Pelaku Bom Bali 2002 Kini Bebas, Australia Berat Hati Terima Keputusan Indonesia, Dunia tak Adil
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan ini menjadi kesedihan bagi warga Australia yang keluarga dan temannya tewas
SRIPOKU.COM - Abu Bakar Ba'asyir telah dibebaskan dari Lapas Gunung Sindur sekitar pukul 05:30 pagi setelah Shalat Subuh, tim pengacara mengatakan kepada ABC, Jumat (8/1/2021).
"Prosesnya berjalan lancar, kita mengecek tekanan darahnya, semuanya baik," ujar Achmad Michdan, pengacara Ba'asyir.
"Kami menjemputnya ke dalam penjara, satu dokter, pengacara, dan putranya," jelasnya.
"Kita berada di sana sejak pukul 11 malam kemarin, tapi menunggu sampai Ustaz Abu Bakar Ba'asyir bangun pada pukul 03:00 pagi."
Sebelumnya tim kuasa hukum mengatakan jika Abu Bakar Ba'asyir akan dibebaskan antara pukul 08:00 pagi hingga 04:00 sore WIB.
Baca juga: Sriwijaya Air Jatuh, Ada Pasangan Pengantin Baru di Antara Penumpang Pesawat Naas
"Tapi secara teori ia sudah bebas sejak pukul 00:00 dan setelah pertimbangan kami ingin menghindari kerumunan," kata Achmad.
"Abu sudah lanjut usia dan jalanan akan macet di siang hari, jadi kita memutuskan untuk mengeluarkannya pukul 05:30 setelah shalat Subuh."
Kini Ba'asyir dalam perjalanan menuju kediamannya di Sukoharjo dengan didampingi keluarga dan tim pengacara dengan pengawalan oleh Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Rombongan Ba'asyir mengendarai satu minibus, dua kendaraan dan satu buah ambulans.
Menanggapi bebasnya Ba'asyir, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan ini menjadi kesedihan bagi warga Australia yang keluarga dan temannya tewas dalam peristiwa Bom Bali 2002.
"Ini sulit, dan menyayat hati, setelah menghabiskan waktu bersama keluarga para korban, dari pemboman yang mengerikan itu, "kata PM Morrison, Jumat (8/1/2021).
Tapi ia menyatakan Australia menghormati keputusan dan sistem peradilan Indonesia, meski tidak mudah untuk menerimanya.
Baca juga: Sriwijaya Air Jatuh, Ada Pasangan Pengantin Baru di Antara Penumpang Pesawat Naas
"Mereka telah dibebaskan sesuai dengan sistem peradilan Indonesia. Itu tidak mempermudah orang Australia untuk menerimanya," ujar PM Morrison.
"Mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan warga Australia sekarang akan bebas. Terkadang dunia tidak adil. "
Ba'asyir yang sekarang berusia 82 tahun sering disebut sebagai pemimpin spiritual jaringan Jemaah Islamiyah (JI) yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda. JI juga dituduh berperan besar dalam bom Bali pada 2002 yang menwaskan lebih dari 200 orang, 83 orang diantaranya adalah warga Australia.
Mereka juga dituduh menjadi dalang dalam serangan Hotel JW Marriot di Jakarta pada 2003 yang menewaskan 12 orang.
Reaksi warga Australia yang jadi korban Bom Bali 2002
Di Australia, beberapa keluarga yang anggotanya meninggal saat peristiwa Bom Bali 2002 menyampaikan kekhawatiran dengan pembebasan Ba'asyir.
alah satunya adalah Sandra Thompson, yang kehilangan putranya Clint yang tewas dalam ledakan bom tersebut.
Baca juga: Gara-gara Tukar Sandal, Seorang Remaja di Palembang Dikeroyok Kenalan, Kakak Lapor Polisi
Sandra mengatakan Ba'asyir adalah salah orang yang harus bertanggung jawab atas ledakan di kawasan Kuta yang terjadi 18 tahun lalu.
"Orang ini membunuh 202 orang dan sejumlah itulah hukuman seumur hidup yang harus dijalaninya," kata Sandra kepada ABC dari rumahnya di New South Wales.
Clint ketika itu sedang berada di Sari Club untuk merayakan masa berakhirnya kompetisi rugby bersama timnya Coogee Dolphins.
Sandra mengatakan meski peristiwa ledakan bom Bali sudah terjadi 18 tahun yang lalu, Ba'asyir masih tetap berbahaya.
"Dia akan kembali mengajarkan apa yang diajarkannya sebelumnya," kata Sandra.
"Dia tidak pernah mengatakan menyesal, dia tidak pernah meminta maaf. Dia masih berpikir dia melakukan hal yang benar."
Warga Australia lainnya adalah Jan Laczynski yang kehilangan lima rekannya dalam peristiwa Bom Bali.
Jan khawatir Ba'asyir akan kembali berdakwah dan menyebarkan kebencian lagi setelah dia dibebaskan.
Baca juga: Bawa 53 Penumpang 5 Anak-Anak dan 1 Bayi, Berikut Daftarnya, Penjelasan Maskapai dan Kemenhub
"Saya khawatir ini akan menjadi awal dari tindak terorisme di masa depan yang akan terjadi lagi, mengingat kekejaman yang dilakukannya di masa lalu," katanya kepada ABC.
Jan mengatakan mayoritas warga Indonesia adalah orang yang baik namun khawatir ada "satu persen" orang yang akan terpengaruh dengan ajaran Ba'asyir.
Ridwan Habib, seorang pengamat masalah keamanan di Indonesia mengatakan walau pengaruh Ba'asyir sudah melemah, namun anggota militan mungkin akan tetap menggunakan nama Ba'asyir.
"Ba'asyir adalah tokoh senior dalam gerakan ekstremis di Indonesia dan tidak mustahil nama besarnya akan digunakan oleh yang lain," katanya.
Jelang pemilihan presiden 2019, Presiden Joko Widodo pernah mempertimbangkan untuk membebaskan Ba'asyir lebih awal dengan alasan kesehatan, namun rencana itu dibatalkan ketika Ba'asyir dilaporkan menolak menyampaikan pernyataan kesetiaan terhadap Pancasila.
Baca juga: USIA PEsawat 26 Tahun Spek Sriwijaya Air, Sempat Lewati Ketinggian 11.000 Kaki, Ini Daftar Penumpang
Sementara itu, Rika Aprianti, Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, mengatakan Ba'asyir telah dibebaskan dengan menggunakan protokol kesehatan, termasuk melewati tes antigen dengan hasil negatif.
"Kegiatan pembebasan berjalan dengan aman dan lancar," dalam pernyataan yang disampaikan Rika.
Putra Ba'asyir, Abdul Rahim Ba'asyir sebelumnya mengatakan keluarga tidak akan menyiapkan penyambutan kedatangan Ba'asyir di kediamannya, yakni Pondok Pesantren Al Mukmin, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
"Kami memang tidak ingin ada penyambutan. Jadi kita juga tidak mau ada kerumunan masyarakat yang nanti malah memudaratkan [merugikan] orang banyak," kata Abdul kepada kantor berita Antara, Senin kemarin (4/1/2021).
Abu Bakar Ba'asyir dibebaskan setelah selesai menjalani hukuman vonis 15 tahun dikurangi remisi sebanyak 55 bulan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Abu Bakar Ba'asyir Bebas, PM Australia: Kadang Dunia Tak Adil"
