Mimbar Jumat
2022 - 2023. Antara Sejarah dan Harapan
Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umur yang sebenarnya.
Oleh: Uswatun Hasanah
(Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Raden Fatah Palembang)
SRIPOKU.COM -- HIDUP adalah perputaran waktu yang berkaitan dengan tiga masa. Masa lalu merupakan sejarah, masa kini adalah kenyataan dan masa depan penuh pengharapan.
Masa lalu sebagai bagian dari sejarah kehidupan manusia, seharusnya menjadi pijakan dalam melakukan hal yang terbaik di masa kini, demi kehidupan yang lebih baik di masa depan. Jika ada kepahitan yang terjadi di masa lalu maka itu adalah peringatan agar tidak terulang kembali.
Apabila ada kebaikan maka harus terus dikembangkan serta diupayakan peningkatannya. Sesuatu yang paling jauh adalah masa lalu bukan bulan dan bintang yang ada di luar angkasa. Karena sejauh-jauhnya bulan masih bisa didekati akan tetapi masa lalu tidak tidak bisa dijangkau dan tak akan pernah bisa dikembalikan.
Pada Masa kedua yaitu kehidupan masa kini adalah kenyataan hidup yang sedang dijalani. Ruang masa kini akan terasa sempit, sangat bergantung pada sikap dan pemaknaan seseorang. Jika memaknai masa kininya dalam detik yang sedang dijalani, maka begitu cepatnya waktunya berlalu, menjadi kenangan hanya dengan hitungan detik. Begitupun jika dia menghitung perjalanannya dengan hari, maka hari yang dia miliki hanyalah satu kali 24 jam selebihnya telah menjadi masa lalu baginya.
Yang terpenting adalah bukan tentang berapa lama seseorang memaknai kehidupan masa kini, melainkan bagaimana ia mampu menjalaninya. Terhadap kehidupan di masa kini, sikap terbaik adalah dengan mempersembahkan tingkah laku terbaik secara nyata. Kehidupan masa depan tidak terlepas dari impian, harapan atau perencanaan.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:
Thomas Alva Edison seorang ilmuwan penemu bola lampu menjelaskan bahwa untuk menjadi jenius, pertama harus memiliki inspirasi, impian atau perencanaan, meskipun pada akhrnya kerja keras yang menentukan keberhasilannya.
Bagi manusia, waktu adalah usianya. Seberapa lama ia hidup di alam dunia itulah waktu baginya. Sebagai ummat Rasulullah saw, tidak hanya syariat yang diwariskan tetapi juga hitungan umur. Jika Rasulullah saw wafat dalam usia 63 tahun, begitu pula dengan umatnya. Tidak peduli ia dari keturunan siapa dan tinggal di wilayah mana.
Jatah hidup maksimal tidak akan terpaut jauh dengan usia Rasul terakhir. Sabda Nabi: usia umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit sekali dari mereka yang melewatinya (H.R Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Di hadapan Tuhan waktu adalah hitungan masa yang harus ia pertanggung jawabkan. Allah swt akan menanyakan tentang bagaimana waktu dimanfaatkan secara baik. Rasulullah bersabda: "Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu" (H.R al-Nasai).
Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umur yang sebenarnya. Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, sekedar menghamburkan syahwat, berangan-angan yang batil, banyak tidur dan kesia-siaan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.
Di hadapan makhluk dan alam sekitar, waktu merupakan kesempatan untuk berbuat yang bermanfaat. Sebaik-baik manusia adalah yang memiliki manfaat bagi manusia lainnya. Karena waktu adalah nikmat dari Allah, sudah seharusnya tidak menyia-nyiakannya dengan perilaku yang tidak bermanfaat. Tidak perlu menunggu momen untuk dapat melakukan hal-hal besar dan viral. Bisa dimulai saat ini juga melalui hal-hal kecil dan sepele kemudian terus diupayakan pengembangannya kepada perilaku yang memiliki pengaruh dan cakupan yang luas.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”
Namun, sangat disayangkan, kebanyakan dari manusia lalai terhadap waktu (H.R. al-Bukhari, 6412). Tidak sedikit manusia yang merugi dalam perhitungannya. Firman Allah: Demi waktu, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta saling nasihat-menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (Q.S. al-Asr, 1-3). Terlalu sibuk dengan aktivitas mengejar dunia namun seperti tidak punya waktu bagi persiapan kehidupan akhirat. Sikap bijak seorang muslim terhadap dunia adalah menjadikan dirinya sebagai orang asing.
Tidak boleh menyia-nyiakan waktu dan selalu mengisinya dengan senantiasa mengingat Allah. Sebagaimana kisah dari Abdullah bin Abdil Malik, ia berkata, “Suatu saat kami berjalan bersama ayah di atas tandunya. Lalu dia berkata pada kami, ‘Bertasbihlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang dia tunjuk. Selangjutnya terlihat lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami, ‘Bertakbirlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertakbir.
Perlu disadari, saat waktu berlalu, detik demi detik beranjak pergi maka berkuranglah kesempatan bagi manusia. Tidak ada detik yang berulang, meskipun akan datang menit yang bernama sama atau hari dengan sebutan yang serupa. Pukul 1.30 saat ini bukanlah pukul 1.30 kemarin, begitu juga Jumat hari ini bukan Jum’at yang sama dengan Jum’at-Jumat yang lain.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Selain waktu yang pergi tidak akan kembali, juga tidak ada jaminan kehidupan bagi manusia pada detik detik berikutnya. Ibnu Umar berkata: ‘Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu (melakukan sesuatu) hingga pagi hari (datang). Apabila kamu berada di pagi hari jangankah menunggu (melakukan sesuatu) hingga sore (datang).
Gunakan waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu." (H.R Bukhari). Imam Asy Syafi’i menjelaskan bahwa waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya, maka dia akan memotongmu.” Jika tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang baik maka akan disibukkan dengan hal-hal yang sia-sia.”
Tahun 2022 – 2023 hakikatnya adalah perjalanan waktu, sebagai umat beragama tuntunan berbuat kebajikan seharusnya meningkat dari waktu ke waktu.“Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”
Meskipun secara kualitas hadis tidak sampai kepada derajat shahih namun kandungan informasi yang disampaikan memiliki nilai positif karena mengandung motivasi dan pelajaran. Memasuki tahun 2023, telah banyak hal yang didapatkan di tahun 2022.
Segala peristiwa yang telah dilewati, baik ataupun buruk telah membersamai selama satu tahun. Jika terdapat musibah atau hal yang dianggap buruk bukan untuk disesali dan diratapi, tetapi yang terbaik adalah bermuhasabah diri. Bahwa di tahun baru mendatang, semua akan bisa lebih baik lagi.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Adanya kesalahan yang mungkin tanpa sadar dilakukan, atau tidak bisa dihindarkan menjadi tugas sekarang untuk membenahinya. Mengatur strategi, agar hasilnya maksimal dan berusaha agar kesalahan yang sama tidak akan terulang kembali di tahun baru. Momen pergantian tahun sesungguhnya melatih diri untuk menginstropeksi serta tidak lupa untuk bersukur.
Bersyukur atas karunia yang telah dianugerahkan Allah selama tahun 2022. Hanya dengan bersyukur,nikmat akan bertambah nikmat. Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).
Memaksimalkan diri dalam pemanfaatan waktu adalah memikirkan kehidupan hingga sampai pada kehidupan akhirat kelak. Hidup tidak hanya hari ini, tetapi juga kemarin dan hari esok. Bersemangat dan berlomba-lomba dalam kebaikan dan dengan jalan kebaikan pula Karena yang menjadikan hidup berenergi adalah semangat untuk kehidupan di masa datang.***
