Breaking News

'Kalo Ultah Cukup Beli Kue', Tidak Hidup Mewah 2 Anak KSAD Jenderal Dudung Jadi Dokter

Memiliki karir yang moncer dan lekat dengan didikan militer, namun perlakuan Jenderal Dudung Abdurachman sangat bertolak berlakang.

Penulis: Rahmaliyah | Editor: Yandi Triansyah
(Youtube KOMPAS.com)
Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurrachman saat berbincang dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho dalam tayangan BEGINU S2 EPS6: Dudung Abdurachman, Loper Koran dan Keberanian Bersikap Jenderal TNI di Kanal YouTube Kompas.com. 

Dudung Abdurachman dilahirkan di Bandung, 19 November 1965 merupakan putra dari pasangan Bapak Nasuha dan Ibu Nasyati PNS di lingkungan Bekangdam VI/Siliwangi.

Ia termasuk dari keluarga yang baik dan dermawan, dari keluarganya yang mewakafkan tanah untuk Pondok Pesantren Majaalis Al-Khidhir di Klapanunggal Bogor yang diasuh oleh Asy-Syaikh Muhammad Al-Khidhir.[4]

Mengawali dengan menceritakan pengalamannya dari SMP sampai dengan saat ini. Ia Menyelesaikan sekolah dari SD sampai SMA di Kota Bandung (1972—1985). Ia lulus SMA Negeri 9 Bandung pada tahun 1985 dan kemudian ia mendaftarkan diri di Akademi Militer Magelang.

Jenderal TNI Dudung Abdurachman beristrikan Ny. Rahma Setyaningsih dan dikaruniai tiga orang anak yaitu drg. Nadine Aqmarina Setyaningsih, dr. Nina Bonita Hasanah dan Mohammad Akbar Abdurachman.

Pengalaman pahit pernah dialami oleh sosok Jenderal TNI yang kini memiliki jabatan sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

Jenderal TNI Dudung Abdurachman saat konferensi pers di Makodam Jayakarta Jakarta Timur pada Senin (10/5/2021) saat masih menjabat Pangdam Jaya.
Jenderal TNI Dudung Abdurachman saat konferensi pers di Makodam Jayakarta Jakarta Timur pada Senin (10/5/2021) saat masih menjabat Pangdam Jaya. (Tribunnews.com/Gita Irawan)

Jenderal TNI Dudung Abdurachman SE MM menjadi perwira tinggi TNI AD sejak 17 November lalu dan mengemban amanat menggantikan Jenderal Andika Perkasa yang ditunjuk sebagai Panglima TNI.

Perjalanan karir yang dilalui Jenderal Dudung tidaklah mulus. Seperti yang diceritakannya saat di wawancarai Kompas.com di Kanal Youtubenya.

Sejak kecil dirinya sudah ditinggal sang bapak yang meninggal dunia saat ia masih kelas 2 SMP tahun 1981. Bapaknya bukanlah golongan menengah atas, hanya seorang PNS golongan IIIA dan memiliki 8 anak.

Sepeninggalan bapaknya, secara ekonomi keluarganya saat itu hanya ditopang dari gaji pensiunan PNS.

Untuk membantu kehidupan keluarganya, masa kecil Jenderal Dudung pernah berjualan koran setiap hari mulai jam 4 pagi gunakan sepeda. Setelah berjualan koran, ia mengantarkan kue klepon ke Kodam.

Suatu ketika peristiwa tak mengenakan dialami dirinya, ia dicegat oleh seorang tentara berpangkat Tamtama.

"Saya dipanggil, sini kamu terus ditendanglah kue itu yang jumlahnya 55 biji gelinding disana. Disitu saya bilang awas nanti saya jadi perwira. Dari situ saya berkeinginan jadi tentara dan mikir orang itu jangan semena-mena dengan rakyat kecil," katanya

berbekal pengalaman yang pernah ia alami, dirinya kemudian pertama kali mendaftar ke Akmil di Bandung dan hanya sekali tes, Jenderal Dudung berhasil masuk dan menjalani pendidikan selama tiga tahun dengan pangkat Letnan Dua.

 

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved