Raup Omzet Rp 5 -7 Juta Per Bulan Berkat Ternak Ayam Kalkun Berinkubator Listrik
"Telur dimasukkan selama 24 hari ke dalam inkubator buatan sendiri yang bahannya dari kotak kayu, diberi lampu bohlam dan pakai listrik ," ujar Fauzi
Setiap bulannya, dia mampu menetaskan sedikitnya 200 ekor ayam kalkun yang siap dijual.
"Begitu menetas usia satu sampai dua minggu langsung dijual.
Karena ayam kalkun yang usianya di atas dua minggu sudah butuh pakan yang banyak," ujar dia.
Dalam pengelolaannya setiap kandang dipisahkan sesuai umur ayam kalkun, sehingga pemeliharaannya bisa lebih mudah.
Halaman seluas 15 meter persegi itu juga disekat menggunakan jaring, sehingga kalkun bisa dilepas dari kandang tanpa khawatir keluar dari peternakan.
Modal untuk pembuatan peternakan sederhananya itu sekitar Rp 25 juta, termasuk beberapa ekor ayam kalkun.
Dia berusaha menghemat biaya dengan membuat beberapa peralatannya sendiri, di antaranya kotak inkubator.
Kotak tersebut dibuat hanya dengan modal sebesar Rp 250 ribu, lebih murah daripada membeli yang sudah jadi.
Satu kotak inkubator yang terbagi dalam empat laci itu memiliki kapasitas masing-masing 50 telur sehingga totalnya mencapai 200 telur.
Baca juga: Biogas Dalam Integrasi Peternakan dan Pertanian di SMK PP Negeri Sembawa
Baca juga: Kisah Peternak Sapi di Lampung Beromzet Miliaran, Mulai Usaha Lewat Pinjaman dari Mitra Pertamina
Saat ini, Fauzan memiliki dua kotak inkubator yang total keseluruhannya mencapai 400 butir telur.
Lampu bohlam berdaya 5 watt menjadi sarana untuk memanaskan ratusan telur yang ada di sana.
Suhunya dijaga stabil antara 37,5 derajat hingga 38,5 derajat celcius.
"Musim dingin begini suhu 38,5 derajat lebih sesuai, kalau musim panas bisa diturunkan satu derajat cecius," kata dia.
Dia selalu menjaga kualitas pakan agar indukan ayam kalkun mampu menghasilkan telur berkualitas.
Fauzi biasanya mencampurkan pakan bekatul menggunakan eceng gondok dan cangkang telur ke dalam makanannya.