Gunung Api Dempo Level Waspada
Catatan Erupsi Gunung Dempo Dari Tahun 1881, Terakhir Erupsi 15 Menit
Letusan GAD tercatat sejak tahun 1818. Terakhir meletus pada 1 Januari 2009 yang berlangsung selama 15 menit.
Penulis: Muhammad Naufal Falah | Editor: adi kurniawan
SRIPOKU.COM, PAGAR ALAM - Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menaikkan level tingkat aktivitas Gunung Api Dempo (GAD) Kota Pagaralam, Sumatera Selatan menjadi Level II (Waspada) dari sebelumnya Level I (Normal).
Peningkatan status ini terhitung sejak hari ini, Jumat tanggal 7 Januari 2022, pukul 16.00 WIB.
Ditingkatnya status Gunung Dempo dari Level I menjadi Level II berdasarkan hasil pemantauan visual dan kegempaan, serta potensi ancaman bahaya.
Untuk itu tingkat aktivitas GAD dinaikkan dari Level I menjadi Level II (Waspada).
Pihak Pos Pemantau GAD Kota Pagaralam mengatakan, sejak tanggal 3 Januari 2022 aktivitas GAD memang sudah terpantau melalui alat Siesmgraf digital.
Letusan Gunung Dempo tercatat sejak tahun 1818 dan hingga kini telah terjadi 21 kejadian erupsi dengan selang waktu erupsi terpendek satu tahun dan terpanjang 26 tahun.
Erupsi terakhir terjadi pada tanggal 1 Januari 2009 pukul 10:45:51 WIB.
Letusan itu terjadi singkat, hanya 15 menit.
Maret 2017, GAD pernah mengalami aktivitas kegempaan yang tak biasa sehingga sempat dinaikkan status dari I (Normal) ke Level II (Waspada).
Pada 2021 terjadi peningkatan kegempaan berupa pemunculan getaran Tremor Menerus selama bulan April hingga September 2021.
Karakter letusan Gungung Dempo dominan erupsi freatik yang berlangsung secara tiba-tiba, singkat, tidak didahului oleh gejala peningkatan (precursor) yang jelas.
Erupsi menghasilkan material lumpur belerang, piroklastik dan air dari danau kawah yang dapat membahayakan jiwa.
Material erupsi tersebar secara lokal hanya di sekitar pusat letusan/kawah.
Baca juga: Status Gunung Dempo Level II, BPBD Sumsel Minta 3 Daerah Ini Persiapkan Diri Mulai Titik Pengungsian
Sejak itu sampai saat ini kegempaan tremor masih terus tercatat, inilah yang membuat penetapan kenaikkan level.
Berdasarkan data yang dihimpun sripoku.com dari Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berdasarkan pengamatan visual selama 1 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut, pada saat cuaca cerah tidak teramati adanya hembusan gas/asap dari arah kawah/puncak.
Pada tanggal 3 Januari 2022 teramati hembusan gas dari arah kawah/puncak berwarna putih tebal dengan tinggi sekitar 150 meter dari atas puncak.
Hembusan tidak berlangsung menerus, pada 4 hingga 6 Januari 2022 tidak teramati hembusan gas dari arah kawah/puncak.
Sedangkan rekaman kegempaan menunjukkan jenis gempa yang terekam selama periode 1 Desember 2021 hingga 6 Januari 2022 yaitu Gempa Hembusan, Low Frequency, Vulkanik Dalam, Tektonik Lokal, Tektonik Jauh dan Tremor Menerus.
Tremor Menerus dengan amplitudo 0.5 - 2 mm (dominan 0.5 mm) mulai terekam pada tanggal 4 hingga 6 Januari 2022.
Pengamatan visual menunjukkan adanya kenaikan aktivitas hembusan gas dari kawah/puncak, seiring dengan kemunculan getaran Tremor yang mengindikasikan adanya kenaikan fluida (gas, cairan, batuan padat) ke kedalaman lebih dangkal.
Penghitungan energi gempa G. Dempo dari tanggal 1 hingga 6 Januari 2022 menunjukkan adanya peningkatan pada gempa frekuensi rendah sejak tanggal 3 Januari 2022, yang berasosiasi dengan adanya input fluida yang bersifat mendadak dan terespon langsung ke permukaan.
Mengenai potensi bahaya yang ada, adalah erupsi freatik yang menghasilkan abu dan hujan lumpur, serta hembusan gas vulkanik konsentrasi tinggi yang sebarannya terbatas di sekitar kawah/puncak.
Erupsi freatik bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului oleh gejala peningkatan yang jelas.