Tren Urban Farming di Palembang Meningkat di Era Pandemi, Solusi Bertani dalam Keterbatasan Lahan

"Urban farming tidak hanya dapat dilakukan di lahan terbatas, namun bisa mulai dari skala rumah tangga.

Penulis: Rizka Pratiwi Utami | Editor: pairat
Handout
Ilustrasi tren urban farming 

SRIPOKU.COM - Tren urban farming yang meningkat di era pandemi ini sontak menarik banyak perhatian masyarakat, termasuk juga di Kota Palembang.

Urban farming menjadi salah satu cara bercocok tanam di wilayah perkotaan dengan memanfaatkan lahan sempit dengan variasi teknik.

Metode ini menjadi solusi masyarakat perkotaan yang ingin bercocok tanam di tengah keterbatasan lahan.

Urban farming dinilai sebagai solusi teknologi pertanian yang ideal di masa depan.

"Urban farming tidak hanya dapat dilakukan di lahan terbatas, namun bisa mulai dari skala rumah tangga.

Secara ekologi urban farming bisa mendukung keberadaan ruang hijau untuk peningkatan kualitas kesehatan lingkungan,"ujar Prof Siti Herlinda saat menjadi Keynote Speaker dalam acara Seminar Nasional Sub Optimal Rabu (20/10/2021).

Pakar Agronomi Unsri, Prof. Dr. Ir. Benyamin Lakitan, M.Sc. juga angkat bicara soal tren urban farming.

Menurutnya, tren urban farming di perkotaan setahun belakangan ini menjadi fenomena yang luar biasa.

Adapun kelompok tanaman yang dominan dibudidayakan di perkotaan adalah sayuran dan tanaman hias.

Sejak urban farming menjadi tren, penjualan benih hortikultura dan tanaman hias ikut meningkat.

Hal ini dikarenakan konsep urban farming dalam pertanian bisa dilakukan dengan model hidroponik dan vertikultur.

Dua model tersebut kini sudah umum dilakukan di perkotaan.

"Selain untuk produksi pangan, budidaya pertanian di perkotaan juga dilakukan untuk tujuan estetika dan peningkatan kualitas lingkungan.

Misalnya budidaya vertikal pada dinding bangunan (green wall) dan di atas atap beton bangunan tinggi (green roof),"jelasnya.

Dr. Ir. A. Muslim dan Prof. Dr. Ir. Anis Saggaf saat menyampaikan kata sambutan dalam rangkaian acara Seminar Nasional PUR-PLSO
Dr. Ir. A. Muslim dan Prof. Dr. Ir. Anis Saggaf saat menyampaikan kata sambutan dalam rangkaian acara Seminar Nasional PUR-PLSO (Zoom)

Baca juga: Daftar Pemenang Lomba Merangkai Bunga Untuk Semarakkan Dies Ke 61 Universitas Sriwijaya Ada Dari KPA

Baca juga: Soal Cuitan Mahasiswi Jadi Korban Asusila Oknum Dosen, Ini Kata Universitas Sriwijaya: Masih Abstrak

Di lain sisi, Pakar Pemuliaan Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Muhamad Syukur mengungkapkan sebuah pilihan sistem yang dapat digunakan untuk memulai urban farming dengan sistem hidroponik di lahan pekarangan dapat dilakukan dengan sistem Nutrient Film Technique (NFT).

"Keunggulan budidaya hidroponik ini, antara lain tidak tergantung musim, hemat lahan, hemat air, lebih sehat dan bergizi," ujarnya.

Syukur menyebut, budidaya tanaman dalam pot di pekarangan mempunyai beberapa keunggulan di antaranya adalah relatif mudah dalam perawatan, hemat lahan, estetik dan mudah dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan.

"Sistem urban farming yang direkomendasikan dilakukan di rumah adalah penanaman dalam pot, antara lain untuk komoditas cabai hias,"jelasnya.

Selain itu, dalam urban farming ada pula konsep Integrated sustainable urban farming (ISUF).

Konsep ini fokus kepada integrasi pertanian-perikanan-peternakan.

Dari aspek Perternakan, Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc.,IPU, menyebutkan limbah ternak ini dapat dimanfaatkan sebagai sebagai pupuk bagi tanaman maupun ikan yang dipelihara dalam sistem urban farming.

Bukan cuma itu saja, pemanfaatan pengolahan kotoran ternak dapat juga meningkatkan ekonomi masyarakat.

"Bisnis usaha kotoran sapi dapat dilakukan dengan menjual pupuk sebagai pupuk organik, pupuk cair, pupuk urin dan biogas bahkan sebagai pakan ikan dengan memanfaatkan sludge sisa cair biogas,"ujarnya.

Sementara itu dari aspek perikanan, Pakar Budidaya Ikan Universitas Diponegoro, Dr. Ir. Fadjar Basuki, M.S menunjukkan bahwa kegiatan urban farming berupa pemeliharaan ikan mas koki dan Rasbora dapat dilakukan di pekarangan rumah.

Dari mulai pemeliharaan induk, pemelihararan larva dan juvenile sampai dengan pembesaran ikan.

"Konsep sistem ini dinilai zero waste, sehingga menjadi solusi bagi penyediaan pangan secara mandiri dan ramah lingkungan," jelas dia.

Terakhir, menurut Siti Herlinda sistem ISUP dinilai ramah lingkungan.

Hal ini dikarenakan dalam aplikasinya dapat memanfaatkan limbah baik dari komponen luar maupun dari setiap komponen system tersebut.

Sebagai contoh pemanfaatan sampah organik rumah tangga untuk membudidayakan black soldier fly (BSF) atau lalat tentara hitam (Hermetia illucens) di pekarangan rumah yang dapat dimanfaatkan menjadi pakan ikan dan ternak.

Sebagai informasi, topik urban farming ini dibahas dalam acara Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-9 tahun 2021 yang diadakan oleh Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya.

Acara yang diselenggarakan pada Rabu (20/10/2021) lewat Zoom ini mengangkat tema "Sustainable Urban Farming Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Era Pandemi".

Acara yang diikuti oleh 154 peserta dan 141 pemakalah dari 17 provinsi ini tetap terasa hikmat dilaksanakan walau secara virtual.

Kegiatan ini dibuka langsung oleh Rektor Universitas Sriwijaya, Prof. Dr. Ir. Anis Saggaf MSc. Eng. ini merupakan rangkaian dari kegiatan Dies Natalis Unsri ke-61 dan Dies Fakultas Pertanian ke-58.

Dalam sambutannya, Anis Saggaf menyatakan dukungan penuh Unsri untuk kegiatan seminar nasional Lahan Suboptimal yang sudah berlangsung hampir satu dasawarsa ini.

Konsistensi dan loyalitas PUR-PLSO dalam menyelenggarakan kegiatan yang merupakan wadah diskusi bersama akademisi, peneliti, praktisi dan semua pihak terkait.

Bukan cuma itu saja, Anis Saggaf juga menyindir soal beberapa poin yang diperlukan oleh para petani. Seperti sentuhan teknologi, optimasi panen dan pengolahan pasca panen.

“Kegiatan PUR-PLSO ini sangat berguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, apalagi di tengah pandemi seperti ini. Saya yakin seminar ini bisa berjalan dengan baik. Semoga tahun depan kondisi dunia semakin membaik sehingga kita bisa kopi darat bersilahturahmi di Unsri,”ujar Anis Saggaf.

Hal senada juga disampaikan oleh Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Dr. Ir. A. Muslim, M.Agr.

Muslim mengapresasi konsistensi PUR-PLSO dalam melaksanakan seminar nasional yang sudah berjalan hampir 10 tahun.

Muslim berharap, dengan rutin melaksanakan seminar nasional ini bisa menjadi wadah dalam pemecahan persoalan pangan yang merupakan masalah mendasar bagi masyarakat terutama di era pandemi.

"Tema ini sangat sesuai dengan kondisi pertanian, peternakan, perikanan seperti saat ini.

Di tengah kondisi lahan yang sempit yang sudah dipenuhi dengan bangunan tentunya tema ini relevan dengan visi misi Pertanian Unsri.

Kami berharap dari seminar ini akan muncul ide-ide brilian dan gagasan yang baik untuk membuat sistem lahan pekarangan di perkotaan menjadi sistem lahan ideal,"ujarnya.

Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Benyamin Lakitan, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Benyamin Lakitan, M.Sc (Zoom)

(*)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved