Berita Muaraenim

Keluarga Korban Tabrakan KA Babaranjang di Muaraenim Sesalkan Palang Pintu Perlintasan tak Aktif

Pihaknya berharap kepada pihak terkait terutama PT KAI untuk bisa mengaktifkan pintu perlintasan supaya tidak ada lagi korban-korban selanjutnya.

Penulis: Ardani Zuhri | Editor: Ahmad Farozi
ardani/sripoku.com
Tampak Wasid dan anaknya Nadira sedang menjalani perawatan intensif usai menjalani operasi di RSUD dr HM Rabain Muara Enim, Rabu (12/4/2023). Mereka sekeluarga jadi korban tabrakan KA Babaranjang di perlintasan Pelitasari, Muara Enim, Selasa (11/4/2023). 

SRIPOKU.COM, MUARAENIM - Jika sudah suratan takdir, siapapun tidak akan bisa menghindar dari balak dan ajal.

Namun setidaknya jika pintu perlintasan dan penjaganya diaktifkan ada upaya untuk mengeliminir musibah tersebut.

"Informasinya pintu perlintasan kereta api sudah ada tetapi mengapa belum difungsikan juga," ujar Minto (38), keluarga korban tabrakan Kereta Api Babaranjang di perlintasan Pelitasari, Muara Enim.

Dia dibincangi Sripoku.com disela menunggu keluarganya, Wasid dan Nadira di Sal Bedah Kelas II Enim II RSUD dr HM Rabain Muara Enim, Rabu (12/4/2023).

Menurut Minto, ia baru tiba semalam dari Lampung dan langsung menuju ke rumah sakit.

Awalnya ia ditelepon bahwa kakak iparnya (Wasid-red) kecelakaan, namun belum diberitahu jika kecelakaan ditabrak Kereta Api.

Namun ketika tahu kecelakaan ditabrak kereta api ia merasa cemas dan langsung bergegas berangkat.

"Tahu sendiri mas, kalau musuh kereta api itu besi semua, tidak main-main," ujarnya.

Sampai saat ini, lanjut Minto, kondisi kakak iparnya Wasid dan keponakannya sudah dioperasi semua dan dalam perawatan.

Namun mereka belum bisa diajak bicara seperti masih shock.

Bahkan sampai sekarang kami belum berani menyampaikan kabar duka jika istrinya sudah meninggal dunia karena takut akan menganggu mental dan kejiwaannya.

Kedepan, sambung Minto, pihaknya berharap kepada pihak terkait terutama PT KAI untuk bisa mengaktifkan pintu perlintasan supaya tidak ada lagi korban-korban selanjutnya.

Karena tidak cukup dengan memikirkan nasib korban saja, tetapi bagaimana nasib anak-anaknya setelah ditinggal orangtuanya.

Dan jangan lagi alasan klasik PT KAI bahwa jalan PT KAI lebih prioritas dan lain-lain sehingga nyawa manusia seperti tidak ada artinya.

ementara itu, terkait dugaan tidak adanya petugas yang berjaga di pintu perlintasan KA Pelitasari, ditangapi Dinas Perhubungan Muara Enim.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved