Tiket Online

Tiket Bus akan Dijual secara Online, Penumpang Antar-Provinsi Turun di Musim Pandemi Covid-19

Pengelola perusahaan bus angkutan antar-kota dan antar-provinsi setuju penjualan tiket penumpang melalui pemesanan daring (dalam jaringan) atau online

Editor: Sutrisman Dinah
SRIPOKU.COM/BERI SUPRIYADI
ilustrasi: bus penumpang antar-provinsi 

SRIPOKU.COM --- Pemberlakuan kebijakan pemerintah untuk pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di masa wabah pandemi virus Corona atau Covid-19, berdampak pada jumlah penumpang bus angkutan antar-kota dan antar-provinsi.

Musim wabah Covid-19 memaksa masyarakat untuk mengurangi aktivitas, dan juga interaksi ataupun kontak fisik. Pengusaha pengelola bus angkutan umum berupaya menngubah pola dalam beraktivitas yang membuat masyarakat.

Diantaranya pengelola angkuta setuju untuk membeli sesuatu secara daring karena kekhawatiran akan kontak fisik yang dapat menjadi penyebaran Covid-19.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyiapkan layanan digitalisasi tiket bus di tengah pandemi Covid-19. Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi mengatakan, digitalisasi ini tentunya untuk mempermudah masyarakat membeli tiket bus secara daring atau online.

Baca juga: Agen Travel Tidak Khawatir Adanya Ancaman Tiket Online

Baca juga: Awalnya Hobi, Mahasiswa FISIP Unsri Ini Raup Omset Rp 200 Juta Per Bulan dari Jual Beli Tiket Online

Ke depan, calon penumpang tidak perlu lagi datang ke loket, untuk mengurangi kontak fisik dengan petugas loket.

Saat ini untuk di wilayah DKI Jakarta sudah menerapkan pembelian tiket bus online, dan kebijakan ini akan diberlakukan secara bertahap ke wilayah lain.

"Saat ini di Terminal Pulo Gebang telah diterapkan pembelian tiket bus antar kota antar provinsi, secara online melalui aplikasi Jakarta Electronic System-Bus atau Jaket Bus," kata Budi di Jakarta, Kamis (28/01/2021).

Budi mengatakan, untuk di luar wilayah Jakarta akan disediakan aplikasi yang mendukung pembelian tiket secara online yaitu Digital Passenger System atau Dipass.

"Dipass ini dapat dimanfaatkan oleh aplikator penyedia tiket, ataupun para Perusahaan Otobus (PO) Bus yang belum memiliki sistem e-ticketing mandiri," kata Budi.

Baca juga: Tertipu Tiket Online, Mahasiswi Batal Liburan ke Bali

Penerapan sistem pembelian tiket daring ini, akan dilakukan menggunakan metode scan barcode. "Jadi yang ingin melakukan perjalanan dengan bus, dan membeli tiket secara online hanya tinggal melakukan scan barcode saja untuk masuk ke terminal," ujar Budi.

Perusahaan Otobus (PO) SAN Putera Sejahtera juga mendukung penuh upaya pemerintah mendigitalisasi sistem pembelian tiket. Direktur Utama PT SAN Putera Sejahtera Kurnia Lesani Adnan menjelaskan bahwa digitalisasi sebuah keniscayaan di era teknologi.

“Digitalisasi sudah tidak bisa dihindari dan khusunya angkutan darat berbasiskan bus yang sudah semestinya berdigitalisasi,” kata Sani, sapaanya kepada Tribun.

Namun, dia menegaskan agar pemerintah hanya menyiapkan Terminal Online System (TOS) bukan menjadi aggregator apapun alasannya karena pemerintah sebagai pemangku kebijakan atau regulator seperti wasit.

“Kami operator bus AKAP kan langsung di bawah Kementerian Perhubungan semestinya sudah cukup diakomodir oleh Digital Passenger System (Dipass) baik itu dari sisi system ticketingnya (bagi operator yg blm memiliki system),” ujarnya.

Dikatakan, calon penumpang yang go show  akan disiapkan alat seperti dispensing sehingga calon penumpang bisa memilih PO, tujuan, dan jadwal yang diinginkan. Pihaknya juga mendorong penerapan barcode atau QR code karena itu hanya menjadi media penghitungan jumlah penumpang untuk masuk jalur keberangkatan.

Okupansi Turun

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menyebutkan, selama adanya kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 11-25 Januari 2021 berdampak pada penurunan jumlah penumpang Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Kepala BPTJ Polana Pramesti mengatakan, dari empat terminal yang dikelola BPTJ Terminal Jatijajar, Depok mengalami penurunan penumpang bus AKAP paling signifikan.

"Pada 10 hari pertama Januari 2021, jumlah penumpang bus AKAP di Terminal Jatijajar mencapai 331 orang per hari. Tetapi selama PPKM menurun 29,2 persen atau menjadi 220 penumpang setiap harinya," kata Polana.

Selain itu Polana mengungkapkan, penurunan penumpang juga terjadi di Terminal Poris Plawad yang pada 10 hari pertama di Januari 2021 memiliki jumlah penumpang 441 orang per hari menjadi 379 orang per hari atau turun 14,05 persen selama PPKM.

"Kemudian di Terminal Baranangsiang dan Pondok Cabe juga mengalami penurunan. di Terminal Baranangsiang jumlah penumpang per hari mencapai 200 orang, di 10 hari bulan Januari 2021 dan selama PPKM menurun menjadi 172 orang per hari," ucap Polana.

Untuk Terminal Pondok Cabe, setiap harinya di 10 hari pertama Januari 2021 jumlah penumpang per hari 42 orang dan selama PPKM jumlah penumpang hanya 36 orang per hari. Polana mengungkapkan, PPKM ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diterapkan oleh pemerintah sebelumnya yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),

"Tentunya kebijakan ini merupakan langkah pemerintah dalam melakukan pencegahan penyebaran Covid-19 agar tidak meluas," kata Polana.

Ia juga berharap, penurunan jumlah penumpang bus AKAP ini menjadi salah satu sikap yang bijak dan bertanggung jawab dari masyarakat dengan mengatur perjalanannya. "Karena mengingat pandemi Covid-19 ini belum diketahui kapan akan berakhir," ucap Polana.****

Penulis: TribunNetwork/har/nas/wly

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved