Sejarah Pasar Cinde, Sosok Ini Sebut Bukan Karya Thomas Kasten Dulu Dikenal Pasar Lingkis

Pasar Cinde, yang awalnya bernama Pasar Lingkis ternyata bukan karya arsitek Herman Thomas Karsten melainkan karya arsitek Abikoesno Tjokrosoejoso

Editor: adi kurniawan
Handout
Sejarah Pasar Cinde, yang awalnya bernama Pasar Lingkis ternyata bukan karya arsitek Herman Thomas Karsten melainkan karya arsitek Abikoesno Tjokrosoejoso 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Pasar Cinde, yang awalnya bernama Pasar Lingkis ternyata bukan karya arsitek Herman Thomas Karsten, melainkan karya arsitek Abikoesno Tjokrosoejoso, yang pernah menjadi konsultan Karsten.

"Jadi perlu saya luruskan Pasar Cinde itu karya arsitek Abikoesno Tjokrosoejoso," kata Ahmad Ardani dari Ikatan Arsitek Indonesia Sumatera Selatan saat kegiatan Diskusi dengan tema Pasar Cinde Hikmah Masa Lalu dan Rencana Masa Depan di Panche Hub Jalan Rambutan, Minggu (9/7/2023)

Ahmad Ardani menceritakan, memang Abikoesno ini pernah menjadi konsultan Karsten.

Pasar Cinde yang awalnya bernama Pasar Lingkis ini merupakan pasar kalangan, namun akhirnya jadi permanen.

"Pasar Cinde dibangun pada tahun 1958, pada masa Walikota H M Ali Hamin. Beliau menginginkan pasar modern, untuk itulah diutus PU untuk mengadopsi gaya arsitektur Pasar Djohar di Semarang, karya Thomas Kasten," ungkapnya.

Sejarah Pasar Cinde, yang awalnya bernama Pasar Lingkis ternyata bukan karya arsitek Herman Thomas Karsten melainkan karya arsitek Abikoesno Tjokrosoejoso
Sejarah Pasar Cinde, yang awalnya bernama Pasar Lingkis ternyata bukan karya arsitek Herman Thomas Karsten melainkan karya arsitek Abikoesno Tjokrosoejoso (Handout)

Menurutnya, Pasar Cinde ini sama seperti Pasar Djohar. Untuk masuknya dari dalam, jadi masuk dulu dari lantai satu baru ke lantai dua.

Untuk status kepemilikan Pasar Cinde milik Pemkot Palembang, namun tanahnya milik Pemprov Sumsel.

"Untuk yang merupakan karya arsitek Thomas Kasten itu Pasar 16 Ilir, karena di Pasar 16 Ilir sudah penuh dan kapasitasnya tidak memungkinkan lagi maka lahirlah Pasar Cinde atau yang dulunya Pasar Lingkis," ungkapnya

Ahmad Ardani menambahkan, bahwa kondisi saat ini Pasar Cinde mangkrak. Sebenarnya wacana modernisasi Pasar Cinde ini sejak 2014, kemudian pada 2015 menuai kontroversi.

Bahkan pada 2016 ada terbentuk komunitas save Cinde.

Kemudian pada Juli 2016 dibongkar, padahal ini masih proses sebagai cagar budaya.

Lalu pada 2017 ditetapkan sebagai cagar budaya, dan akhirnya pembongkaran dihentikan.

Di 2018 mulai mangkrak dan 2022 diputuskan kontak BOT nya dan pembatalan HGU.

Kemudian di 2023 masuk ke ranah hukum. 

Pasar Cinde yang merupakan salah satu bangunan kuno di Kota Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (14/5). Bangunan kuno di Palembang rawan lenyap. Sebab, dari sekitar 200 unit bangunan kuno di Palembang, belum ada satupun yang ditetapkan sebagai cagar budaya. Hal ini membuat bangunan kuno tersebut tidak memiliki kekuatan hukum untuk dilindungi sehingga sewaktu-waktu bisa dibongkar. Salah satu bangunan kuno yang akan dibongkar, yakni Pasar Cinde. Pasar yang terinsiparsi dari Pasar Johar di Semarang, Jawa Tengah karya arsitek Thomas Karsten itu akan diruntuhkan dan dibangun mall di atas reruntuhannya. (Kompas/Adrian Fajriansyah (DRI) 14-05-2017)
Pasar Cinde yang merupakan salah satu bangunan kuno di Kota Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (14/5). Bangunan kuno di Palembang rawan lenyap. Sebab, dari sekitar 200 unit bangunan kuno di Palembang, belum ada satupun yang ditetapkan sebagai cagar budaya. Hal ini membuat bangunan kuno tersebut tidak memiliki kekuatan hukum untuk dilindungi sehingga sewaktu-waktu bisa dibongkar. Salah satu bangunan kuno yang akan dibongkar, yakni Pasar Cinde. Pasar yang terinsiparsi dari Pasar Johar di Semarang, Jawa Tengah karya arsitek Thomas Karsten itu akan diruntuhkan dan dibangun mall di atas reruntuhannya. (Kompas/Adrian Fajriansyah (DRI) 14-05-2017) (http://properti.kompas.com/)

"Kalau saya menyarankan Pasar Cinde dikembalikan seperti semula, jadi di rekontruksi dibangun seperti semula meskipun diadaptasi, dan kawasannya direvitalisasi," ungkapnya.

Dapatkan berita terkait dan informasi penting lainnya dengan mengklik Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved