Pelaku UMKM di Danau Ranau Menjerit Objek Wisata di OKU Selatan Ditutup, Ada yang Rumahkan Pegawai
Sejumlah pelaku usaha di sekitar objek wisata merugi ketika Pemkab OKU Selatan melarang adanya kegiatan di Danau Ranau.
Penulis: Alan Nopriansyah | Editor: Refly Permana
Laporan wartawan Sripoku.com, Alan Nopriansyah
SRIPOKU.COM, MUARADUA - Penutupan area wisata di OKU Selatan berdampak tidak baik bagi sejumlah pelaku usaha micro kecil menengah (UMKM), khususnya di area destinasi wisata Danau Ranau.
Sebelumnya, Pemkab OKU Selatan mengeluarkan surat edaran menutup seluruh area wisata sejak 9 Februari hingga waktu yang belum ditentukan.
Hal itu guna menekan kenaikan kasus positif wabah Covid-19 atau Virus Corona.
• Tiga Jam Petugas Otopsi Mr X di Sungai Rupit Muratara, Terdapat 25 Luka Tusuk & Sampel DNA Diambil
Namun, pengembang wisata swasta hingga pedagang harus gigit jari.
Omzet jeblok karena tak adanya kunjungan wisata.
Diungkapkan Yaser Arafat, salah seorang pengembang wisata di taman bunga Bukit Mutiara Garden, ia terpaksa menelan resiko kerugian dimulai dari biaya operasional untuk kebun bunga di area yang dikelolanya.
"Jelas berdampak sangat buruk, sebab untuk biaya perawatan rutin kebun bunga per harinya diharuskan mengeluarkan biaya Rp 300 ribu untuk 3 orang pegawai," ujarnya dihubungi Sripoku.com, Rabu (10/2).
Pemilik usaha taman bunga Yaser, yang mulai ramai digandrungi wisatawan menyebut, pengelolaan taman bunga berbeda dengan wisata lainnya.
Meskipun tak ada kunjungan, untuk menghindari kerugian yang lebih tinggi, harus melakukan perawatan rutin di kebun bunga seluas 2 hektare itu.
• Begini Kondisi Istri dan Anak Sepeninggal Ustaz Maaher At-Thuwailibi, Ustaz Yusuf Mansur Galang Dana
"Ya, karena merawat bunga setiap hari harus dilakukan agar tidak rusak yang berakibat merugi bisa puluhan juta.
Itupun belum lagi biaya pembersihan rumput dilakukan seminggu sekali,"terangnya.
Hal sama dituturkan pelaku usaha melalui ketua plaza Farid yang disampaikan oleh Sudirman selaku wakil sekaligus pelaku usaha harus kehilangan omzet jutaan rupiah perharinya hingga terpaksa membayar separuh upah karyawan.
"Normalnya sehari itu omzet masuk bisa mencapai Rp 1 juta, namun setelah wisata ditutup tak ada kunjungan, bahkan gaji karyawan terpaksa dibayar separuh, walaunpun mereka mengerti," ujar Sudirman.
Tak hanya itu, karena usaha sementara ini tak berjalan ia terpaksa mengistirahatkan dua orang pegawainya, terlebih pihaknya mempunyai kewajiban membayar sewa kios hingga biaya operasional lainnya.
• Sinopsis Sinetron Buku Harian Seorang Istri 10 Februari, Kepercayaan Dewa ke Alya Hancur Nana Menang