Ramadan 2022
Jadi Primadona Saat Bulan Ramadan di Pagar Alam, Ternyata Begini Proses Pembuatan Tapai
makanan khas Pagar Alam yang selalu hadir saat bulan ramadan yaitu tapai (tape singkok). Tapai ini merupakan makanan yang selalu dicari
Penulis: Wawan Septiawan | Editor: adi kurniawan
Laporan Wartawan Sripoku.com, Wawan Septiawan
SRIPOKU.COM, PAGAR ALAM - Bulan suci Ramadan merupakan bulan yang sangat dinanti umat Islam bukan saja karena banyaknya rahmad dan pengampunan dibulan tersebut.
Namun momen berbuka menjadi salah satu hal yang sangat nanti saat bulan ramadan ini.
Karena banyak menu buka atau takjil yang hadir saat bulan suci ramadan ini.
Bahkan ada beberapa makanan yang hanya ada dan dapat dinikmati saat bulan suci ramadan saja.
Salah satu makanan khas Pagar Alam yang selalu hadir saat bulan ramadan yaitu Tapai (Tape Singkok). Tapai ini merupakan makanan yang selalu dicari oleh masyarakat saat bulan ramadan.
Makanan yang terbuat dari ubi kayu yang dipermentasi ini bisa dimakan dengan berbagai cara, mulai dari dicampur dengan es bahkan dijadikan tapai goreng.
Proses pembuatan tapai ini terbilang cukup mudah hanya butuh bahan baku yaitu ubi kayu atau singkong sudah bisa membuat tapai tersebut.
Namun harus melalui sejumlah proses mulai dari mengupas kulit singkong dan dicuci dengan air bersih.
Kemudian direbus sampai singkong setengah matang.
Setelah itu, singkok ditiriskan untuk didinginkan. Setelah dingin singkok dicampur dengan ragi yang menjadi bahan untuk permentasi.
Setelah dicampur dengan ragi maka singkok didiamkan selama satu hari satu malam baru bisa dinikmati menjadi tapai.
Salah satu warga Dusun Pagar Alam Maduan yang telah memproduksi tapai sejak tahun 2004 mengatakan, tapai singkong menjadi salah satu menu buka yang dicari masyarakat Pagar Alam saat bulan ramadan.
"Saat ramadan ini permintaan tapai meningkat. Kami satu hari bisa menghabiskan 200 kilogram singkong untuk dijadikan tapai," ujarnya.
Menurut Maduan, pembeli tapai miliknya bukan saja dari kawasan Kota Pagar Alam saja namum banyak yang berasal dari Kabupaten/Kota tetangga.
"Usaha ini sudah menjadi usaha turun menurun dari keluarga kami. Jadi sudah terbiasa membuat tapai yang manis dan lembut," katanya.
Baca berita lain Sripoku.com dengan mengklik Google News