Opini: Tahun 2024, Sumsel Memasuki Era Ageing Population

Permasalahan yang lazim terjadi saat ini adalah waktu tunggu pasien sampai dengan mendapatkan pelayanan kesehatan yang ditanggung BPJS cukup lama.

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Choirul Okviyanto, SST., ME., MPP (Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi Sumatera Selatan) 

Oleh: Choirul Okviyanto, SST., ME., MPP
(Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi Sumatera Selatan)

SRIPOKU.COM -- PADA tahun 2021 yang lalu, ketika mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan belajar di Negeri Matahari Terbit, kami sering menghabiskan waktu di taman yang letaknya tidak jauh dari apato (kosan). Taman berukuran sekitar 5 kali ukuran lapangan sepak bola tersebut menyajikan keindahan bunga Sakura pada musim semi, perubahan mempesona warna daun pohon maple dari merah ke jingga kemudian kuning sebelum akhirnya runtuh ke tanah pada musim gugur, ataupun padang rumput hijau ketika suhu panas mulai menyapa.

Keindahan taman tersebut yang menyajikan suasana berbeda pada setiap musimnya, menjadikan daya tarik tersendiri bagi setiap orang untuk mendatanginya. Dari anak-anak yang ceria bermain di fasilitas bermain anak hingga para kaum lanjut usia yang asyik bermain Geeto Booru (Gateball).

Karena seringnya mencermati berbagai aktifitas di taman tersebut, maka naluri sebagai “tukang sensus” kembali muncul untuk melakukan pengamatan kecil-kecilan. Hasilnya, disimpulkan bahwa disuatu hari minggu pagi, jumlah kaum lanjut usia lebih banyak sekitar 20 persen dibandingkan dengan jumlah anak-anak di taman tersebut.

Hasil keisengan di salah satu open space pinggiran kota Tokyo tersebut ternyata sejalan dengan realita yang sedang terjadi di Jepang saat ini yaitu ageing population. Dimana terjadi peningkatan jumlah penduduk berusia lanjut serta diikuti penurunan signifikan penduduk baru lahir.
Para demografer sepakat bahwa suatu wilayah/daerah dikatakan mengalami ageing population jika persentase penduduk usia lanjutnya lebih dari 10 persen total populasi penduduk. World Bank mencatat bahwa pada tahun 2022, proporsi penduduk umur 0-14 tahun di Jepang hanya sebesar 11,6 persen saja sedangkan persentase penduduk "sepuh" atau penduduk dengan umur 65 tahun ke atas sebesar 29,9 persen.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Maka, tidak heran jika di tempat-tempat fasilitas umum di negeri Sakura seperti taman, akan lebih banyak ditemui para penduduk usia lanjut yang sedang beraktifitas mengisi hari-harinya. Sebaliknya, keceriaan dan suara riuh anak-anak bermain di taman akan sulit untuk ditemui saat ini di negeri Samurai tersebut.

Ageing population di Jepang terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah peningkatan fasilitas kesehatan yang lengkap dan canggih, kesadaran yang tinggi akan pola hidup sehat (berjalan, bersepeda, dan makanan sehat) serta peduli terhadap lingkungan dan sanitasi yang bersih. Konsekuensinya, Infant Mortality Rate (IMR) atau angka kematian bayi di negara tersebut turun tajam bahkan menjadi negara dengan IMR paling rendah di dunia dengan 3,26 kematian per 1000 kelahiran pada tahun 2005 (Coulmas, 2007) serta life expectancy atau usia harapan hidup ketika lahir yang juga terus bertambah sampai dengan 84,4 tahun pada tahun 2021 (World Bank, 2023).

Pada sisi lain, selama lima dasawarsa terakhir, Total Fertility Rate (TFR) atau banyaknya anak yang dilahirkan setiap perempuan di Jepang selalu mengalami penurunan sampai dengan titik terendah pada tahun 2021 sebanyak 1,4 anak untuk setiap perempuan. Akibatnya, selama dua dekade terakhir jumlah penduduk Jepang selalu berkurang dimana diproyeksikan bahwa jumlah penduduk Jepang pada tahun 2050 turun menjadi sekitar 100 juta dari sebelumnya yang mencapai puncaknya pada tahun 2008 sebanyak 128,1 juta jiwa. Kombinasi antara tingginya usia harapan hidup dan penurunan tajam jumlah kelahiran anak pada setiap perempuan, menjadikan struktur penduduk di Jepang cenderung menyerupai piramida terbalik yang berarti bahwa ageing population sedang terjadi di negara tersebut.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kondisi kependudukan di provinsi yang kita cintai ini.? Pada tanggal 20 Juli tahun 2023 kemarin bertempat di Hotel The Zuri Palembang, BPS Provinsi Sumatera Selatan telah melakukan Sosialisasi Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan hasil Sensus Penduduk Tahun 2020.

Dari catatan BPS, pada tahun 2020 jumlah penduduk yang tinggal dan menetap di wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 8,4 juta jiwa, meningkat menjadi 8,9 juta pada tahun 2025, dan pada tahun 2035 diproyeksikan bahwa penduduk Sumsel akan berjumlah 9,7 juta jiwa. Meskipun proyeksi jumlah penduduk Sumsel meningkat selama kurun waktu 2 dasawarsa ke depan, namun laju pertumbuhan penduduk terus mengalami penurunan dengan rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2020-2035 sebesar 0,93 persen per tahunnya.

Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Logo instagram.com/sriwijayapost/

Indikator kependudukan lainnya seperti TFR dan IMR juga mengalami tren penurunan selama periode 15 tahun ke depan. Rata-rata jumlah kelahiran dari setiap perempuan di Sumsel pada tahun 2020 sebanyak 2,23 anak per perempuan dan mencapai replacement level (jumlah kelahiran yang dapat menggantikan generasi sebelumnya) sebesar 2,1 pada tahun 2030.

Sedangkan angka kematian bayi (IMR) yang menjadi salah satu indikator pengukuran kemajuan dari kualitas kesehatan di suatu wilayah juga mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu sebanyak 17,59 kematian dari 1000 kelahiran hidup pada tahun 2020 menjadi 10,32 pada tahun 2035. Sejauh ini, catatan BPS terkait proyeksi indikator-indikator kependudukan di atas cukup memberikan angin segar terhadap masa depan kependudukan di Provinsi Sumatera Selatan, meskipun beberapa indikator tersebut masih berada di bawah angka nasional.

Satu hal yang cukup mengejutkan dari apa yang dirilis oleh BPS pada acara tersebut adalah bagaimana komposisi penduduk Sumsel menurut usia selama kurun waktu 15 tahun kedepan. BPS memproyeksikan bahwa pada tahun depan yaitu tahun 2024, Provinsi Sumsel telah memasuki era ageing population dimana proporsi penduduk usia 60 tahun keatas telah mencapai 10,23 persen. Proporsi penduduk usia lanjut tersebut diprediksi akan terus bertambah mencapai 14,86 persen pada tahun 2035.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved