Kisah Ariel Sharon: Jenderal Kejam Penjaga Israel yang Tangannya Berlumuran Darah Rakyat Palestina
Ariel Sharon punya sejarah hidup yang tak bisa lepas dari konflik pendudukan zionis terhadap tanah Palestina.
Serta Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Rotstein mengatakan para dokter dan keluarga telah memperkirakan yang terburuk akan terjadi. Kondisi Sharon (85) memburuk sejak Rabu (1/1/2014), setelah jatuh koma akibat serangan stroke hebat pada 4 Januari 2006. Kondisinya memburuk sesudah dia menjalani operasi karena gangguan ginjal serius.
Situs berita Ynet mengutip sumber-sumber medis setempat mengatakan Sharon kembali berada di unit perawatan intensif sebulan lalu.
Dalam beberapa hari terakhir kondisi Sharon disebut stabil tetapi mengalami kerusakan signifikan.
Pemimpin kubu sayap kanan nasionalis Israel ini pada Januari 2013 memperlihatkan kemajuan aktivitas otak berdasarkan pemindaian MRI.
Reaksi positif dia perlihatkan ketika melihat foto keluarga dan mendengar suara anaknya.
Sharon menjabat sebagai Perdana Menteri Israel pada 2001. Setelah mencapai puncak karir politik bersama Partai Likud, pada 2005 Sharon keluar dari partai itu dan membentuk partai baru, Kadima.
Langkahnya ini merupakan reaksi kefrustasiannya menyikapi kubu garis keras Israel yang menentang penarikan mundur pasukan Israel dari Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Karir Sharon penuh dengan kontroversi. Lahir pada 27 Februari 1928 dari orangtua keturunan Belarus, dia menyebut diri dalam biografinya sebagai "Prajurit".

Update 17 Mei 2021. (https://covid19.go.id/)
Tangguh dan berani, Sharon membuktikan diri sebagai tentara cerdas yang mewarnai seluruh sejarah negara Israel.
Meski menjadi perwira tinggi dalam perang enam hari pada 1967 yang menjadi awal pendudukan Israel atas wilayah Palestina, Sharon juga yang kemudian mendorong penarikan mundur pasukan Israel dari Gaza yang mereka dududki sejak perang enam hari itu.
Sharon mendapat julukan "Buldoser" karena gaya dan fisiknya.
Dia pun diingat orang-orang Timur Tengah dengan julukan "Jagal dari Beirut", terkait pembantaian pengungsi Palestina di kamp Sabra dan Shatila di Beirut, Lebanon, pada September 1982.
Perang dan Perang
Melansir Intisari Online, pada usia 14 tahun, Ariel yang menerjemahkan dukungannya terhadap Zionisme dengan cara menyerang rakyat Palestina itu mulai masuk organisasi bersenjata.