kesetrum.
Saat mengalami kejang-kejang teman Sandy mengira ia cuma becanda. Setelah Sandy terkulai lemas, barulah temannya sadar apa yang sebenarnya terjadi pada Sandy. Kemudian mereka melarikannyan ke rumah sakit. Naas bagi Sandy nyawanya tidak tertolong hingga akhirnya ia tewas (detiknews, 2016).
Motivasi melakukan prank yang disebut untuk kepentingan konten tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain saat ini pun marak terjadi di masyarakat. Sebagaimana yang dialami oleh seorang tukang becak lansia bernama Tukiman (72). Ia merupakan warga Gemolong, Kabupaten Sragen. Pada Minggu malam (20/8/2023) sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, Tukiman tertidur pulas di becaknya. Kemudian ia dibangunkan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang turun dari sebuah mobil. Mereka memberikan sebuah amplop putih dan mengatakan kepada Tukiman bahwa amplop tersebut merupakan sedekah dari orangtuanya. Tidak ada rasa curiga dalam diri Tukiman. Ia merasa gugup dan gemetar karena melihat amplop yang diberikan kedua orang tersebut cukup tebal. Namun betapa terkejutnya Tukiman saat melihat isi dalam amplop ternyata hanya potongan kertas koran (Kompas.com, 2023).
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Bercanda merupakan satu perkara biasa dalam kehidupan. Merupakan sesuatu yang wajar dan dibutuhkan untuk memberi warna di antara rutinitas kerja dan keseharian hidup yang melelahkan. Namun sayangnya perkembangan prilaku prank yang awalnya bermaksud melakukan permainan yang diharapkan dapat menghibur diri sendiri dan orang lain, pada akhirnya berkembang kepada tujuan untuk sengaja membohongi, merendahkan pihak lain dan popularitas diri. Akibatnya konsep permaian berubah menjadi rasa antipati, ketidak pedulian atas derita dan perasaan orang lain, menghalalkan segala macam cara sehingga menimbulkan kerusakan baik sengaja ataupun karena kelalaian.
Di masa Nabi SAW, masyhur riwayat tentang seorang sahabat yang bernama Nuaiman. Seorang sahabat yang dikenal dengan kesukaannya bercanda. Tidak hanya sahabat Rasul yang dia candain, termasuk Rasulullah sendiri adalah orang yang pernah jadi korban candaan Nuaiman.
Sebagaimana dikisahkan, suatu hari Nu'aiman merasa sangat lapar. Dia bergegas mengunjungi kediaman nabi. Sampai di kediaman nabi, ada seorang pedagang makanan yang kebetulan lewat. Lalu ia memberhentikan pedagang itu untuk memesan makanan. Nu'aiman menyeru penuh percaya diri. "Buatkan makanan yang paling enak untuk Nabi juga untukku." Makanan pun siap disantap. Nu'aiman menyerahkan satu porsi makanan itu untuk Nabi, dan satu porsi lagi untuk dirinya. Mereka makan dengan lahap. Saat itu, Nabi menyangka bahwa makanan tersebut adalah hadiah dari Nu'aiman. Tapi sesaat mereka selesai makan, Nu'aiman berbisik kepada nabi, "Nabi, bayar." Nabi sedikit terkejut, tapi tetap menanggapi dengan senyuman. Nabi tidak memarahinya, apalagi mengecamnya. Lalu Nabi membayar dengan sukarela dua porsi makanan tersebut. (H.R. Ahmad, 25465).
Secara khusus diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pun seorang yang suka bercanda. Selain respon positif terhadap Nuaimah yang suka nge-prank Rasul dan shabat-sahabat yang lain, Rasulullah pun pernah menyatakan jika dirinya seorang yang suka bercanda. "Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tidak mengatakan kecuali yang benar." (HR Thabrani dalam Al-Kabir: 13443).
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Diksisahkan suatu ketika, Rasulullah SAW bersama para sahabat sedang berbuka puasa. Buah kurma terhidang di depan mereka. Setiap kali mereka makan kurma, biji- biji sisanya mereka sisihkan di tempatnya masing- masing. Beberapa saat kemudian, Ali menyadari bahwa dia memakan cukup banyak kurma. Jelas saja, biji-biji kurma yang ada di tempatnya menumpuk lebih banyak dibandingkan sahabat yang lain. Kemudian muncul keisengan Sahabat Ali. Diam-diam dia memindahkan biji kurma miliknya ke tempat biji kurma milik Rasul. Saat semua biji kurma sudah berpindah tempat, Ali menggoda Rasul. "Wahai Nabi tampaknya engkau begitu lapar. Sehingga makan kurma begitu banyak. Lihat biji kurma di tempatmu menumpuk begitu banyak." Bukannya terkejut atau marah, sambil tersenyum Nabi membalas keisengan Ali. "Ali, tampaknya kamulah yang sangat lapar. Sehingga engkau makan kurma beserta biji-bijinya. Lihatlah, tak ada biji tersisa di depanmu."(H.R. al-Bukhariy)
Secara khusus prank dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu prank dalam bentuk perkataan, tindakan dan gabungan keduanya sekaligus. Prank dalam bentuk perkataan contohnya adalah: Prank Tulis Pesan Lucu di Mesengger, kirim Pesan Kosong di Mesengger, hapus Pesan Mesengger, tulis “Baca Selengkapnya” di Mesengger, prank melalui aplikasi “iFake, pesan Gambar, dan Tulisan di Kertas.
Prank dalam bentuk tindakan, antara lain; Prank Penampakan Hantu, jatuhin Pakaian Dalam di Tempat Umum, seember air di atas pintu, Klakson, mengganti isi toples garam dengan gula, menggeser kursi dari posisi sebelumnya agar teman jatuh saat hendak duduk. Pada bentuk gabungan antara prank perkataan dan tindakan, biasanya prank diawali dengan adanya sebuah pesan yang meminta melakukan tindakan tertentu, seperti yang kerap dilakukan kepada para Ojol.
Pada prinsipnya, prank yang dilakukan saat ini substansinya adalah kebohongan. Seorang yang melakukan prank, artinya ia hanya berpura-pura, apapun tujuannya. Kemalangan yang ditimpakan kepada orang lain seharusnya tidak menjadi bahan candaan yang merusak hati nurani dan rasa kemanusiaan. Secara khusus konten prank justru menunjukkan sikap antisosial. Agama apapun melarang melakukan prank yang akan menimbulkan kemarahan dan kekecewaan, menyinggung perasaan orang lain sebagai korban.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.