Mimbar Jumat
Pandemi Hati Nurani dan Vaksinasinya
Virus kecil Covid-19 menjadi momok yang menakutkan karena penyebaran virusnya mewabah menjalar mengkhawatirkan.
Oleh : H. ABDUL RAHMAN, S.Ag, M.Pd.I
Penyusun Bahan Pembinaan Qori’ dan Hafizh Kanwil Kemenag Prov. Sumsel
Saat ini wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) masih tetap menjadi bahan yang dibe-ritakan.
Virus kecil ini menjadi momok yang menakutkan karena penyebaran virusnya mewabah menjalar mengkhawatirkan.
Sehingga, berbagai agenda banyak yang ditunda bahkan dibatalkan.
Dampak negatifnya viral menggemparkan.
Namun ada pandemi yang tidak kalah membahayakan dari Virus Corona yaitu pandemi hati nurani.
Pandemi Hati Nurani merupakan gambaran hati yang terjangkit penyakit.
Rohani yang keropos rapuh hingga tak mampu memahami dengan jernih nilai-nilai agama.
Jiwa yang kering kerontang dari pengabdian, gersang dari keta’atan.
Kotor karena terpapar oleh berbagai sifat buruk, tercemar oleh perilaku maksiat yang mendatangkan dosa.
“Dosa itu ialah apa yang menggelisahkan hatimu dan kamu tidak ingin diketahui (dosamu) oleh orang lain” (H.R. Muslim).
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Dosa yang menumpuk akan menutup hati sehingga rusak membengkak; “Apabila seorang mukmin mengerjakan satu dosa, maka timbullah satu titik hitam pada hatinya, tetapi jika ia bertobat, menarik diri dan dan minta ampun, maka bersihlah hatinya kembali, dan jika ia tambah terus dosanya itu sehingga menutupi hatinya, itulah yang disebut “Roona” seperti yang diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an Al-Karim” (H.R. Ahmad).
Ayat Al-Qur’an yang dimaksud adalah termaktub dalam surah Al-Muthaffifin ayat 14 : “Kalla bal roona ‘ala qulubihim ma kanu yaksibun” (Sekali-kali tidak (demikian), bahkan telah menutup akan hati mereka dosa-dosa yang mereka kerjakan) (Q.S. Al-Muthaffifin : 14).
Pandemi Hati Nurani itu menggejala dan terefleksi dengan berbagai kesibukan dengan sikap rakus, tamak dengan kebendaan dan kekuasaan, membisu dan membiarkan kemunkaran.
Sikap egois tanpa kepedulian, mencuri atau korupsi, merampas hak-hak orang lain.
Dan yang termasuk pandemi hati nurani adalah menistakan agama, menghina kemuliaan Rasulullah SAW, perbuatan tercela yang sering dilakonkan dengan dalih hak asasi berkreasi dan kebebasan.
Yach… hak asasi berkreasi yang merusak harmoni toleransi, dan kebebasan yang menyimpang dan kebablasan.
Selain itu, hati yang terjangkit oleh penyakit, akan merasa senang melihat kesusahan orang lain.
Dan sebaliknya akan susah ketika melihat orang lain senang.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya...”(Q.S. Ali ‘Imran : 120)
Sebagai tempat lahirnya perasaan, maka hati juga dapat berperan menentukan sifat baik dan buruknya tabi’at manusia.
Sekeping hati yang bersahut tanpa tanpa kata, yang bertaut tanpa suara, tapi sengat wujudnya sangat terasa.
Bahkan baik atau buruk amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda dari baik atau buruknya hati.
Melalui Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Nu’man bin Basyir r.a Rasulullah menginformasikan: “Ala wa inna filjasadi mudghoh, idza shalahat shala-hal jasadu kulluhu wa idza fasadat fasadal jasadu kulluhu ala wahiya al-qolbu”.
(ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini, dan jika dia buruk maka buruklah seluruh tubuh, ketahuilah bahwa dia adalah hati).
Andai di antara kita mencoba melakukan “Rapid Test Hati” sebagai salah satu cara alternatif yang digunakan untuk mendeteksi terinfeksi atau tidak wabah Pandemi Hati Nurani, mung-kin saja.
Ternyata ada yang reaktif atau terkonfirmasi menelantarkan hak-hak anak yatim, fakir miskin, anak-anak yang telah kotori tubuhnya dengan nafkah yang haram.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Kedua orang tua yang saat hidupnya belum sempat dibahagiakan oleh anak-anaknya, kaum dhu’afa’/lemah yang membutuhkan yang namun dibiarkan tanpa diperdulikan, karib kerabat yang dikecewakan, harta yang tidak diinfakkan atau tidak sedekahkan, amanah yang tidak ditunaikan, kepercayaan yang dikhianati dan disia-siakan, jabatan yang disalahgunakan, dan fasilitas yang diselewengkan padahal akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT.
Allah mengingatkan dalam Q.S.At-Takaatsur : 8 “Tsumma latus’alunna yauma’idzin ’anin na’im”, (Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
Harta yang tidak diinfakkan, yang halalnya akan dihisab dan yang haram nya akan diazab, karena hakikatnya di dalam harta orang mampu ada hak orang lain yang butuh.
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”, (Q.S. Al-Ma’arij : 24 - 25).
Vaksinasi Hati Nurani
Vaksinasi Hati Nurani merupakan pemberian vaksin ke dalam hati manusia agar memiliki ke-kebalan dari penyakit hati, agar hati ceria tanpa resah, hati bahagia tanpa gelisah.
Al-Qur’an mengenalkan antara lain; dzikrullah (mengingat Allah dengan berdzikir dan lainnya) yang dapat menjadi vaksin bagi setiap hati manusia yang gundah dalam kehidupan yang semrawut dan pikiran yang kalut.
Sebagaimana firman-Nya; “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”.(Q.S. Ar-Ra’d : 28).
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Dzikrullah baik secara lisan, hati maupun perbuatan dapat meningkatkan imun bagi jasmani, dan meningkatkan iman bagi rohani.
Menghilangkan sedih dan rasa pahit yang ruwet menjadi semanis dawet.
Menghilangkan pikiran yang kacau dan kalut menjadi seindah liliput, melenyapkan rasa risau dan takut.
Secara konseptual, beribadah kepada Allah dan mendirikan shalat menjadi bagian dari dzikrullah (mengingat Allah); “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.(Q.S. Thaha : 14)
Alangkah indah motivasi dan edukasi Al-Qur’an; “In Ahsantum Ahsantum li anfusikum” (Jika kamu berbuat baik (pada hakikatnya berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri) (Q.S. Al-Isra’ : 7).
Maka segeralah berfikir baik, berkata baik, berperilaku dan berbuat baik, menjadi manusia yang produktif manfaat bagi sebanyak-banyak ummat.
“Ya Rasulullah, Siapa orang yang paling dicintai oleh Allah?.
Dan amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?”, tanya seorang laki-laki suatu ketika kepada Rasululah SAW.
Lalu beliau menjawab : “Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain, dan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan hati seorang mukmin, menghilangkan kesusahannya, (membantu) membayarkan hutangnya, ataupun menghilangkan rasa laparnya” (H.R. At-Tabrani)

Update 9 Desember 2021. (https://covid19.go.id/)
Ketika seseorang mengeluhkan tentang hatinya yang hampa, lalu berkonsultasi kepada Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah untuk mencari tempat untuk hatinya yang hilang (kosong dan hampa).
Maka sang Imam berkata: “Carilah hatimu di tiga tempat ini; di saat engkau mendengarkan Al-Qur’an, di saat engkau berada di majelis dzikir (majelis ilmu / majelis taklim) dan di saat engkau menyendiri bermunajat kepada Allah”.
Diperlukan ikhtiar ber-fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan) yang kuat dan lantang, agar tidak menuruti nafsu syhawat yang garang, yang selalu menggiring dan menyerang.
Untuk itu diharuskan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman untuk berpegang, agar menghilangkan iri dengki yang bersarang, melunakkan hati yang membatu bagai karang, mendinginkan jiwa gersang yang menggerang. Wallahu A’lam.