Anggota Densus 88 Tewas Ditembak

Dari Awal Sengaja Ditutupi, Keluarga Bongkar Alibi Polisi soal Kematian Bripda Ignatius, Sakit Keras

Kuasa Hukum keluarga Bripda Ignatius, Jelani Christo mengatakan adanya kecurigaan keluarga atas kabar meninggalnya Bripda Ignatius. 

|
Penulis: Rizka Pratiwi Utami | Editor: Fadhila Rahma
Handout
Keluarga Bongkar Alibi Polisi soal Kematian Bripda Ignatius 

SRIPOKU.COM - Teka-teki kematian Bripda Ignatius hingga kini masih jadi sorotan publik.

Pihak keluarga masih terus mencari petunjuk soal kematian Bripda Ignatius yang dinilai janggal.

Apalagi dengan berbagai alibi yang dikatakan pihak terkait hingga bikin keluarga Bripda Ignatius curiga.

Kuasa Hukum keluarga Bripda Ignatius, Jelani Christo mengatakan adanya kecurigaan keluarga atas kabar meninggalnya Bripda Ignatius

Hal itu dikarenakan di awal keluarga hanya dikabari bahwa Ignatius tengah sakit keras.

Namun setelah mengatakan anaknya sakit keras,  kemudian Bripda Ignatius dikabarkan meninggal dunia.

Alih-alih sakit keras, Bripda Ignatius diduga tewas di tangan rekan seniornya.

“Terkait dengan ini bahwa pada hari Minggu orang tua korban mendapatkan telepon dari Mabes Polri anaknya mengalami sakit keras, sehingga diundang, diminta datang ke Jakarta, tapi setelah di Jakarta, anaknya tidak bernyawa.

Dan dia bukan sakit keras tapi pembunuhan yang dilakukan rekannya, sesama densus 88,”ungkapnya.

Identitas Pelaku Penembakan Bripda Ignatius Serta Ancaman Hukuman Bakal Menjerat.
Identitas Pelaku Penembakan Bripda Ignatius Serta Ancaman Hukuman Bakal Menjerat. (Kolase/Sripoku.com)

Ketua tim hukum keluarga korban Jelani Christo menjelaskan bahwa kematian Bripda Ignatius bukan sakit keras tapi terjadi karena penembakan, karena dari leher tembus ke sebelahnya.

“Kami sebagai tim hukum dari keluarga minta kasus ini diungkap. Tokoh-tokoh dayak juga mengutuk keras kejadian ini,”ungkapnya. 

Baca juga: Ini Sosok Bripda IMS & Bripka IG, Tersangka Penembakan Bripda Ignatius Dwi Frisco, Terancam Dipecat

Sebelumnya, ayah Bripda Ignatius kuliti fakta lain soal kematian anaknya yang dinilai tidak wajar.

Sebelumnya, sudah ada dua tersangka yangtelah diamankan dalam kasus penembakan di tubuh Densus 88.

Kedua tersangka tersebut yakni Bripka IG dan Bripda IMS yang diketahui merupakan senior dari Ignatius Dwi Frisco.

Ignatius Dwi Frisco Sirage diketahui seorang polisi asal Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat (Kalbar).

Ia dinyatakan meninggal dunia usai terkena tembakan senjata api dari rekannya sesama anggota Polri di Jakarta di Rusun Polri Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

Hingga kini teka-teki kematian Bripda Ignatius masih diselidiki oleh pihak berwajib.

Terbaru, Y Pandi, ayah Bripda Ignatius buka suara soal dalang bikin anaknya jadi korban penembakan senior.

Dia menduga Bripda Ignatius sempat ditawari bisnis senjata api ilegal sebelum meninggal dunia.

Keterangan yang diberikan oleh Y Pandi sangat kontras dengan keterangan yang diberikan oleh pihak kepolisian.

Y Pandi menjelaskan bahwa pada malam kejadian anaknya itu didatangi oleh tiga orang senior, bukan dua orang.

Dia pun sempat kaget saat polisi hanya menangkap dua orang senior Bripda Ignatius.

"Kronologis yang diceritakan dari tim penyidik Densus 88 Antiteror, mereka mengatakan bahwa awalnya anak saya ini didatangi oleh seniornya," katanya dalam Indonesia Update Kompas TV Kamis (27/7/2023).

Ketiga senior Bripda Ignatius di Densus 88 tersebut diduga dalam keadaan mabuk.

"Mereka dalam kondisi mabuk," kata Pandi dikutip Kompas TV.

Pandi dapat memastikan Bripda Ignatius kala itu tidak ikut mabuk.

"Anak saya tidak mabuk, dari mulutnya tidak tercium bau alkohol," tegas Pandi.

Senyum terakhir Bripda Ignatius saat bercanda dengan sahabatnya
Senyum terakhir Bripda Ignatius saat bercanda dengan sahabatnya (Instagram)

Pandi mengatakan tiga senior Bripda Ignatius di Densus 88 tersebut diduga menawarkan putranya untuk ikut dalam bisnis senjata api.

Merasa takut, Bripda Ignatius kemudian menolak ajakan seniornya.

Diduga kemudian terjadi cekcok yang berujung Bripda Ignatius tewas tertembak.

"Ketiga pelaku ini datangi kamar anak saya," ucap Pandi.

"Mereka diduga ada urusan bisnis senjata api, anak saya mungkin ditawari anak saya mungkin menolak, karena tahu itu barang ilegal,"

"Yang terjadi disitu mungkin jadi cekcok. Nah akibatnya anak saya jadi korban," imbuhnya.

Pandi menjelaskan akibat ledakan senjata api tersebut, leher anaknya tertembak peluru.

Peluru tersebut lalu menebus ke telinga Bripda Ignatius.

"Tidak lama kemudian si pelaku mengambil senpi di tasnya dan meledak lalu mengenai leher anak saya lalu tembus ke telinga, lalu tembus ke dinding lagi," kata Pandi.

Pandi menegaskan selama ini anaknya tidak pernah bercerita soal bisnis senjata api.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved