Berita Palembang

Ridwan Kamil Sebut Energi Terbarukan Bisa Hemat 70 Persen, tapi Akui Masih Ada Kendala Ini

Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan M Ridwan Kamil mengungkapkan, dengan memanfaatan energi terbarukan

Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Arief
Ridwan Kamil saat menjadi narasumber diskusi kepemudaan Sumsel, dengan tema "Peran Pemuda dalam semangat transisi energi nasional" di Temu Rindu Coffe dan Catery Palembang, Kamis (3/6/2021). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan M Ridwan Kamil mengungkapkan, dengan memanfaatan energi terbarukan, masyarakat bisa melakukan penghematan hingga 70 persen dalam pengeluaran sehari- hari.

Hal ini diungkapkan Ridwan Kamil saat menjadi narasumber diskusi kepemudaan Sumsel, dengan tema "Peran Pemuda dalam semangat transisi energi nasional" di Temu Rindu Coffe dan Catery Palembang, Kamis (3/6/2021).

Dikatakan Gubernur Jawa Barat (Jabar) tersebut, dirinya sendiri sudah mengetes langsung penghematan tersebut dengan membeli mobil listrik (Tesla) yang terbukti lebih hemat dengan mobil konvensional (BBM). Dimana jika konvensional jika menempuh jarak 300 KM harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 300 ribu, sedangkan dengan mobil listrik hanya sekitar Rp 50 ribuan.

"Contoh kedua, emak- emak sekarang pakai elpiji itu sebenarnya minyak bumi juga, tapi dipaksa jadi gas yang konvensional sekali. Kalau jadi kompor listrik sudah saya hitung menghemat 70 persen. Bayangkan, kalau kompor- kompor listrik sudah digunakan, berapa tabungan emak- emak itu kalau pertahun, bisa beli bermacam- macam," kata Ridwan.

Meski begitu, ia menilai masih ada problem pada kompor listrik, dimana untuk penggunaan watt listriknya cukup tinggi, dan bagi rumah tangga menengah ke bawah akan kesulitan. Mengingat kompor listrik rata- rata dayanya sampai 300 watt dan ini perlu solusi kedepan.

"Kalau rumah tangga daya listriknya hanya 450 watt, maka harus matikan penggunaan listrik lainnya. Mudah- mudahan kita doakan ada inovasi cukup 100 watt saja, dengan panasnya berlipat- lipat nanti," jelas Ridwan seraya mantinya berujung pasa kesejahteraan rakyat dengan biaya hidup yang jauh lebih murah.

Mantan Walikota Bandung ini pun mengajak semua pemuda yang ada untuk berpikir maju kedepan, dengan cara mengelolah sumber daya yang diberikan Allah SWT dengan inovasi- inovasinya yang bisa dinikmati masyarakat secara langsung.

"Sebenarnya motor listrik dan kompor listrik sebenarnya dari dulu sudah ada, tapi karena ada desakan cukong- cukong minyak maka terpinggirkan, dan ini politik of energilah. Indonesia dulu penghasil minyak bumi tapi sekarang impor, dulu pendapatan APBN bersumber Migas samlai 40% sekarang 10 persen," tuturnya.

Maka dari itu, persoalan energi kedepan harus dipikirkan untuk energi terbarukan, mulai dari segi politik pembuat kebijakan hingga inovasi yang ada, dan Indonesia harus bersyukur negara kita miliki gas 4x lipat dibanding minyak bumi namun belum dimanfaatkan secara maksimal.

"Energi terbarukan banyak dikasih Allah mulai dari matahari, air hingga angin yang berlimpah dan bisa jadi energi. Kita juga jadi perhatian karena energi listrik ini kembali ke PLN dan semua kembali ke mereka (monopoli) sebab selama ini alasannya terlalu mahal, padahal teknologi penting meski mahal termasuk untuk riset- riset, dan ini kembali ke kemauan kita dan sistem yang ada, termasuk adik- adik yang akan jadi pemimpin bangsa, untuk terus menjadi contoh bagi masyarakat," tandasnya.

Dilanjutkan Ridwan berdasarkan hasil kajian, jika Indonesia bisa memaksimalkan energi terbarukan 100 persen pada tahun 2050 secara mandiri, dan pihaknya melalui Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan yang tersebar di seluruh Indonesia akan menyuarakan dan menggerakkannya agar terwujud.

"Jadi 2050 kita berharap ini bisa teralisasi dan kita harus bisa," optimisnya.

Sementara Founder dewan Energi mahasiswa Sumsel sekaligus Presma Unsri 2019 Ni'matul Hakiki Vebri Awan menyatakan, jika berbicara masalah energi anak muda punya dua keresahan ditengah masyarakat. Dimana energi dekat dengan kehidupan, mengingat masalah makanan masih menjadi hal pokok, namun transportasinya yang menggunakan energi pasti harus menunjang.

"Tetapi realitanya masyarakat tidak memandang sedemikian (energi terbarukan penting), dan terkesan elit.
Kedua energi itu konotasi biasanya menyangkut BBM, lampu, kompor beda dengan makanan, sehingga mereka tidak sadar jika ini penting untuk kehidupan," paparnya.

Dilanjutkan, Wawan semangat harus dibangun mengantarkan isu ini ke masyarakat dengan terus melakukan sosialisasi, karena kalau tidak disentuh masalah energi ternarukan akan susah.

"Jadi pahami energi dan kemudian bahas lingkungan unntuk transisi.
Selama masyarakat menggap isu elit pertentangan masyarakat dengan elit maka akan terus terjadi," pungkasnya.

Bongkar Poligami Suami, Kini Umi Pipik Tersudut, Dituntut Bongkar Identitas Istri Ketiga Uje: Fitnah

Dulu Tolak Oplas di Korea, Bak Tak Tahan Dibully, Kekeyi Akhirnya Permak Wajah, Kini Percaya Diri

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved