Wong Kito

Kisah Anak Petani Karet Jadi Bupati, Devi Suhartoni Ungkap Rahasianya, Antara Lain Doa Orang Tua

Sebagai orang kampung di dusun pelosok yakni Desa Belani, Kecamatan Rawas Ilir, dirinya hanya seorang anak petani karet yang hidup sederhana.

Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM/RAHMAT Aizullah
Bupati Musi Rawas Utara, Devi Suhartoni ngobrol santai bersama Kepala Newsroom Sripo - Tribun Sumsel, L Weny Ramdiastuti di Pasar Lawang Agung, Kecamatan Rupit, Kamis (28/10/2021). 

SRIPOKU.COM, MURATARA - Tak pernah terpikirkan sebelumnya di benak seorang H Devi Suhartoni bahwa dalam sejarah hidupnya akan menjadi Bupati Musi Rawas Utara (Muratara).

Bagaimana tidak, sebagai orang kampung di dusun pelosok yakni Desa Belani, Kecamatan Rawas Ilir, dirinya hanya seorang anak petani karet yang hidup sederhana.

Dalam program 'Ngopi Sore' (Ngobrol Pintar Sore-sore) yang dipandu Kepala Newsroom Sripo - Tribun Sumsel, L Weny Ramdiastuti, orang nomor satu di Bumi Beselang Serundingan ini bercerita.

Dia dahulunya sama seperti anak-anak desa pada umumnya, namun Devi Suhartoni kecil memiliki mimpi besar untuk menjadi orang sukses meski terlahir dari keluarga biasa-biasa saja.

"Saya ini anak dusun, anak petani, orangtua saya sehari-hari menyadap karet, tapi saya kepingin sukses," kata Devi Suhartoni saat ngobrol santai bersama Kepala Newsroom Sripo - Tribun Sumsel, L Weny Ramdiastuti di Pasar Lawang Agung, Kecamatan Rupit, Kamis (28/10/2021).

Pria kelahiran 1 Juni 1969 itu menuturkan kunci sukses dalam hidupnya adalah doa orangtua dan belajar dengan serius di sekolah yang baik.

Menurut Devi, sebagai anak desa yang lahir dari keluarga sederhana tidak boleh mengeluh dengan keadaan, sebab itu tidak akan bisa merubah masa depan.

"Saya menjadi bupati ini karena doa orangtua saya. Yang bisa merubah anak desa menjadi sukses adalah doa orangtua. Demudian sekolah di tempat yang baik dan sekolah dengan baik," katanya.

Devi Suhartoni mengungkapkan masa kecilnya hingga tamat sekolah dasar di Desa Belani, namun melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP dan SMA di Palembang.

"Kami orang Muratara kalau dulu kalau tidak nyambung sekolah di Lubuklinggau, ya ke Palembang atau ke Jakarta. Nah saya nyambung ke Palembang," ujarnya.

Dia mengatakan pekerjaan orangtuanya saat menyekolahkan dirinya kala itu adalah sebagai petani karet yang hanya cukup untuk makan sehari-hari.

"Orangtua saya punya kebun karet hanya untuk cukup makan, ada karet sendiri dikit, kadang-kadang juga menyadap karet orang," kata suami Rita Suryani, Anggota DPRD Provinsi Sumsel Fraksi PDI Perjuangan ini.

Devi mengaku saat sekolah SMP dan SMA di Palembang, dirinya adalah sosok siswa yang berprestasi, selalu mendapat rangking dan baik dengan teman-temannya.

"Saya dapat rangking, dapat beasiswa, dapat buku saya kasih sama teman-teman saya, uang beasiswa saya kasih teman-teman saya yang tidak mampu juga," tuturnya. (Rahmat Aizullah)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved