KMA 2022
Profil Shely Ambarita Sabar AMKeb Rela Mengabdi di Pelosok Agar Masyarakat Dapat Pelayanan Kesehatan
Shely Ambarita Sabar,AMKeb adalah salah satu finalis Kartini Millenial Award atau KMA 2022 dari kategori kesehatan, dinobatkan sebagai bidan teladan
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Shely Ambarita Sabar,AMKeb adalah salah satu finalis Kartini Millenial Award (KMA) 2022 dari kategori kesehatan.
Ibu lima orang anak ini adalah seorang bidan cantik yang berasal dari Banyuasin yang juga telah mengabdi puluhan tahun bagi tanah kelahirannya.
Mendedikasikan diri bagi dunia kesehatan, bahkan rela menginap di puskesmas desa juga merogoh kocek sendiri demi ikut andil membangun puskesmas desa.
Shely harus rela menempuh perjalanan darat dua jam setiap hari jika ingin bertugas ke Puskesmas desa Limbang Mulya di Banyuasin.
Jalan darat ini akan becek dan licin saat musim hujan dan penuh debu saat musim panas.
Sebenarnya ada jalan yang lebih cepat sampai yakni jalur sungai karena jika menggunakan jalur darat terpaksa harus berkeliling jauh atau memutar untuk menuju puskesmas tersebut.
"Jadi saya kalau pergi setiap hari naik mobil dan mobil diparkirkan di Sungai Lilin."
"Sampai sana nanti saya dijemput pakai motor dengan akses yang sangat-sangat sulit apalagi kondisi saat ini sangat becek."
"Desa tempat saya kerja juga dikenal dengan desa yang banyak buaya, tempat orang dimakan oleh buaya ya itulah tempat saya mengabdi saat ini," jelas dia.
Ibu lima anak itu bersyukur paparannya pada juri membawanya menjadi juara KMA Kategori kesehatan.
Ia mengaku senang menjalani profesinya sebagai seorang bidan desa ini walaupun ia dulunya bercita-cita menjadi seorang polwan ini.
"Menjadi seorang bidan ini keinginan orangtua saya karena saya dulu maunya jadi polwan. Tapi setelah dijalani saya menikmati ini hingga akhirnya saya bertemu dengan suami saya saat ini," jelas dia.
Wanita yang juga pernah menjadi Putri Sriwijaya 2021 ini juga mengaku akan tetap terus mengabdi di desa karena baginya memberikan dan menolong masyarakat di desa sangatlah penting.
"Banyak yang saya alami saat menjadi bidan desa, apalagi masyarakat desa itu sangatlah masih menganut kepercayaan dengan melahirkan dengan "dukun"."
"Karenanya lama kelamaan paradigma dan kegiatan ini pun berkurang dan kita sudah mampu memberikan edukasi kepada masyarakat," jelas Paskibraka Tingkat Provinsi 1999 ini.
