Berita OKU Timur
Setiap Kami Panen Harga Gabah dan Beras Pasti Turun, Petani di OKU Timur 'Gigit Jari'
"Setiap kami panen, harga gabah dan beras pasti turun. Pemerintah jangan hanya diam saja, katanya kita daerah lumbung
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Wacana impor beras yang dicanangkan pemerintah, berdampak pada harga gabah dan beras di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Sumatera Selatan (Sumsel).
Padahal saat ini petani sedang panen raya. Namun mereka mengeluhkan harga gabah dan beras turun drastis.
Untuk harga gabah saat ini berkisaran Rp 3.200- Rp3.500 per kilogram.
Sedangkan harga beras berkisar Rp 6.500 sampai Rp7.000 per kilogramnya.
Sugianto salah seorang petani di OKU Timur, menyampaikan unek uneknya.
Menurut dia, anjloknya harga gabah dan beras, menyebabkan daya beli terus menurun.
"Setiap kami panen, harga gabah dan beras pasti turun. Pemerintah jangan hanya diam saja, katanya kita daerah lumbung pangan,"kata Sugianto, Jumat (19/3/2021).
Kondisi ini tidak sesuai dengan kebutuhan lainnya yang serba mahal.
Apalagi memasuki bulan puasa, kebutuhan serba naik.
"Telur saja sampai Rp 25 ribu per kg, kok harga gabah dan beras terjun bebas," kata dia.
Terpisah, Anggota komisi II DPRD Sumsel dapil OKU Timur Azmi Shofix meminta pemerintah hadir, untuk memberi solusi yang sedang dihadapi petani.
"Kasihan petani pejuang ketahanan pangan kita, dikala musim tanam mau cari pupuk saja susah dan mahal, di waktu musim panen harga beras dan gabah murah bahkan sulit menjual," ucapnya.
Pihaknya mendorong pemprov Sumsel dan Pemkab ataupun Pemkot se Sumsel, untuk berkolaborasi dan bersinergi dengan Bulog untuk menyerap beras dan gabah hasil panen dari petani.
"Bulog harus membuka keran pengadaan sebesar-besarnya untuk menyerap beras Cadangan Beras Pemerintah (CBP), tentu saja dengan memperhatikan kualitas dan SOP yang berlaku.
Saya kira kualitas beras petani kita ini cukup baik dan mampu memenuhi kriteria persyaratan pengadaan yang ditetapkan oleh Bulog," ucap politikus Demokrat ini.
Ditambahkan Shofix, sebagaimana dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 menyebutkan, bahwa dalam rangka pelaksanaan pengelolaan cadangan pangan pemerintah untuk gabah atau beras ditetapkan bahwa HPP (Harga Pokok Pembelian) pembelian Pemerintah di Gudang Bulog adalah Rp 8.300,- per Kg.
"Saya kira jelas negara harus hadir. Daripada memenuhi stok cadangan pangan nasional melalui impor yang digadang-gadang akan dilakukan sebesar 1 juta ton, maka saat ini lebih baik menyerap beras petani lokal kita yang sedang panen raya dan harganya jatuh," tandanya.
Namun di sisi lain Bulog memang menghadapi dilema, artinya Bulog menjadi garda terdepan penyerapan hasil pertanian akan tetapi tidak mempunyai kanal penyaluran berasnya.
Jadi insan Bulog ini dikatakannya harus berpikir, untuk bisa nyerap banyak- banyak berasnya mau dikemanakan.
Mengingat sekarang program Raskin/Rastra sudah tidak ada, maupun program Sembako BPNT pun tidak murni penugasannya ke Bulog.
"Oleh karena itu perlu adanya sinergitas antara Pemda dan Bulog untuk menyerap hasil petani dan memikirkan output dari hasil penyerapan beras tersebut, apakah disalurkan untuk program Beras ASN, Bantuan Beras Daerah, atau untuk TNI/Polri di wilayah masing-masing," ujarnya.
Pihaknya juga meminta kepada pemerintah, untuk tidak melakukan impor beras sebagaimana yang dicanangkan oleh pemerintah karena saat ini stok beras cukup karena petani sedang panen raya.
"Kita minta pemerintah tidak melakukan impor beras dulu," pungkasnya.
Baca juga: Penjaga Kantor Camat Sunat Beras ASN, Tiap Karung Diambil 3 Kaleng Susu, Asnawi : untuk Makan Pak
Baca juga: Video Camat Rantau Bayur Ungkap Pelaku Penyunatan Beras Sembilang, Pelaku Curi Beras untuk Makan