Selama 29 Tahun Berusaha Sabar dengan Hati Berontak, Ungkapan Hati Manganang Tegar Demi Orang Tua
Selama 29 tahun merasakan hidup dengan kelainan di dalam dirinya, Manganang pun membeberkan sesuatu yang dirasakannya.
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
"Mama juga memperlakukan saya kayak wanita, dia (ibunya Manganang) bilang duh adek cantik, saya bilang cantik darimana, mana cantikku badan kekar," ungkapnya.
"Terus cuma kayak gini duh adek tuh cantik, saya tuh udah merasa badan kayak gini kan apa coba yang cantik," tambahnya.
Namun, Manganang tetap menutupi apa yang ia rasakan selama ini yakni merasa bukan wanita seutuhnya.
"Tapi saya merasa gak pernah bilang ke amam tuh, menceritakan kondisi saya," ungkap Manganang.
Manganang juga mengungkapkan alasannya tak mengeluh terhadap orang tuanya, ia tak ingin menjadi beban, ia hanya ingin membuat mereka bangga.
"Saya pertama sih jalani karena saya pengen orangt tua saya bangga," tuturnya.
"Saya pikir saya bisa lewati dengan kekurangan yang saya punya," lanjutnya.
"Tapi semenjak saya naik menjadi seorang dewasa saya berpikir, loh kok hidup saya ini nggak di sini loh, saya harus keluar dari zona ini," ungkapnya.
"Luar biasa saya sangat sayang sama orang tua, karena saya liat sendiri pengorbanan mereka dari saya kecil sampe saya SMP mereka itu berjuang buat hidupin saya bersama kakak saya," tutur Manganang.
Baca juga: Suara Aprilia Manganang Bergetar Ditanya Jenderal Andika Perkasa Usai Operasi: Ini yang Saya Tunggu
"Terus mereka dengan latar belakang dibilang sekolah juga nggak sampe ke terus, kadang nggak tau kenapa mereka mencari nafkah buat anaknya, itu yang saya bangga," ungkapnya.
"Sampe mama rela jadi pembantu, terus papa juga mati-matian udah kerja di KUD, tapi dia berusaha cari uang di hutan karena buat kita, makanya itu yang buat saya pengen bahagiakan mereka dengan cara saya sendiri," bebernya.
"Saya tetep sabar jalani itu, padahal kalau dibilang hati saya berontak," ungkapnya.

Dikutip dari grid.id, sebelum menjadi atlet dan anggota TNI AD, April mengatakan bahwa ia saat kecil membantu ibunya berjualan pisang goreng.
"Ketika kecil, saya sudah membantu Mama berjualan pisang goreng di sekitar rumah.
Saya harus berjalan cukup jauh. Supaya dagangan cepat habis, saya menjual dengan harga semurah mungkin, misalnya 5 pisang goreng harganya Rp 1000," ungkap April.