Mimbar Jumat
Mural dan Sikap Bijak Mengelola Kritik
Mural adalah aktivitas menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok, atau media luas lainnya yang bersifat permanen.
Oleh: Muhammad Adil
Dosen UIN Raden Fatah Palembang
SRIPOKU.COM - Presiden Joko Widodo beberapa saat yang lalu perlu mengingatkan Kapolri untuk tidak terlalu berlebihan dalam menindak pelaku yang membuat mural di berbagai tempat. Biarkan saja, saya sudah biasa dihina dari dulu.
Demikian ungkap presiden Joko Widodo.
Awalnya, kita cukup asing dengan istilah mural ini.
Dari berbagai peristiwa mural yang muncul di berbagai tempat, maka kemudian kita mengetahui bahwa mural adalah aktivitas menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok, atau media luas lainnya yang bersifat permanen.
Konon, beberapa mural yang tersebar di berbagai tempat itu, di antaranya “mengandung” unsur “hinaan” kepada Presiden Joko Widodo.
Namun, bagi mereka yang membuat atau yang mendukung, ini bukanlah hinaan, melainkan bentuk kritikan kepada pemerintah.
Singkatnya, seperti biasa, karena dianggap terdapat unsur hinaan, maka jadilah mural ini sebagai polemik.
Dalam pemahaman umum, presiden merupakan simbol negara.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Sebagai rakyat bangsa Indonesia, kita perlu ikut bersama-sama menjaga dan mengamankan simbol-simbol negara, supaya negara ini menjadi negara yang berdaulat.
Ungkapan seperti ini muncul di sebagian masyarakat bangsa kita.
Dalam konteks historis, secara substansial, ternyata pada masanya Nabi Muhammad SAW saat memimpin Negara Madinah juga sangat “akrab” dengan berbagai bentuk hinaan.
Tapi seperti biasa, Nabi tetap memperlakukan berbagai hinaan itu dengan sikap yang arif dan bijaksana kepada para pelaku penghinaan.
Nabi tidak lantas menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk langsung menindak tegas kepada para pelaku.