Breaking News

Mimbar Jumat

Indahnya Saling Menasehati

Yang tua menyayangi yang muda, yang muda menghormati yang tua; yang kaya menyantuni yang miskin, yang miskin tidak malu membanting tulang...

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Erlan Agusrijaya SPd, MPd Pengawas Sekolah dari Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, berdomisili di Kota Palembang 

Oleh : H. Erlan Agusrijaya SPd, MPd
Pengawas Sekolah dari Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, berdomisili di Kota Palembang

SRIPOKU.COM -- Alangkah sedapnya di mata dan enak di telinga bila setiap warga sebuah negeri saling menasehati dan saling mendoakan.

Tidak ada saling hujat, tidak ada saling menghina dan merendahkan.

Yang tua menyayangi yang muda, yang muda menghormati yang tua; yang kaya menyantuni yang miskin, yang miskin tidak malu membanting tulang demi menyukseskan usaha barokah yang kaya, yang pemimpin menjaga amanah dan bertanggung-jawab, yang rakyat patuh dan taat menjalankan aturan pemimpin.

Harmonis dalam kata dan perbuatan…….

Apakah itu bisa diwujudkan?
Sebagai orang yang beriman, kita yakin itu semua bisa diwujudkan karena yang membuat petunjuk dan aturan adalah Allah Rabb Semesta Alam, Yang Maha Adil dan Maha Perkasa.

Apabila kita semua menaati aturan-Nya (syariat-Nya), maka Dia Yang Maha Pengasih akan memberikan Rahmat-Nya di dunia ini dengan ketenangan, keamanan, dan kesejahteraan.

Namun, apakah kita semua bisa menjalankan semua perintah-Nya dan larangan-Nya?

Jawabannya, insya Allah bisa asalkan semua mau menjalankan prinsip SALING MENASEHATI.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Rasulullah SAW menjadikannya sebagai pokok ajaran agama, ketika Nabi SAW bersabda: “Agama itu adalah nasihat.

“Kami berkata: “Kepada siapa wahai Rasulullah?”

Pada bagian lain Rasulullah SAW juga bersabda: “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, dan para imam kaum Muslimin serta segenap kaum Muslimin.” [HR Muslim]

Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW menjadikan nasihat yang tulus kepada seorang muslim sebagai bagian dari hak-haknya yang harus ditunaikannya oleh saudaranya sesama Muslim.

Rasulullah SAW bersabda: “Hak Muslim atas Muslim lainnya ada enam: jika engkau bertemu de-ngannya maka ucapkanlah salam kepadanya; jika ia mengundangmu, maka penuhilah undangan-nya; jika ia meminta nasihat kepadamu, maka nasihatilah ia…” [HR Muslim]

Bagaimana etika dan cara menasehati?
Menasehati dalam agama Islam diutamakan secara pribadi dan tertutup (tidak terbuka).

Dengan kata lain, hendaklah seseorang memberikan nasihat secara diam-diam, tidak terang-terangan di hadapan orang lain.

Sebab, manusia pada umumnya tidak mau menerima nasihat apabila diberikan di hadapan orang lain karena hal itu dapat mempermalukannya atau mengesankan kerendahan dan kehinaannya.

Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Logo instagram.com/sriwijayapost/

Oleh karena itu, akan bangkitlah keangkuhannya sehingga menyebabkannya menolak nasihat yang disampaikan.

Nasihat pada kondisi tersebut sama dengan membongkar aib dan nasihat ini hampir semakna dengan merendahkannya.

Dan para ulama salaf (terdahulu yang saleh dari kalangan Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’ut tabi’in) pun membenci perbuatan amar ma’ruf nahi munkar dengan bentuk merendah-rendahkan di hadapan orang banyak dan mencintai jika memberikan nasihat secara diam-diam.

Adapun nasihat yang diberikan dengan diam-diam tidaklah mengandung makna seperti itu.

Oleh sebab itu, biasanya orang yang dinasihati menerima jika nasihat untuknya tidak disampaikan secara terang-terangan.

Niscaya orang yang dinasihati tidak merasa keberatan atau tertekan untuk menerima nasihat tersebut.

Sehingga apabila seseorang menerima suatu nasihat dari orang yang menginginkan kebaikan darinya supaya mencegah dari hal yang dilarang, kemudian ia

menerimanya, taat, tunduk dan mengetahui baiknya nasihat tersebut maka hal itu diumpamakan seperti menginginkan kebaikan kepada orang yang dinasihati.

Kemudian, tentu saja niat yang tulus ikhlas harus ditanam dalam hati sejak awal agar jangan sam-pai tidak bernilai ibadah dan agar tidak kecewa bila nasehat tidak dijalanka.

Artinya, hendaklah orang yang memberikan nasihat kepada orang lain meniatkannya semata-mata mengharapkan Wajah Allah subhanahu wa ta’ala serta mencari pahala dan balasan dari-Nya.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Logo TikTok Sripoku.com

Sebab, nasihat yang diberikan kepada kaum Muslimin mengandung pahala yang sangat agung.

Rasulullah SAW sendiri menganggapnya sebagai inti dari ajaran agama, yaitu dalam sabda beliau :“Agama itu adalah nasihat”.[HR Muslim]

Demikian juga nasihat bagi Allah, bagi kitab-Nya, dan bagi Rasul-Nya.

Makna nasihat bagi Rasul-Nya adalah meneladani dan mentaati Nabi dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Semua itu wajib dikerjakan karena Allah ta’ala, ikhlas semata-mata mengharapkan Wajah-Nya dan pahala dari-Nya, serta mencari keridhaan-Nya.

Dengan demikian, ikhlas adalah syarat diterimanya amal shalih.

Di samping itu, dengan ketulusan kita ini, kita tidak akan kecewa bila nasehat kita tidak dijalankan karena kita sudah menjalankan kewajiban kita.

Dan kita tetap termasuk orang yang sukses, tidak akan merugi dunia dan akhirat terkait dengan penerapan prinsip saling menasehati ini.

Dalam Al-Qur’an, ada suatu surat yang memberikan standat atau barometer kesuksesan ini, yakni surat Al-Ashr, dalam juz ke-30.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Mari kita simak tafsir surat ini yang kami ambilkan dari Rumasyho.com.

Allah Ta’ala berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecu-ali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

Demi Masa
Allah bersumpah dengan al ‘ashr, yang dimaksud adalah waktu atau umur.

Karena umur inilah nikmat besar yang diberikan kepada manusia.

Umur ini yang digunakan untuk beribadah kepada Allah.

Karena sebab umur, manusia menjadi mulia dan jika Allah menetapkan, ia akan masuk surga.

Manusia Benar-Benar dalam Kerugian

Manusia benar-benar berada dalam kerugian.

Kerugian di sini adalah lawan dari keberuntungan.

Kerugian sendiri ada dua macam kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah.

Yang pertama, kerugian mutlak yaitu orang yang merugi di dunia dan akhirat. Ia luput dari nikmat dan mendapat siksa di neraka jahim.

ilustrasi
Update 13 Januari 2022. (https://covid19.go.id/)

Yang kedua, kerugian dari sebagian sisi, bukan yang lainnya. Allah mengglobalkan kerugian pada setiap manusia kecuali yang punya empat sifat:

(1) iman,
(2) beramal sholeh,
(3) saling menasehati dalam kebenaran,
(4) saling menasehati dalam kesabaran.

1- Mereka yang Memiliki Iman
Yang dimaksud dengan orang yang selamat dari kerugian yang pertama adalah yang memiliki i-man.

Syaikh As Sa’di menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah perintah beriman kepada Allah dan beriman kepada-Nya tidak diperoleh kecuali dengan ilmu. Iman itu diperoleh dari ilmu.

Syaikh Sholeh Alu Syaikh berkata bahwa iman di dalamnya harus terdapat perkataan, amalan dan keyakinan.

Keyakinan (i’tiqod) inilah ilmu. Karena ilmu berasal dari hati dan akal.

Jadi orang yang berilmu jelas selamat dari kerugian.

2- Mereka yang Beramal Sholeh
Yang dimaksud di sini adalah yang melakukan seluruh kebaikan yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunnah.

3- Mereka yang Saling Menasehati dalam Kebenaran
Yang dimaksud adalah saling menasehati dalam dua hal yang disebutkan sebelumnya.

Mereka saling menasehati, memotivasi, dan mendorong untuk beriman dan melakukan amalan sholeh.

4- Mereka yang Saling Menasehati dalam Kesabaran
Yaitu saling menasehati untuk bersabar dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat, juga sabar dalam menghadapi takdir Allah yang dirasa menyakitkan.

Karena sabar itu ada tiga macam:
(1) sabar dalam melakukan ketaatan,
(2) sabar dalam menjauhi maksiat,
(3) sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyenangkan atau menyakitkan.

Sukses pada Diri dan Orang Lain
Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Dua hal yang pertama (iman dan amal sholeh) untuk menyempurnakan diri manusia.

Sedangkan dua hal berikutnya untuk menyempurnakan orang lain. Seorang manusia menggapai kesempurnaan jika melakukan empat hal ini.

Itulah manusia yang dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keberuntungan yang besar.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 934).

Sudah Mencukupi dengan Surat Al ‘Ashr
Seandainya Allah menjadikan hujjah hanya dengan surat Al ‘Ashr ini, maka itu sudah menjadikan hujjah kuat pada manusia.

Jadi manusia semuanya berada dalam kerugian kecuali yang memiliki empat sifat: (1) berilmu, (2) beramal sholeh, (3) berdakwah, dan (4) bersabar.

Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata, “Seandainya Allah menjadikan surat ini sebagai hujjah pada hamba-Nya, maka itu sudah mencukupi mereka.”

Sebagaimana hal ini dinukil oleh Syaikh Muhammad At Tamimi dalam Kitab Tsalatsatul Ushul.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang sukses dan selamat dari kerugian dunia lan akhirat dengan mengamalkan isi surat ini, yakni saling menasehati dalam kebenaran dan kesa-baran.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved