Amal Gemilang
Ibadah Ramadhan, Amal Gemilang Dibuang Sayang
Berbicara tentang gilang gemilang akhir-akhir ini banyak muncul, terutama melalui Media Elektronik.
Oleh: H. Muhammad Syubli LN
Majelis Mustasyar Dewan Masjid Indonesia Wilayah Sumsel
Berbicara tentang gilang gemilang akhir-akhir ini banyak muncul, terutama melalui Media Elektronik.
Ada yang merayakan ulang tahun “Gemilang” pesta gemilang dan gemilang-gemilang lainnya.
Siapa saja yang bisa merasakan dan menikmati hasil dari “karya Gemilang” itu ?
Mungkin beberapa orang saja, atau satu komunitas saja.
Kini muncul pula “Amal Gemilang”.
Bedanya kalau “Karya Gemilang” itu hanya dirasakan dan dinikmati oleh sekelompok orang atau satu “Komunitas”saja. “Amal Gemilang” ini bisa dinikmati, dirasakan oleh semua orang (individu), semua komunitas, semua aliran bahkan semua bangsa.
Artinya multi komunitas, apa yang dimaksud dengan “amal gemilang” itu?
Bila disebut “Amal” dapat dipastikan semua pembaca bisa mengira, bisa menebak dan yakin yang dimaksud dengan “Amal” berkaitan dengan Agama, khususnya Islam.
Ya, memang dugaan pembaca benar dan kita akan membahas hal itu.
Karena beberapa hari lagi kita semua akan berjumpa kembali dengan bulan suci Ramadhan yang selalu dinanti oleh kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia karena di dalamnya banyak sekali “Amal Gemilang”, yang sayang bila ditinggalkan, atau diabaikan atau dengan kata lain “dibuang”.
Bulan Ramadhan dapat dikatakan sebagai bulan “Gemilang” sebagaimana Firman Allah dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 183-184 yang tentu kita semua tahu bahkan hafal.
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Yaitu dalam beberapa hari tertentu. Barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib baginya mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.
Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Kemudian dalam hadits Qudsi berikut ini Allah SWT berfirman ; “Apabila datang malam pertama bulan Ramadhan, maka Allah SWT berfirman : “Barangsiapa mencintai Aku, Aku mencintainya, barangsiapa meminta pada Ku, Aku memberi dan barang-siapa meminta ampun pada Ku Aku akan mengampuninya untuk kehormatan bulan Romadhon maka diperintah oleh Allah Swt kepada para Malaikat pencatat agar mencatat amal kebajikan dan tidak mencatat kebalikannya, dan oleh Allah diampunilah dosa-dosa mereka yang lalu”.
Di dalam bulan Ramadhan selain Puasa, ada Shalat Tarawih dan witir yang tidak terdapat pada bulan-bulan lain.
Shalat malam atau Shalat Tarawih kita bisa juga melaksanakan Shalat Tahajjud.
Kemudian membaca ayat-ayat suci Al Qur’an dan Bershadaqah, I’tikaf dan ada satu malam yang disebut “Lailatul Qodar”.
Untuk jelasnya akan diuraikan satu persatu apa yang tertulis di atas, agar kita bisa mengetahui apa dan bagaimana yang dimaksud “Gemilang” itu.
a) Shalat malam atau Shalat sunnah Tarawih dan “witir” yang hanya ada dalam bulan Ramadhan, waktunya hanya dilakukan pada malam hari, pada malam sebelum puasa besoknya itu yang disebut (yang dihitung) “malam pertama”, atau shalat Tarawih terlebih dahulu baru besoknya puasa.
Bukan sebaliknya yaitu puasa dulu baru malamnya Shalat Tarowih.
Sebaiknya dilakukan berjama’ah di masjid, musholla atau di rumah. Jumlah Raka’atnya minimal 11 raka’at, bisa juga 23 raka’at bahkan lebih.
Status shalat ini Sunnah Mu’akkad (sunnah yang dikuatkan) tapi dilakukan khusus oleh orang Islam yang berpuasa.
Pahala shalat sunnah ini hanya Allah yang tahu. Jangan lupa kita berdo’a setiap selesai kita beribadah.
b) Shalat sunnat Tahajjud, dilakukan juga pada malam hari sesudah Shalat Tarawih tapi mesti didahului dengan “tidur” terlebih dahulu.
Terserah mau sebentar atau lama tidurnya. Jelas dilakukan sebelum makan sahur.
Makan sahur juga sunnat, tapi Rasulullah SAW, menjamin orang yang makan sahur itu ada keberkahan.
Shalat sunnat Tahajjud ini minimal dilakukan 2 (dua) raka’at ditambah 1 (satu) roka’at sholat sunnat “witir”.
Bisa juga lebih dari 3 (tiga) raka’at itu, bisa 5, 7, 9 atau 11 raka’at.
Balasan atau pahala shalat Tahajjud itu banyak dan berapa besarnya hanya Allah yang mengetahui “Wallahu a’lam”, kita hanya berdu’a.
c) Membaca Al Qur’an, ini bisa dilakukan kapan saja, siang atau malam, dalam shalat atau di luar shalat, mau satu juz tiap hari, selama Ramadhan satu juz.
Tapi ada kiat yang dilakukan oleh sebagian orang, yakni setiap selesai shalat fardhu baca Al Qur’an sebanyak 5 (lima) lembar.
Hal itu karena setiap Al–Qur’an yang 30 juz itu, setiap 1 juznya terdiri dari 9 lembar, jadi dengan membaca 5 lembar setiap selesai shalat fardhu itu.
Artinya satu juz tiap hari dan 30 hari puasa Ramadhan itu kita tammat membaca Al Qur’an 30 juz. Tapi mungkin ada kiat lain yang dilakukan orang, misalnya satu hari 30 juz.
Adapun pahala membaca Qur’an itu kalau di luar bulan Ramadhan 1 hurufnya dibalas 1, sedang dalam bulan Ramadhan 1 hurufnya diberi pahala 10.
Ada hadits Nabi SAW “bahwa balasan membaca qur’an itu 1 hurufnya diganjar 1 pahala, bukanlah ALIF LAAM MIIM, 1 huruf, tetapi “Alif 1 huruf, Lam 1 huruf dan Mim 1 huruf.
Jadi dengan membaca “Alif Laam Miim” saja kita sudah dapat pahala 3 sampai 30. Setiap selesai membaca qur’an jangan lupa berdu’a.
d) Bershadaqah, sangat dianjurkan dimana saja dan kapan saja, yang dishadaqaokan apa saja yang berguna bagi orang, apakah berupa uang, makanan, pakaian atau apa saja yang dibutuhkan oleh orang yang mem-butuhkan, apalagi dibulan Ramadhan.
Banyak orang yang melakukan Shadaqah di bulan Ramadhan.
Ada dengan cara memberikan setiap sore menjelang berbuka puasa, diantarkan ke masjid atau musholla.
Bahkan ada juga yang membagikan “Ta’jil” itu di pinggir jalan serta di mana saja, kapan saja dan sebagainya.
Jika tak ada yang bisa dishadaqahkan, membuang duri di jalan yang bisa mencelakai orang lain, paling tidak senyum juga shadaqah.
Yang jelas kita bisa berbagi dengan sesama, selain itu kita bisa jalin silaturrahim, panjang usia dan menambah rizki.
Tak ada orang yang miskin karena banyak bershadaqah.
Pahala bershodaqoh itu banyak dan berapa besarnya hanya Allah yang tahu.
Setiap selesai bershodaqoh jangan lupa berdu’a.
e) I‘tikaf, yakni beribadah dan berdiam diri di masjid, paling tidak pada 10 malam terakhir Ramadhan sambil mengharap berjumpa dengan “Lailatul Qodar” pada malam-malam ganjil.
Ini hanya adanya di bulan suci Ramadhan, jadi apabila kita berpuasa dengan ikhlas karena Allah, shalat wajib dan shalat sunnat dikerjakan dengan ikhlas dengan baik dan benar.
Bershadaqah dan jalin silaturrahim, Insya Allah kita akan bertemu dengan malam yang penuh barkah yang gemilang itu.
Apa dan bagaimana wujud “Lailatul Qodar itu, hanya Allah yang maha mengetahui, tapi bisa dirasakan oleh pribadi/individu yang merasa dan mengalaminya.
Akan tetapi apapun ibadah yang kita lakukan baik di bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan, tidak perlu dipamerkan kepada siapapun, atau dalam bahasa agama “ria’”, minta pujian dari manusia, tidak perlu tepuk tangan, atau bergmbira ria sambil berjoget.
Orang yang berpuasa akan menerima pahala dari Allah, salah satunya dari Hadis Qudsyi berikut ; Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW Allah berfirman : "Seluruh amal anak Adam baginya selain puasa, sesungguhnya puasa itu bagiKu dan Aku membalasnya. Sungguh bau busuknya mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Dan masih banyak lagi amal-amal sunnah lainnya yang biasa kita lakukan d iluar Ramadhan, tetap kita lakukan di bulan Ramadhan.
Rasulullah bersabda ; “…amal-amal sunnah di luar Ramadhan akan dibalas seperti amal yang wajib bila dilakukan di bulan Ramadhan” seperti ; shalat sunnah rawatib (mengiringi shalat fardhu), qobliyah ataupun ba’diyah, shalat sunnah Syukrul Wudhu’ di rumah maupun di masjid, shalat Tahiyatul Masjid, Shalat Isyrok, Shalat Dhuha, shalat Safar (bepergian) semua luar biasa. Wallahu a’lam bishawab