Kritik Konflik Rusia dan Ukraina, Susilo Bambang Yudhoyono Serukan Para Pemimpin Dunia Jangan Diam

Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyuarakan kritik atas konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia.

Penulis: Muhammad Naufal Falah | Editor: adi kurniawan
Kompas.com/SABRINA ASRIL
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono 

SRIPOKU.COM - Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyuarakan kritik atas konflik Ukraina dan Rusia.

Melalui akun Twitter @SBYudhoyono, pada Rabu (2/3/2022) petang, dia menilai tak dapat memprediksi perang yang terjadi antar kedua negara.

Dia sendiri menulis, perang yang berlarutan akan sangat membahayakan keberlangsungan umat manusia.

Selain itu, SBY mengatakan tidak ada yang tahu ujung dari gejolak konflik yang sedang terjadi.

Tak mudah memprakirakan setiap peperangan, antara berujung huru-hara berlarutan ataupun perdamaian.

"Tidak ada yang tahu pasti, seperti apa ujung dari perang yang tengah terjadi di Ukraina. Juga tidak mudah diprediksi apakah perang segera berakhir atau justru menjadi perang berlarut," ujar SBY.

Di mata presiden RI 2 periode ini sejak Reformasi ini, setiap peperangan selalu berpeluang untuk diakhiri secara damai, meski perang adalah buah dari gejolak politik.

Baca juga: SBY Ingatkan Kepala Negara Tidak Akan Jalani Pemerintahan dengan Mudah : Kekuasaan Mesti Diawasi

"Setiap perang, betapapun dahsyatnya, selalu terbuka peluang (window of opportunity) untuk diakhiri secara politik. Semoga terbuka peluang itu," katanya.

SBY menjelaskan, ada dua hal besar yang paling ditakutkan pada peperangan modern, pertama terjadinya penggunaan senjata nuklir dan kedua suatu peristiwa yang memicu perang dunia ke-III.

"Ada 2 hal besar yang bersifat "NO GO" (terlarang). Pertama, jangan sampai perang ini mengarah ke "peperangan dunia". Kedua, jangan pernah berpikir dan berniat untuk menggunakan senjata nuklir, dari pihak manapun," papar SBY.

Menurutnya, sebenarnya dunia sudah mampu menahan gejolak perang Dunia dan menahan pemicu ledakan nuklik selama 70 tahun.

Namun ternyata, kemungkinan terbesar itu, kini kembali datang.

Dia menggesa untuk mencegah kehancuran semua upaya menjaga perdamaian selama ini.

"Jangan sampai upaya besar selama 70 tahun lebih ini sia-sia belaka. Mari cegah kehancuran kehidupan di muka bumi kita," ucap pria yang pernah menimba ilmu di Akademi Militer (Akmil) Angkatan Darat (AD).

SBY mendesak, semua pemimpin Dunia terutama pemimpin politik, harus melakukan sesuatu demi upaya mencegah kemungkinan terburuk.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved