Mimbar Jumat
Konsep Berkah dan Indikasinya Dalam Eknomi
Kita tahu bahwa dalam pandangan ekonomi pada umumnya ekonomi haruslah sangat materialis, tetapi dalam ekonomi islam materialisme saja tidak cukup.
Dalam ukuran materialisme logis tidak mungkin gaji ibu tersebut dapat memenuhi kebutuhan enam orang anaknya betapapun kerasnya ibu itu bekerja.

Update 25 November 2021. (https://covid19.go.id/)
Tetapi dalam ukuran berkah kasus itu menjadi mungkin terjadi, Allah SWT melalui caranya sen-diri mengantarkan keberkahan dengan memberikan tambahan kebaikan.
Hal itu muncul tanpa diduga dan tidak terhitung baik yang bersifat materi dan non-materi dalam kehidupan ibu dan enam orang anaknya karena motivasi intrinsik yang kuat (ketakwaan) dalam keluarga itu.
Dalam kasus kedua, seorang anak tukang becak yang mengenyam Pendidikan tinggi dengan fasilitas dari orangtua yang dapat kita bayangkan pasti sangat terbatas karena sang ayah hanyalah seorang pengayuh becak.
Ternyata mampu menyelesaikan Pendidikan sarjananya dengan prestasi terbaik dibandingkan dengan teman-temannya yang lain dengan fasilitas serba berkecukupan.
Dalam kasus distribusi dapat juga dilihat betapa ekonomi Islam sangat menekankan peran distri-busi fungsional dalam pembayaran zakat dan ibadah-ibadah sosial lainnya.
Dengan cara menarik dana zakat dari The Have dan mendistribusikannya kepada The Have Not adalah dalam rangka mencari keberkahan dalam harta.
Harta yang berkah adalah harta yang tumbuh dengan subur, selalu bertambah dan mampu mengentaskan problema-problema saudaranya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain dua kasus tersebut dan peran berkah dalam distribusi fungsional, sebenarnya banyak kasus lain di sekitar kita yang menohok paradigma materialism logis.
Ternyata cara pandang yang memisahkan aspek material dengan aspek spiritual tidak mampu menjelaskan fenomena-fenomena tersebut.
Sementara dengan konsep berkah yang melihat ada kekuatan atau kenyataan spiritual-transendental di belakang setiap fakta ekonomi, mampu dengan sangat gamblang menjelaskan-nya. wallahu’a’lam bi al’sawab.