Hari Pendidikan Nasional 2021, Banyak Pelajar Kelas 1 SD di Muaratara Masih belum Bisa Baca
Belajar tatap muka sistem ganjil genap di Muratara yang dimaksud ialah siswa dengan nomor absen ganjil sekolah pada hari Senin, Rabu, dan Jumat.
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Rahmat Aizullah
SRIPOKU.COM, MURATARA - Hari Pendidikan Nasional 2021 jatuh pada Minggu (2/5/2021).
Ironisnya, beberapa pelajar kelas 1 SD di Muratara masih belum bisa membaca.
Sejumlah guru dan orangtua mengeluhkan sistem pembelajaran selama pandemi Covid-19.
• Pakai Zoom Hingga TikTok, Pandemi Memaksa Guru di SMPN2 Penukal PALI Kreatif Saat Mengajar Murid
Pemerintah daerah setempat memang membolehkan belajar tatap muka, namun dengan sistem ganjil genap dan maksimal 15 siswa dalam satu ruangan kelas.
Selain itu, sekolah dan siswa harus disiplin mematuhi protokol kesehatan selama proses belajar mengajar tatap muka berlangsung.
Belajar tatap muka sistem ganjil genap di Muratara yang dimaksud ialah siswa dengan nomor absen ganjil sekolah pada hari Senin, Rabu, dan Jumat.
Sedangkan siswa dengan nomor absen genap sekolah pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu.
• TNI Utus Pasukan Misterius untuk Tumpas KKB Papua? OPM Kirim Sinyal Perlawanan, Begini Faktanya
Meski demikian, guru dan orangtua menilai sistem pembelajaran seperti itu tetap tidak efektif, terlebih untuk siswa SD kelas 1.
Mereka khawatir akan banyak siswa tidak bisa membaca, menulis dan berhitung.
"Saya ngajar kelas 1 SD, siswa saya masih banyak yang belum bisa baca karena sistem itu," kata salah seorang guru di Kabupaten Muratara, Minggu (2/5/2021).
Dia menyebutkan, dari sebanyak 28 siswa kelas 1 SD yang diajarinya, ada 7 siswa yang masih belum bisa membaca.
Padahal kata dia, saat pembelajaran normal sebelum ada pandemi Covid-19, seluruh siswa kelas 1 SD yang dididiknya bisa membaca, menulis dan berhitung.
"Karena waktu tatap mukanya kurang, apalagi sekarang sudah mau kenaikan kelas, sedihnya itu siswa kita belum bisa baca tapi harus dinaikkan, kasihan," katanya.
• Kasat Reskrim Polrestabes Palembang Jadi Senjata Pelaku Penipuan, Satu Orang Ada yang Rugi 30 Juta
Sementara salah seorang warga Kabupaten Muratara, Antok Priyono, berpendapat belajar tatap muka dengan sistem ganjil genap memang kurang efektif.