Militer Myanmar Bantai  44 Anak-anak, Sudah 543 Orang Korban Berjatuhan Sejak Kudeta

Konflik internal Myanmar antara sipil dan militer sudah menelan korban berjatuhan yang tidak sedikit jumlahnya.

Editor: Salman Rasyidin
Tribunnews.com
Orang-orang berduka di samping peti jenazah seorang wanita, yang terbunuh dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Myanmar 

SRIPOKU.COM—Konflik internal Myanmar antara sipil dan militer sudah menelan korban berjatuhan yang tidak sedikit jumlahnya. Yang mirisnya dari sekian banyak korban 44 orang diantaranya anak-anak tak berdosa.

 Dilansir dari Wartakotalive.com yang menyebutkan bahwa penindasan pemerintah militer Myanmar terhadap demonstran antikudeta telah menewaskan 543 orang, Jumat (2/4/2021).

Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), 44 orang di antara korban tewas tersebut adalah anak-anak.

Dikutip dari Channel News Asia, aksi kekerasan dari pasukan keamanan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

Organisasi Save the Children mengatakan, jumlah kematian anak-anak meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 12 hari.

Save the Children mengaku terkejut dengan aksi pasukan keamanan yang menyerang anak-anak.

Sebab sebelumnya pihaknya sudah berulang kali menyerukan untuk melindungi anak-anak dari bahaya serangan yang fatal.

"Kami terkejut bahwa anak-anak terus menjadi sasaran serangan fatal ini, meskipun ada seruan berulang kali untuk melindungi anak-anak dari bahaya," kata organisasi amal itu dalam sebuah pernyataan.

ILUSTRASI --Kisah Perjuangan Kyal Sin - Seorang gadis 19 tahun tewas dalam sebuah aksi damai menentang kudeta Myanmar. Gadis itu bernama Angel, dikenal juga dengan nama Kyal Sin.
ILUSTRASI --Kisah Perjuangan Kyal Sin - Seorang gadis 19 tahun tewas dalam sebuah aksi damai menentang kudeta Myanmar. Gadis itu bernama Angel, dikenal juga dengan nama Kyal Sin. ((net/kolase/Twitter))

Save the Children menambahkan, menurut laporan yang mereka terima, anak-anak dibunuh di rumah yang seharusnya menjadi tempat teraman.

"Sangat mengerikan bahwa beberapa dari anak-anak ini dilaporkan dibunuh di rumah, di mana mereka seharusnya aman dari bahaya," terang Save the Children.

Tak hanya sampai di situ, pasukan keamanan juga telah melakukan banyak penggerebekan pada malam hari.

Mereka melakukan banyak penangkapan di rumah orang-orang yang dicurigai mendukung demonstrasi.

Ratusan orang yang mendukung gerakan antikudeta yang bertujuan menghentikan junta menjalankan negara itu kini tidak diketahui keberadaanya.

Saat dimintai konfirmasi oleh Human Rights Watch (HRW) mengenai hal tersebut, junta tidak memberikan keterangan apa pun.

Junta menolak untuk mengonfirmasi lokasi mereka, serta tak mengizinkan akses ke pengacara mereka.

Halaman
12
Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved