Mimbar Jumat

Membangun Harmoni Melalui Pendidikan Moderasi

Perbedaan dari sisi agama, bahasa, suku, & golongan politik sekalipun tidak boleh menghambat untuk membangun suasana harmoni antar sesama warga bangsa

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
DR Abdurrahmansyah MAg / Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden Fatah 

Kelompok extremist menganggap teks suci sebagai corpus tertutup dan kehilangan konteks.

Idealnya sebuah teks suci yang dirujuk dari sumber yang sama dapat diinterpre-tasikan ke dalam berbagai konteks secara luas dan multidimensi.

ilustrasi
Update 7 Oktober 2021. (https://covid19.go.id/)

Khazanah literatur keagamaan yang ditulis oleh para ulama masa lampau dengan konteks zaman, latar pendidikan, setting sosial, dan suasana psikologis penulis kitab sangat mempengaruhi cara pandang mereka dalam melihat sebuah realitas.

Sehingga jika khazanah itu dibaca pada konteks saat ini, tentu akan muncul analisis dan pemaknaan-pemaknaan baru yang lebih substantif, mencerahkan, dan kekinian.

Tradisi membaca literatur keagamaan secara sistematis sesuai cabang keilmuan se-cara luas menjadi sangat penting untuk menghindari pemahaman sempit dan ekslusif.

Kurikulum pendidikan dan model pembelajaran agama dengan pendekatan multi-kultural penting dikembangkan sebagai perangkat penting untuk mendukung so-sialisasi percepatan penguatan pemahaman moderasi beragama.

Pendidikan multikultural harus segera diperkuat dengan berbagai pilihan model dan pendekatannya di lembaga pendidikan mulai tingkat dasar.

Bahkan penetrasi pembiasaan sikap saling menghargai sesama sudah harus dilatih sejak dini di usia kanak-kanak pada lingkungan keluarga.

Proses mendidik nilai-nilai multikulturalisme tidak cukup hanya bermuatan konten kognitif saja, tetapi akan lebih efektif jika menyediakan pengalaman belajar dalam bentuk pembiasaan berinteraksi positif dengan orang lain secara heterogen.

Mengkondisikan anak-anak dengan lingkungan yang serba sama akan menyulitkan siswa untuk merasakan perbedaan dan belajar menghargainya.

Pesan-pesan bermuatan isu dan konten multikultural perlu disuarakan di semua tempat di berbagai kesempatan.

Semua pranata sosial dan institusi agama seperti madrasah, masjid, majelis taklim, dan forum-forum pengajian penting diingatkan untuk menyampaikan informasi agama berbasis pemahaman multikultural.

Penguatan paham multikultural dalam membangun harmoni sangat efektif melalui sektor pendidikan, tanpa mengabaikan posisi keluarga dan masyarakat.

Jika saat ini ancaman munculnya komunitas beragama dengan cara pandang sempit dan anti toleransi, termasuk kemunculan kelompok takfiri yang anti keberagaman, maka tantangan pendidikan multikultural di negeri ini semakin berat dan membutuhkan desain program dan strategi yang lebih efektif.

Karena bagaimanapun bangsa ini sangat membutuhkan cara pandang beragama mengenai keanekaragaman kultural, hak-hak asasi manusia serta penghapusan berbagai jenis prasangka (prejudice) untuk membangun kehidupan masyarakat yang adil, beradab, dan sejahtera lahir batin. Wallahu a’lam bi al-Shawwab.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved