Apakah Doa Qunut Dalam Sholat Itu Disyariatkan? Ini Hukum Membaca Doa Qunut Serta Lafaz yang Afdhol

Ada sebagian umat muslim yang membaca doa qunut ketika sholat subuh dan ada pula yang tidak, lantas bagaimana hukum membaca doa qunut?

Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM/ ANTON
Ilustrasi Berdoa 

Menurut pendapat yang shahih dan masyhur yang dipegang oleh jumhur ulama bahwa Qunut Nawazil disyariatkan dalam semua shalat, selama ada bencana.

Jika tidak ada bencana, maka tidak dibaca doa Qunut Nawazil.

Menurut Mazhab Maliki, jika dibaca, maka shalat tidak batal, hanya makruh.

Qunut Nawazil dibaca setelah ruku’, demikian menurut Mazhab Syafi’i dan Hanbali dan dalam satu riwayat dari Imam Ahmad beliau berkata, “Menurut saya setelah ruku’.

Jika dibaca sebelum ruku’, maka tidak mengapa”.

Menurut Mazhab Maliki dan Hanafi: Qunut Nawazil dibaca sebelum ruku’.

Menurut Mazhab Syafi’i: doa Qunut boleh dengan kalimat apa pun yang mengandung doa dan pujian, seperti:

“Ya Allah, ampunilah aku wahai Maha Pengampun”.

Doa Qunut yang paling afdhal adalah:

Qunut Nazilah
Qunut Nazilah (https://id.pinterest.com/)

Allahummah dini fi man hadait, wa ‘afini fiman ‘afait, wa tawallani fi man tawallait, wa barik li fi ma a’thait, wa qini syarra ma qadhait, fa innaka taqdhi wa la yuqdha ‘alaik, wa innahu la yazillu man wa lait, wa la ya’izzu man ‘adait, tabarakta rabbana wa ta’alait, fa lakal hamdu a’la ma qadhait, wa astagfiruka wa atubu ilaik, wa shallallahu ‘ala sayyidina muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam”

“Ya Allah, berilah hidayah kepadaku seperti orang-orang yang telah Engkau beri hidayah. Berikanlah 
kebaikan kepadaku seperti orang-orang yang telah Engkau beri kebaikan. Berikan aku kekuatan seperti 
orang-orang yang telah Engkau beri kekuatan. Berkahilah bagiku terhadap apa yang telah Engkau 
berikan. Peliharalah aku dari kejelekan yang Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau menetapkan dan 
tidak ada sesuatu yang ditetapkan bagi-Mu. Tidak ada yang merendahkan orang yang telah Engkau beri 
kuasa dan tidak ada yang memuliakan orang yang Engkau hinakan. Maka Suci Engkau wahai Tuhan 
kami dan Engkau Maha Agung”.

Diriwayatkan dari al-Hasan bin Ali bahwa Rasulullah Saw mengajarkan doa ini kepadanya, sebagaimana 
yang diriwayatkan Abu Daud, an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan lainnya.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits Hasan. 

Tidak diketahui ada hadits yang lebih baik daripada ini diriwayatkan dari Rasulullah Saw”.

Lafaz pilihan menurut Mazhab Hanafi adalah sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud dan  Umar: 

“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon pertolongan kepada-Mu, memohon hidayah kepada-Mu, 
memohon ampun kepada-Mu, beriman kepada-Mu, bertawakkal kepada-Mu, memuji-Mu dan tidak 
kafir kepada-Mu. Kami melepaskan diri dan meninggalkan orang yang berbuat dosa kepada-Mu. Ya 
Allah, kepada-Mu kami menyembah, kepada-Mu kami shalat dan bersujud. Kepada-Mu kami bersegera 
dalam beramal dan berbuat kebaikan. Kami mengharap rahmat-Mu dan takut kepada azab-Mu. 
Sesungguhnya azab-Mu yang sangat keras menyertai orang-orang kafir”.

Imam Nawawi berkata: “Dianjurkan menggabungkan antara doa Qunut riwayat Umar dengan 
doa Qunut riwayat al-Hasan.

Jika tidak mampu, maka cukup membaca doa Qunut riwayat al-Hasan. 

Disunnatkan membaca shalawat kepada nabi setelah membaca doa Qunut.

SUBSCRIBE US

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved