Berita Ogan Ilir

ALUMNUS Unsri Ini Jual Bibit Tanaman Hias dengan Harga Murah Meriah, Harga Aglonema Cuma Rp10 RIbu

Ia merupakan seorang sarjana lulusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Sriwijaya (Unsri) tahun 1999.

Editor: Welly Hadinata
Tribun Sumsel/Agung
Silahudin berdiri di antara tanaman hias yang di kediamannya di Desa Seri Bandung Kabupaten Ogan Ilir 

SRIPOKU.COM, INDRALAYA - Demam tanaman hias kini mewabah di banyak tempat.

Pecinta tanaman hias berlomba-lomba memburu berbagai jenis tanaman hias untuk dijadikan koleksi maupun dipajang di halaman rumah.

Namun harga tanaman hias yang relatif tinggi, membuat sebagian orang terutama yang tak punya banyak budget, berpikir dua kali untuk ikut-ikutan koleksi tanaman hias.

Melihat fenomena demam tanaman hias ini, seorang petani di Desa Seri Bandung, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, berinisiatif mengkreasikan bibit tanaman hias dan dijual dengan harga terjangkau.

Adalah Silahudin, pria 45 tahun asal Desa Seri Bandung yang telah bertahun-tahun menggeluti budidaya tanaman hias.

Sila, nama panggilannya, bukan pecinta tanaman hias karbitan atau seorang amatir yang sekedar punya kecintaan terhadap tanaman hias.

Ia merupakan seorang sarjana lulusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Sriwijaya (Unsri) tahun 1999.

Setelah lulus kuliah, Sila mempraktikkan ilmu Biologi yang dipelajarinya untuk diaplikasikan dalam bercocok tanam.

"Saya banyak mempraktikkan teknik budidaya tanaman hias seperti sambung pucuk, sambung samping, setek, cangkok dan lain-lain," kata Sila saat ditemui di kediamannya di Seri Bandung, Jumat (8/1/2021).

Baca juga: Tak Ada Aglonema dan Janda Bolong, Tanaman Suplir Masuk Daftar 9 Tanaman Hias Populer di 2020

Baca juga: Jangan Dipelihara Meski Cantik, 4 Tanaman Hias Ini Beracun, Mungkin Ada di Rumah Anda?

Baca juga: WAJIB Ada di Rumah, Inilah 6 Tanaman Hias yang Mampu Menyerap Racun, No 2 Mampu Serap Zat Berbahaya

Teknik tersebut dilakukan Sila setelah mempelajari sifat dan jenis pengembangbiakan tanaman.

"Ini tujuannya untuk memperbanyak jumlah tanaman spesies atau kultivar tertentu," ujar Sila.

Untuk memulai pengembangbiakan tanaman hias ini, Sila harus berkorban terlebih dahulu dengan membeli beberapa macam tanaman hias yang sudah 'jadi'.

Tanaman yang dibeli dengan biaya tak sedikit tersebut diantaranya Adenium atau biasa disebut Kamboja, Anthurium (kuping gajah), Bougenville (bunga kertas), Aglonema (sri rezeki), anggrek hingga keladi yang kini sedang tren.

Tanaman hias tersebut lalu dibedah beberapa bagian untuk dijadikan bibit tanaman baru.

"Seperti bunga kertas yang dicangkok. Setelah selesai prosesnya selama 50 hari dan sudah tumbuh akarnya, kita potong dari batangnya, lalu ditanam," ungkap Sila.

Begitu juga dengan teknik pengembangbiakan tanaman lainnya seperti setek dan sambung batang, juga dilakukan dalam kurun waktu beberapa minggu.

"Setek bunga Kamboja misalnya, ini untuk variasi warna bisa sampai satu bulan," kata Sila.

Selain karena memiliki pengetahuan soal tanaman, Sila mengaku semakin banyak praktik, maka makin banyak pengetahuan baru yang didapatnya.

Setelah bibit tanaman tumbuh dan menghasilkan daun maupun bunga yang elok, barulah tanaman hias ini dijual dengan harga di bawah pasaran.

"Harga Adenium setinggi 40 sentimeter misalnya. Bonggol atau dasar batangnya sudah jadi jumbo, berotot istilah, alur dahannya meliuk-liuk, bunganya beberapa sudah bersemi. Ini saya hargai Rp 100 ribu saja," ujar Sila.

Di pasaran, kata Sila, harga Adenium dengan kriteria tersebut bisa mencapai minimal Rp 250 ribu.

Begitu juga dengan macam-macam bunga lainnya seperti bunga kertas tiga warna setinggi 50 sentimeter dengan diameter batang 10 sentimeter, dijual dengan harga di bawah Rp 100 ribu.

Biasanya, bunga kertas dengan kriteria tersebut dijual seharga dua kali lipat dibanding yang dijual Sila.

Bahkan ada Aglonema yang kini banyak diburu orang, dijual hanya Rp 10 ribu.

"Untuk beberapa jenis tanaman tertentu seperti Aglonema, ukuran yang saya jual lebih kecil di banding pasaran. Tapi saya juga kasih gambaran ke pembeli bahwa tanaman hias ini kalau sudah tumbuh besar pasti cantik sekali," terang Sila.

"Jadi kita upayakan tanaman hias mahal dapat terjangkau harganya. Caranya dengan saya beli bibit tanaman dan diolah sendiri bibit itu hingga menghasilkan batang-batang tanaman serupa," imbuhnya.

Selain sebagai sarana niaga, penjualan tanaman hias ini, bagi Sila sebagai sarana berbagi sesama.

Ia mengaku senang jika pecinta tanaman dapat memiliki tanaman hias yang diinginkan dengan harga terjangkau.

"Saya senang kalau orang yang tadinya tidak kesampaian, jadi kesampaian punya tanaman hias. Apalagi kalu berhasil, 'Sila, bibit yang kamu jual sudah tumbuh dan berbunga'," kata Sila seraya tersenyum.(Agung/TS)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved