Virus Corona di Sumsel
Menkes Budi Sadikin Sebut Testing Covid-19 Salah, Epidemiolog Sumsel: Testing 'Kejar' Kasus Suspek
Menteri Kesehatan RI, Budi Sadikin menyebutkan bahwa upaya testing Covid-19 di Indonesia salah secara epidemiologi.
Penulis: maya citra rosa | Editor: Yandi Triansyah
Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Menteri Kesehatan RI, Budi Sadikin menyebutkan bahwa upaya testing Covid-19 di Indonesia salah secara epidemiologi.
Hal ini karena testing yang tinggi selama ini hanya menyasar pada orang yang itu-itu saja.
Dimana satu orang bisa dites hingga berkali-kali dan masuk dalam hitungan testing Covid-19.
Seperti halnya testing dalam perjalanan melalui jalur udara, testing dapat dilakukan berulang-ulang tergantung berapa kali orang tersebut pergi.
Hal tersebut dinilai tidak efektif untuk masuk dalam hitungan testing, karena seharusnya dites adalah suspek Covid-19.
Menanggapi hal tersebut, Ahli Epidemiologi Sumsel, Dr Iche Andriyani Liberty SKM M Kes mengatakan bahwa permasalahan Tracing, Testing dan Treatment (3T) memang masih menjadi masalah dalam penanggulangan Covid-19.
Mulai dari tracing yang dilacak tidak secara masif, testing yang mana kapasitasnya belum sesuai dengan target WHO, terkadang dalam sisi waktu testing juga belum optimal.
Bahkan treatment dalam hal ini isolasi mandiri yang mendominasi, tapi belum diimbangi dengan fasilitas dari pemerintah yang memadai.
Iche sepakat statement Menkes Budi Gunadi yang menegaskan bahwa testing yang 'dikejar' adalah kasus suspek.
Suspek adalah orang yang memiliki gejala batuk pilek, demam atau sakit tenggorokkan yang memiliki riwayat perjalanan ke wilayah penyebaran Covid-19 maupun memiliki riwayat kontak dengan penderita Covid-19.
"Namun yang juga jangan sampai lupa testing mereka yang kontak erat dengan orang yang terkonfirmasi Covid-19," ujarnya, Rabu (27/1/2021).
Iche menjelaskan idealnya siapapun yang pernah kontak dengan orang yang positif terinfeksi, baik memiliki gejala atau tidak bergejala, harus dites.
Namun yang dikatakan testing yang salah sasaran adalah selama ini testing menjadi syarat bepergian, sehingga testing harus dilakukan beberapa kali bagi satu orang.
Sementara untuk Sumsel, mengenai data orang yang ditesting dalam perjalanan harus ditanyakan kepada pihak terkait, dan dianalisa terlebih dahulu berapa banyak kasus tersebut.