Breaking News

Pileg 2024

Bupati Banyuasin Askolani tak Mau Nyaleg, Eks Kuli Bangunan dan Kernet Angkot Ini Ungkap Alasannya

Meski memiliki peluang untuk mencalonkan diri di sela menunggu kembalinya dilaksanakan Pilkada Banyuasin, namun hal itu tidak dilakukannya

|
Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM / Ardi
Bupati Banyuasin Askolani sopiri speedboat bawa rombongan ke Muara Telang lokasi bencana angin ribut, Kamis (2/9/2021) 

Askolani muda yang pantang menyerah, terus berpikir untuk tidak membebani kedua orangtuanya.

Siang sampai sore ia kuliah, malam harinya ia juga memutuskan untuk menjadi kernet angkot Km 5 dari malam sampai pagi hari. 

Ia berpikir, dengan kondisinya saat itu uang yang dihasilkan terbagi untuk membayar kuliah dan juga memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sehingga, ia berusaha untuk belajar lebih keras dan akhirnya bisa mendapatkan beasiswa.

Jelang 5 tahun kepemimpinan Askolani dan Slamet, Bumi Sedulang Setudung terus Bangkit dengan memberikan keadilan dan semakin membuat masyarakat sejahtera, sesuai dengan tagline Bupati Askolani dan Wabup Slamet,
Jelang 5 tahun kepemimpinan Askolani dan Slamet, Bumi Sedulang Setudung terus Bangkit dengan memberikan keadilan dan semakin membuat masyarakat sejahtera, sesuai dengan tagline Bupati Askolani dan Wabup Slamet, "Banyuasin Bangkit Adil dan Sejahtera". (Dok. Pemkab Banyuasin)

Saat kuliah, ternyata Askolani muda juga aktif di organisasi kampus serta pernah menjadi ketua senat kampus. 

Saat kuliah, ternyata Askolani juga pernah menjadi sales barang rumah tangga dan elektronik selama 3 tahun.

Kegigihannya untuk sukses dan membahagiakan orangtua, membuahkan hasil. Sampai, Askolani muda menyelesaikan kuliahnya. 

"Yakin, ada pertolongan Allah. Jadi, kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Tetapi, semuanya Allah yang menentukan. Tetapi, kita harus yakin Allah akan memberikan jalan terbaik," ungkapnya. 

Berhasil menamatkan kuliahnya, Askolani muda yang sudah memiliki gelar sarjana hukum terjun sebagai pengacara. Akan tetapi, saat itu ia berpikir untuk menjadi pengacara sukses perlu membutuhkan waktu yang sangat panjang. 

Terlebih, saat itu ia sudah menikah dengan istirnya. Askolani berpikir, untuk banting stir menjadi kontraktor.

Belajar sebagai seorang kontraktor dan beberapa tahun terus ditekuninya, Askolani akhirnya mulai merasakan hasil kerja kerasnya selama ini.

Di tahun 2003, dipercaya menjadi ketua Kadin Banyuasin dan udah bisa mengubah perekonomian keluarga. 

"Sebelum saya jadi kontraktor, saat itu istri saya sudah menjadi  
anggota dewan. Di sini saya berpikir, tidak mau menjadi beban istri. Malu rasanya, kalau istri bisa lebih dari saya. Makanya, saya memilih untuk menjadi kontraktor," katanya. 

Seiring berjalannya waktu, Askolani yang sudah merasakan kerja kerasnya selama ini, bisa menaikan haji kedua orangtua dan juga mertuanya.

Namun, Askolani terus berupaya untuk menjadi orang yang bisa bermanfaat tidak hanya orangtua akan tetapi untuk orang banyak. 

Tahun 2005, ia mulai terjun ke dunia politik. Sampai akhirnya di tahun 2009, ia mencalonkan diri jadi anggota dewan terpilih sampai diamanatkan menjadi pimpinan dewan.

Jiwanya yang ingin bermanfaat untuk orang banyak, ia memutuskan di tahun 2013, calon diri sebagai bupati Banyuasin, akan tetapi gagal. 

"Kembali calon dewan dan terpilih. Di tahun 2018, saya kembali mencalonkan diri menjadi bupati dan dipilih rakyat sampai sekarang," ungkapnya. 

Hal yang Paling Terberat dalam Hidup

Menurut Askolani, perjalanan hidupnya yang selalu mengalami kesulitan dianggapnya belum seberapa ketimbang ditinggal istri, ketika sudah menjadi bupati. 

Itu, menjadi hal yang paling berat dalam perjalanan hidup seorang Askolani.

Di tengah kesuksesan menjadi seorang bupati, tetapi harus ditinggal sang istri untuk selamanya dan mengurus lima anaknya yang masih kecil-kecil. 

"Saya berpikir inilah skenario Allah. Apa yang diluar nalar, tetapi diberikan Allah jalan. Cobaan itu, pasti diberikan Allah. Saya ditinggal istri dan harus menjaga lima anak yang masih kecil. Kembali lagi, kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Harus yakin, kekuasaan Allah itu 100 persen, manusia hanya berusaha dan berdoa. Kunci hidup ini, ikhlas, bersyukur dan sabar. Kesedihan tidak perlu ditampilkan ke orang, jangan sampai menyakiti orang lain," katanya. 

Dikatakan Askolani, orang sukses itu pasti orang baik.

Kalau pun sukses, tetapi jahat, tidak akan lama merasakan sukses sehingga ia berprinsip untuk selalu berbuat baik dengan siapa pun.

Meski pun, terkadang harus merasakan disakiti orang.

Namun, ia enggan membalasnya melainkan berusaha untuk merangkul orang tersebut. 

"Saya juga bersama Pak De Slamet, dalam konsep memimpin Banyuasin, kekuasaan itu tidak dibagi. Melainkan harus bersama-sama menjalankannya. Ibarakan ikan, jangan dipotong jadi dua. Tetapi, sama-sama di makan. Jadi, saya dan Pak De Slamet sama-sama komitmen, karena urusan rezeki dan kekuasaan, Allah sudah yang menentukan. Sampai sekarang, saya dan Pak De Slamet tetap kompak membangun Banyuasin," tuturnya.  (TS/ M Ardiansyah) 

 

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved