Kisah Tenaga Kesehatan di Empat Lawang Setiap Bulan Hidup dari Uang 200 Ribu, Kami Butuh Perhatian
Sejumlah tenaga kesehatan ini berharap bisa mendapat perhatian lebih layaknya profesi lain yang mereka anggap jauh lebih sejahtera
SRIPOKU.COM, EMPATLAWANG - Tenaga Kesehatan yang menjadi pintu terdepan pelayanan kesehatan masyarakat, terutama di masa pandemi Covid-19, harus berjuang secara ekstra untuk bisa menjamim kesehatan dan kesembuhan hajat orang banyak.
Akan tetapi, dibalik kerja keras pelaku pelayanan kesehatan masyarakat tersebut, kesejahteraan mereka sendiri belum terjamin.
Lantaran masih berstatuskan Tenaga Kerja Sukarela (TKS), mayoritas tenaga kesehatan di Kabupaten Empat Lawang setiap bulan hanya memegang uang Rp 200 ribu.
Sejumlah tenaga kesehatan ini berharap bisa mendapat perhatian lebih layaknya profesi lain yang mereka anggap jauh lebih sejahtera meski sama-sama berstatuskan TKS.
• Tembus Medan Sulit, PLN Listriki 947 Pelanggan di Kecamatan Sungai Menang Sumsel
Uang Rp 200 ribu itu dibayarkan untuk TKS seperti bidan desa hingga perawat yang kerja di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi, yang notabene adalah ibukota dari Kabupaten Empatlawang.
Salah seorang bidan desa di Empat Lawang, Liska, mengatakan begitu sedih dengan situasi seperti ini, ia menilai perhatian pemerintah untuk mereka begitu kurang.
"Tentu kami sedih, bidan desa hingga perawat digaji cuma 200 ribu tuap bulan, gaji yang sangat jauh dari harapan kami, padahal kami sebagai pintu terdepan keselamatan orang banyak," ujar Liska.
Liska menambahkan, mengapa yang menjadi perhatian pemerintah hanya guru dan penyuluh pertanian, sedangkan para tenaga kesehatan kurang diberi perhatian.
"Para tenaga kesehatan juga harus diperhatikan kesejahteraanya, semisal saya yang bekerja di wilayah desa, saya sendiri sudah mengabdi hampir 10 tahunan tanpa gaji, namun dituntut untuk untuk membuat laporan pertanggung jawaban," kata Liska.
• Tim Indonesia Dipaksa Mundur Dari All England 2021, Berikut Kronologinya dan Langkah yang Diambil
Liska juga menambahkan beberapa tahun yang lalu, ada pembukaan Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang dikontrak diperuntukan di desa-desa serta mendapat gaji sebesar 1,5 Juta.
"Tapi sekarang sudah tidak ada lagi, kami tidak tau kenapa. Setelah itu tidak ada, kami kerja di puskesmas dan digaji oleh pihak puskesmas atau rumah sakit setempat," kata Liska.
Hal senada juga disampaikan salah satu bidan dengan status PNS yang tidak mau disebutkan namanya.
"Kami tidak punya hak untuk menyuarakan ketidakadilan ini, kami hanya bidan biasa.
Adik-adik kami memang sudah lama mengabdi sebagai Bidan PTT, Perawat ataupun TKS di Kabulaten Empat Lawang dengan gaji hanya 200 Ribuan, cukup buat apa coba," katanya.
Banyak keluh kesah telah disampaikan bidan dan perawat kepada Pemerintah. Agar kemudian lebih memperhatikan mereka sebagai pintu terdepan keselamatan hajat orang banyak terutama pada masa pandemi saat ini.
• Malam-malam Berkeliaran di Musi Rawas, Tiga Warga Muba Ini Ditangkap Polisi, Ada yang Hadiri Pesta
"Kami berharap besar adanya perhatian lebih dari pemerintah, Agar ada pula perjuangan lebih untuk nasib kesejahteraan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Empat Lawang," tutupnya.
Penulis: Sahri Romadhon