Mimbar Jumat

Memiliki Cinta Yang Sempurna

Begitu besar dan utama kedudukan Rasulullah saw di sisi Allah sehingga kehadiran Nabi disebut sebagai karunia terbesar bagi orang-orang yang beriman.

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
DR. Hj. Uswatun Hasanah, M.Ag. (Sekretaris Program Dokror dan Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Raden Fatah). 

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Abu Ubaidah bin Amar bin Yasir ra berkata, Aku berkata kepada Rabi’ bin Mu’awadz ra, lukiskanlah kepada kami tentang sifat Rasulullah Saw. Ia pun berkata: Wahai anakku, kalau saja engkau melihat beliau, seakan melihat matahari terbit. (H.R.Al Darimi,60, Thabrani, 4458). Jabir bin Samrah ra berkata: “Aku melihat Rasulullah Saw pada bulan purnama sedang memakai pakaian merah, kemudian aku melihat ke arah bulan. Ternyata di mataku beliau lebih Indah daripada bulan.” (H.R. al-Turmudzi, 2811, H.R. Al-Darimi, 57, H.R. al-Hakim:7383). Suatu saat Al Bara ra ditanya: “Apakah wajah Nabi Muhammad Saw seperti pedang? Dia menjawab: “Tidak, tetapi wajah beliau seperti bulan.” (H.R.Bukhari, 3359). Abu Hurairah ra berkata: “Aku tidak pernah melihat sesuatu pun yang lebih indah daripada Rasulullah Saw, seakan-akan matahari berjalan di sela-sela wajahnya.” (H.R.Ahmad: 8720, Ibnu Hiban: 6312). Sayyidina Ali Karomallahu wajhah berkata: “Wajah Rasulullah Saw putih kemerah-merahan. Keringat yang mengucur di wajahnya bagaikan permata. Aku tak pernah lagi melihatnya, baik sebelum maupun sesudahnya.” (H.R. Ahmad, 944, H.R. Ibnu Hiban, 6312, Ibnu Abi Syaibah, 31805, Abu Ya’la, 369). Ka’ab bin Malik ra berkata: “Rasulullah Saw jika sedang bergembira, wajahnya berseri-seri bagaikan bulan purnama.” (H.R. al-Bukhari, 3363, H.R. Muslim, 6947). Siti Aisyah ra berkata: “Rasulullah Saw memiliki wajah yang berseri-seri, bersinar seperti sinar bulan.”

Tidak hanya keindahan fisik. Keindahan wajah Rasulullah dipahami menonjol di antara orang-orang layaknya matahari mengalahkan bintang-bintang di langit pagi, atau seperti bulan menaungi bintang di malam hari. Dalam sebuah kisah meskipun tidak bisa ditegaskan kesahihannya dijelaskan bahwa keindahan wajah Rasul meskipun sangat menonjol di antara orang orang yang ada di sekelilingnya, namun tidak membuat orang lain menjadi semakin terlihat buruk justru menjadikan mereka terlihat lebih baik layaknya bulan yang menanungi bintang-bintang.

Ada lebih banyak lagi alasan, mengapa manusia wajib mencintai Rasulullah. Meskipun seharusnya tanpa alasan pun kewajiban mencintai Rasulullah adalah bukti keimanan. Sebagai penegasan dalam perilaku mencinta adalah sebuah kata bijak yang pernah disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib: “ aku sudah merasakan semua kepahtan hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia. Satu-satunya manusia yang tidak akan membuat kecewa adalah Rasulullah saw karenanya mari mencintainya dengan memiliki kesempurnaan cinta. ***

Update COVID-19 13 Oktober 2022.
Update COVID-19 13 Oktober 2022. (https://covid19.go.id/)

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved