Mengenal Budaya Mengantar Petulung Ciri Khas Masyarakat OKU Selatan, Mulai Tergerus Budaya Amplop

Mengenal budaya Mengantar Petulung yang terancam hilang di Bumi Serasan Seandanan atau wilayah Kabupaten OKU Selatan.

Penulis: Alan Nopriansyah | Editor: Refly Permana
sripoku.com/alan
Salah satu jenis budaya mengantar petulung yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Kabupaten OKU Selatan ketika ada hajatan pernikahan atau warga yang meninggal dunia. 

Laporan wartawan Sripoku.com, Alan Nopriansyah

SRIPOKU.COM, MUARADUA - Mengenal budaya Mengantar Petulung yang terancam hilang di Bumi Serasan Seandanan atau wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS).

Petulung dalam artian memberikan bantuan dengan saling bahu-bahu oleh penduduk desa atau perkampungan pada pemilih sedekah sebagai wujud kekompakan menjelang hari pelaksanaan acara resepsi pernikahan atau pasca terkena musibah meninggal dunia.

Biasanya, tak hanya dari dalam desa, juga dilakukan oleh keluarga atau kerabat yang berasal luar desa ataupun desa tetangga
terkait budaya mengantar petulung ini. 

SEKAMPUNG GEGER, Bayi Hiu Mirip Wajah Manusia Masuk Jaring Nelayan: SEmpat Dibuang

Adapun, Petulung biasanya berupa beras, kelapa, gula atau ayam yang dimasukan ke dalam baskom ukuran mini serta ditutup dan diikat dengan kain taplak meja agar tidak diketahui satu sama lainnya guna untuk menghindari kesenjangan sosial.

Normalnya, semakin dekat pemilik hajatan resepsi pernikahan atau yang terkena musibah nilai Petulung yang diberikan semakin tinggi.

"Biasanya, semakin dekat dengan keluarga yang akan melaksanakan resepsi, maka biasanya semakin besar pula petulung yang diberikan," ujar seorang pemerhati budaya di OKU Selatan, Bahdozen Hanan SPd MSi, saat dibincangi Sripoku.com, Minggu (28/2/2021).

Dengan demikian, warga yang mengantar petulung pada umumnya dilakukan oleh para Ibu Rumah Tangga (IRT) suatu desa yang kemudian setelahnya dilanjutkan dengan membantu berbagai persiapan hajatan dari tuan rumah.

Cara Membayar Utang Puasa Ramadhan yang sudah Bertahun-tahun, Ini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat

Setelah pekerjaan pemilik hajatan rampung, saat selesai makan siang, baskom yang dikumpulkan oleh warga setempat dan telah kosong pemilik hajatan memberikan imbalan dari tuan rumah berupa sepotong wajik, beberapa roti dan dan sepotong kue bolu.

Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, budaya Mengantar Petulung di OKU Selatan umumnya terjadi di Kecamatan Muaradua sudah berkurang.

Pasalnya, budaya ini digantikan dengan memberikan bantuan berupa uang yang dibungkus amplop yang dinilai lebih praktis.

"Seiring dengan perkembangan zaman, di Muaradua sudah berkurang tradisi seperti ini.

Masyarakat biasanya memberikan bantuan kepada yang melaksanakan resepsi dalam bentuk amplop uang. Karena dinilai lebih praktis," ujar Bahdozen.

Terkecuali di kecamatan yang ada di luar kota Muaradua, budaya mengantar petulung ini masih bertahan hingga sekarang.

Termasuk gotong royong memasak sebelum pelaksanaan resepsi pernikahan.

AKAL PINTAR Kawanan Lumba-lumba, Gigit Jaring Pukat, Bebaskan Ikan Kecil, Nelayan Bengong

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved