Kasus Mutilasi
15 TAHUN Berlalu, Sosok Wanita Tanpa Organ Vital Tak Terungkap: Ditemukan Tanpa Busana di Hotel
Sekitar 15 tahun berlalu, Dokter forensik Kombes Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F mengaku pelaku mutilasi di Salatiga, masih misteri.
Dalam kamar tersebut tidak ditemukan identitas atau pakaian.
Personel Polres Semarang dan Kapolsek Getasan masih berupaya menyisir lokasi untuk mencari kepala korban.
Menurut informasi yang dihimpun Kompas, korban datang ke lokasi Sabtu sekitar pukul 15.00 bersama seorang pria. Pria tersebut meninggalkan lokasi sekitar pukul 21.00.
Tangani Korban Pesawat
Dokter forensik Kombes Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F memiliki banyak pengalaman mengidentifikasi jenazah korban pesawat.
Hampir semua kejadian besar dokter Hastry turun dan terlibat langsung dalam proses identifikasi para korban.
Mulai dari Bom Bali, tsunami Aceh, evakuasi pesawat Sukhoi pada 2012, Malaysia Airlines MH17, AirAsia QZ8501.
Terbaru, dokter Hastry terpanggil dan mengajukan dirinya ikut membantu Tim DVI Polri untuk mengautopsi para korban Sriwijaya Air SJ-182.
Kesigapan dokter Hastry bersama tim benar-benar dibutuhkan agar jenazah para korban berhasil teridentifikasi dan diserahkan ke pihak keluarga atau ahli waris.
Orang-orang seperti dokter Hastry yang bekerja di dalam ruangan autopsi, mengemban amanah besar.
Pasalnya, kemampuan mereka dapat mengidentifikasi para korban, bahkan bermodal petunjuk body parts sekecil apapun.
Berikut cerita dokter Hastry tentang pengalamannya menangani beberapa peristiwa besar yang dirangkum TribunJakarta dari vlog Denny Darko.
Dokter Hastry menegaskan, Tim DVI mengidentifikasi satu per satu body remains korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
"Ratusan (body remains, red) diperiksa," terang dokter Hastry.
Ia menduga hancurnya tubuh manusia karena pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh secara cepat membentur permukaan air.
"Jadi pesawatnya berkeping-keping, termasuk manusia di dalamnya. Ini hancur mungkin karena kecepatan dan berbentur dengan air," jelas dokter Hastry.
Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Prof. Awaloeddin Djamin Semarang ini mengatakan, kondisi korban Sriwijaya Air SJ-182 berbeda dengan korban pesawat jatuh lainnya.