Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Kurikulum Surga Firdaus
Jika meminta surga kepada Allah maka mintalah Firdaus. Karena ia merupakan surga dengan tingkatan tertinggi. Di atasnya terdapat Arasy Allah.
Oleh: Dr. Hj. Uswatun Hasanah, M.Ag
(Dirda LPPK Sakinah Kota Palembang, Dosen UIN Raden Fatah)
SRIPOKU.COM -- SALAH satu yang menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah pembelajaran adalah terlaksananya aktivitas belajar sesuai dengan kurikulum. Karenanya sangat penting untuk merumuskan kurikulum sebelum melaksanakan aktivitas belajar. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 19, istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu curir yang artinya palri dan curere yang bermakna tempat berpacu. Sehingga kurikulum diartikan sebagai trek dan lajur yang diikuti untuk mencapai tujuan. Apabila kurikulum tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka akan berdampak buruk pada masa depan peserta didik sebagai produk yang dihasilkan. Kurikulum yang kurang relevan tidak akan mampu membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, sikap yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Sehingga pada akhirnya meskipun telah menyelesaikan jenjang pendidikan sampai ke tingkat yang paling tinggi, peserta didik tidak siap untuk mengambil peran dalam memberikan energi positif bagi masyarakat.
Penerapan kurikulum kehidupan manusia sebagai hamba Allah di muka bumi, tentu saja memiliki dampak yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan aneka ragam kurikulum yang ada pada kehidupan manusia di bumi. Pengaruhnya tidak hanya pada kehidupan dunia tetapi juga berlanjut pada kehidupan akhirat yang kekal dan abadi (QS.87,17). Allah telah menyebutkan bahwa kurikulum besar sepanjang kehidupan manusia di bumi, adalah aktivitas penghambaaan kepada-Nya (Q.S.51,56). Sejak dilahirkan dari rahim ibu maka manusia telah memulai aktivitasnya sebagai makhluk bumi. Sunnatullah akan berlaku pada setiap detik kehidupannya di dunia (Q.S.33,62). Malaikat pencatat amal kebaikan dan keburukan akan senantiasa mengawasi dan mencatat semua amalnya tanpa ada sedikitpun yang tertinggal (Q.S.82,10-12). Sebagai seorang hamba,aplikasi dari kurikulum penghambaan kepada-Nya dapat melahirkan beragam perilaku. Namun apapun bentuknya aktivitas harus didasarkan kepada aturan Allah dan ditujukan hanya untuk mendapatkan keridhaan-Nya (Q.S.39 2).
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:
Hakikat dunia adalah tempat pelaksanaan ujian. Manusia akan senantiasa diliputi oleh masalah. Karena disinilah Allah swt berkenan menyeleksi hamba-Nya, siapa yang layak disebut sebagai pemenang dan mendapatkan surga. Firman Allah: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata orang-orang yang sabar (Q.S.3,142).
Surga yang dijanjikan Allah adalah berupa segala jenis kenikmatan yang kekal abadi yang tidak pernah dilihat oleh mata, didengar telinga dan terlintas di dalam hati manusia (H.R.al-Bukhariy,3072). Sesungguhnya surga yang telah disediakan Allah memiliki seratus tingkatan. Jarak antara satu tingkatan dengan lainnya sama dengan jarak antara langit dan bumi. Oleh karena itu jika meminta surga kepada Allah maka mintalah Firdaus. Karena ia merupakan surga dengan tingkatan tertinggi. Di atasnya terdapat Arasy Allah (H.R.al-Bukhariy).
Untuk mendapatkan surga Firdaus, manusia harus melakukan upaya yang keras dan terencana. Tidak perlu khawatir tentang apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan surga terbaik tersebut. Karena kurikulum Surga Firdaus telah Allah sampaikan dengan sangat jelas dan gamblang. Allah menyebut para penghuni surga Firdaus sebagai orang yang beruntung dengan amalan-amalannya. Mereka itu adalah orang-orang yang khusyuk dan memelihara shalat, menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna, menunaikan zakat, menjaga kemaluan, memelihara amanah dan janjinya (Q.S. 23, 1-11).
Kurikulum pertama terkait amalan bagi perindu surga Firdaus adalah memelihara shalat yang khusyuk. Shalat merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah untuk manusia yang hukumnya wajib secara individual. Shalat memiliki kedudukan sebagai tiang agama (H.R.al-Tirmidzi,2616). Bahkan shalat menjadi amalan pertama kali yang dihisab pada hari kiamat. Jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Namun jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal (H.R.al-Tirmidzi,413).
Allah telah memerintahkan kepada manusia untuk memelihara shalat dengan sungguh-sungguh, baik untuk diri secara pribadi maupun dalam konteks untuk saling mengingatkan satu dengan yang lain (Q.S.2,238). Sepanjang hari, bahkan sepanjang hidup, manusia diminta untuk menjaga kesadaran dan kekhusyuannya dalam shalat.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Tidak diperkenankan mengadakan gerakan atau bacaan tambahan yang akan membuat shalat menjadi tidak syah. Shalat memiliki makna yang dalam bagi kehidupan. Setiap manusia seharusnya dapat memahami hakikat aktivitas yang dikerjakan di luar waktu shalat sebagaimana aktivitas shalatnya. Jelas dan terukur sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah serta tidak diperkenankan menambah atau mengurangi.
Khusyu dalam shalat bermakna hadirnya hati dan diamnya anggota badan. Menikmati semua bacaan dan gerakan-gerakan yang dilakukan dalam shalat. Hal tersebut bisa diperoleh dengan cara memusatkan hati hanya tertuju kepada shalat yang sedang dilaksanakan dan mengutamakannya. Shalat yang khusyu cirinya adalah tidak berat dalam melakukannya (Q.S.2, 45). Di awali dengan mengadakan persiapan-persiapan khusus yaitu mempersiapkan diri sebelum masuk waktu shalat (Q.S,7,31), mandi, berwudhu secara benar dan menggunakan pakaian terbaiknya (Q.S.5,6). Tidak kalah pentingnya memahami bacaan yang di baca saat melakukan beragam gerakan shalat (Q.S.4,43).
Shalat yang benar rukun dan syaratnya melahirkan kekhusyuan hingga pada akhirnya menjadikannya sebagai seorang yang beruntung. Sebuah rahasia besar mengapa di akhir azan digunakan kalimat hayya ‘alal falah adalah sebagai wujud panggilan ajakan untuk menuju kepada keberuntungan.
Lima kemuliaan yang akan diperoleh oleh seorang yang khusyu di dalam shalatnya saat di kehidupan dunia adalah, akan menjadikannya memiliki pribadi yang baik; memiliki sifat dan sikap yang mulia. Menjadikannya tenang dalam kepribadian, mudah dalam menghadapi beragam persoalan. Menjadikan doanya mudah diijabah oleh Allah swt serta mendapat jaminan sukses dalam titian hidup yang dijalani. Kemudian di akhirat tentunya akan mendapatkan balasan berupa kenikmatan Surga Firdaus.
Kurikulum kedua yang harus menjadi karakter bagi calon penghuni Surga Firdaus adalah menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna. Rasul bersabda orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir ialah yang berkata baik atau jika tidak maka ia memilih untuk diam (H.R.al-Bukhariy,6018). Tidak ada pilihan ketiga dari keduanya. Menurut Ibnu Katsir perkara yang sia-sia atau tidak berguna adalah kebatilan, termasuk ke dalamnya syirik dan kemaksiatan serta perkataan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya. Hal ini didasarkan kepada firman Allah:”Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak memiliki manfaat, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya (Q.S.25,72). Jika perilaku yang tidak berguna telah dijauhi maka perilaku yang haram pastilah tidak akan didekati. Karena itu apabila seseorang disebut mampu mengendalikan diri dari sesuatu yang ringan maka sudah tentu ia dapat mengendalikan dirinya dari yang lebih berat daripada itu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.