'Kalo Ultah Cukup Beli Kue', Tidak Hidup Mewah 2 Anak KSAD Jenderal Dudung Jadi Dokter

Memiliki karir yang moncer dan lekat dengan didikan militer, namun perlakuan Jenderal Dudung Abdurachman sangat bertolak berlakang.

Penulis: Rahmaliyah | Editor: Yandi Triansyah
(Youtube KOMPAS.com)
Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurrachman saat berbincang dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho dalam tayangan BEGINU S2 EPS6: Dudung Abdurachman, Loper Koran dan Keberanian Bersikap Jenderal TNI di Kanal YouTube Kompas.com. 

SRIPOKU.COM -- Memiliki karir yang moncer dan lekat dengan didikan militer, namun perlakuan Jenderal Dudung Abdurachman kepada keluarga diakuinya sangat bertolak berlakang.

Jika sebagian orang beranggapan bahwa keluarga militer keras dan kasar, malah Jenderal Dudung Adurachman mengaku dengan sang istri lebih banyak bercanda.

"Saya lebih banyak becandanya sama anak-anak dan istri, sampai sekarang pun sering ledek-ledekan, komunikasi dan saya jarang sekali marah apalagi sampai memukul," ujarnya saat dikutip dari kanal Youtube Kompas.com

Kepala Staf TNI AD (KASAD) Jenderal Dudung Abdurachman menceritakan maksud didikan keras tak dalam arti sebenarnya.

Didikan yang keras itu dimaknai bahwasannya dalam kehidupan itu tak semudah membalikkan telapak tangan, semuanya perlu perjuangan.

Mayjen TNI Dudung Abdurachman
Mayjen TNI Dudung Abdurachman (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

Baca juga: Awas Nanti Saya Jadi Perwira Pernah Ditendang di Kodam, Dudung Ingatkan Tentara Jangan Semena-mena

"Ini saya tanamkan kepada anak-anak dan saya juga ajarkan agar tidak berkehidupan yang mewah. Saya ajari anak-anak kalau ulang tahun cukup beli kue tart sedikit kumpul besama berlima dan selamat ulang tahun kasih hadiah sedikit sudah cukup," katanya.

Jenderal bintang empat ini, sejak kecil ia mengajarkan anak-anak saat ultah beli nasi bungkus dan berkeliling membagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkan.

Semua ini dimaksudkan agara tumbuh rasa kasih sayang kepada orang lain, tidak semena-mena dan peduli kepada orang yang tidak mampu.

Bagi Jenderal Dudung, peran keluarga sangat luar biasa dalam perjalanan karirnya.

"Karena saya pikiri, kalau kita ingin sukses kuncinya lihat anak istri kita lagi tidur malem-malem. Kalau orang tidur itu kek orang mati, dari situ saya bangkit, masa depan mereka tergantung pada saya, saya berjuang gak cukup berdoa tapi butuh ikhtiar," katanya.

Baca juga: Resmi Jadi KSAD, Ternyata Jendral Dudung Pernah Jadi Dandim di Lubuklinggau

Ia juga menuturkan kunci sukses dalam kehidupan ada peran dua orang wanita yang selalu tak lepas mendoakan, yakni ibu dan istri.

"Ada dua bidadari cantik, pertama ibu kita dan istri yang selalu mendoakan kita. Tidak ada orang lain, tapi kalau ibu dan istri pasti selalu mendoakan kita usai sembayang. Jadi cintailah mereka," katanya.

Apalagi, ibu kandungnya sejak kecil berperan menggantikan sosok Ayah yang sudah meninggal. Meski memiliki delapan orang anak namun ibunya sangat sering membagi-bagikan makanan yang ada di Asrama.

"Saya pelajari disitu, artinya segala sesuatu itu berangkat dari hati. Kalau hatinya baik, pikirannya baik, ucapannya baik maka tindakannya juga baik. Tuhan itu melihat manusia bukan dari kepalanya tapi hatinya," katanya.

Letjen TNI Dudung Abdurachman
Letjen TNI Dudung Abdurachman (capture/Youtube/TNI AD)

Baca juga: TANPA Basa-basi, Jenderal Polisi Bocorkan Tabiat Asli KSAD Jenderal Dudung Usai Dilantik Jokowi

Dikutip dari Wikipedia, Jenderal Dudung Abdurachman masih memiliki darah Cirebon keturunan Sunan Gunung Jati dari P. Sumbu Mangkurat Sari/Pangeran Trusmi (Syarif Wilayatullah) dari jalur putra "Pangeran Syeikh Pasiraga" Depok, Cirebon dari jalur cicitnya yang bernama Kuwu Muharom Wira Subrata Kepuh.

Dudung Abdurachman dilahirkan di Bandung, 19 November 1965 merupakan putra dari pasangan Bapak Nasuha dan Ibu Nasyati PNS di lingkungan Bekangdam VI/Siliwangi.

Ia termasuk dari keluarga yang baik dan dermawan, dari keluarganya yang mewakafkan tanah untuk Pondok Pesantren Majaalis Al-Khidhir di Klapanunggal Bogor yang diasuh oleh Asy-Syaikh Muhammad Al-Khidhir.[4]

Mengawali dengan menceritakan pengalamannya dari SMP sampai dengan saat ini. Ia Menyelesaikan sekolah dari SD sampai SMA di Kota Bandung (1972—1985). Ia lulus SMA Negeri 9 Bandung pada tahun 1985 dan kemudian ia mendaftarkan diri di Akademi Militer Magelang.

Jenderal TNI Dudung Abdurachman beristrikan Ny. Rahma Setyaningsih dan dikaruniai tiga orang anak yaitu drg. Nadine Aqmarina Setyaningsih, dr. Nina Bonita Hasanah dan Mohammad Akbar Abdurachman.

Pengalaman pahit pernah dialami oleh sosok Jenderal TNI yang kini memiliki jabatan sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

Jenderal TNI Dudung Abdurachman saat konferensi pers di Makodam Jayakarta Jakarta Timur pada Senin (10/5/2021) saat masih menjabat Pangdam Jaya.
Jenderal TNI Dudung Abdurachman saat konferensi pers di Makodam Jayakarta Jakarta Timur pada Senin (10/5/2021) saat masih menjabat Pangdam Jaya. (Tribunnews.com/Gita Irawan)

Jenderal TNI Dudung Abdurachman SE MM menjadi perwira tinggi TNI AD sejak 17 November lalu dan mengemban amanat menggantikan Jenderal Andika Perkasa yang ditunjuk sebagai Panglima TNI.

Perjalanan karir yang dilalui Jenderal Dudung tidaklah mulus. Seperti yang diceritakannya saat di wawancarai Kompas.com di Kanal Youtubenya.

Sejak kecil dirinya sudah ditinggal sang bapak yang meninggal dunia saat ia masih kelas 2 SMP tahun 1981. Bapaknya bukanlah golongan menengah atas, hanya seorang PNS golongan IIIA dan memiliki 8 anak.

Sepeninggalan bapaknya, secara ekonomi keluarganya saat itu hanya ditopang dari gaji pensiunan PNS.

Untuk membantu kehidupan keluarganya, masa kecil Jenderal Dudung pernah berjualan koran setiap hari mulai jam 4 pagi gunakan sepeda. Setelah berjualan koran, ia mengantarkan kue klepon ke Kodam.

Suatu ketika peristiwa tak mengenakan dialami dirinya, ia dicegat oleh seorang tentara berpangkat Tamtama.

"Saya dipanggil, sini kamu terus ditendanglah kue itu yang jumlahnya 55 biji gelinding disana. Disitu saya bilang awas nanti saya jadi perwira. Dari situ saya berkeinginan jadi tentara dan mikir orang itu jangan semena-mena dengan rakyat kecil," katanya

berbekal pengalaman yang pernah ia alami, dirinya kemudian pertama kali mendaftar ke Akmil di Bandung dan hanya sekali tes, Jenderal Dudung berhasil masuk dan menjalani pendidikan selama tiga tahun dengan pangkat Letnan Dua.

 

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved