Gunung Semeru Meletus

KONON Disebut Paku Bumi Pulau Jawa, Terungkap Fakta Menarik Dibalik Meletusnya Gunung Semeru

Pada Sabtu (4/12/2021) sore, Mahameru sebutan Gunung Semeru meletus lagi dan mengeluarkan kepulan abu membumbung tinggi.

Editor: Wiedarto
SURYA.CO.ID/Tony Hermawan
Korban aktivitas erupsi Gunung Semeru, Sabtu (4/12/2021). 

Sayangnya ketika dibawa ke arah timur, serpihan gunung tercecer, mengakibatkan terjadinya jajaran pegunungan di pulau Jawa memanjang dari barat ke timur. Meski begitu walaupun sudah dipindahkan ke timur, pulau Jawa tetap miring.

Para dewa pun memutuskan memotong sebagian gunung kemudian menempatkannya di bagian barat laut.

Bagian utama gunung Mahameru yang konon menjadi tempat bersemayamnya Dewa Shiwa, kini lebih dikenal sebagai gunung Semeru.

Kini, Semeru menjadi tujuan pendakian para pendaki lebih-lebih ketika musim liburan tiba.

Gunung ini terletak di Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.

Para pendaki menyukai gunung Semeru karena bentuknya yang kerucut dan panorama yang indah.

Ternyata, gunung ini juga sakral bagi umat Hindu.

Umat Hindu percaya, Semeru adalah tempat bersemayam para dewa.

Tidak heran, umat Hindu menempatkan gunung di wilayahnya sebagai tempat suci, contohnya Gunung Agung yang menjadi tempat suci bagi umat Hindu di Bali.

Legenda umat Hindu mengatakan Dewa Wishnu membawa gunung Semeru dengan menjelma menjadi kura-kura raksasa, dan Dewa Brahma menjadi ular raksasa yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung dapat diangkut dengan aman.

Sayangnya ketika Semeru sudah menancap di sisi timur, Pulau Jawa masih terombang-ambing, sehingga puncak Semeru dipotong lagi dan diletakkan di sisi barat, yang menjadi Gunung Penanggungan.

Terdapat sebuah prasasti di Ranu Kumbolo yang kerap tersampir kain putih dan kuning dilengkapi sesajian di depannya.

Aksara yang terpahat di atasnya bertuliskan ‘ing deva ‘pu Kameswara tirthayatra’, yang kira-kira berarti ziarah suci Mpu Kameswara mencari air (tirthayatra).

Juga terdapat arca bernama Arcapada/Arcopodo yang kini tidak terlihat dari jalur pendakian menuju puncak.

Arcapada masih ada meskipun bentuknya tidak utuh lagi, menurut ekspedisi Cincin Api yang dilakoni Kompas pada tahun 2011, letaknya cukup sulit dan jauh dari jangkauan jalur pendakian.

Halaman
123
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved