Berita Pagaralam
11 Pendaki Diblacklist Selama 2 Tahun tak Boleh Mendaki Gunung Dempo Pagaralam, Ini Pelanggarannya!
melanggar Standar Oprasional (SOP) pendakian yang telah ditetapkan dan Ilegal, 11 orang pendaki Gunung Merapi Dempo diblacklist
Penulis: Wawan Septiawan | Editor: Welly Hadinata
Laporan wartawan Sripoku.com, Wawan Septiawan
SRIPOKU.COM, PAGARALAM - Diduga karena dianggap melanggar Standar Oprasional (SOP) pendakian yang telah ditetapkan dan Ilegal, 11 orang pendaki Gunung Merapi Dempo di blacklist Balai Registrasi Gunung Merapi Dempo (Brigade).
Hal ini seperti disampaikan Ketua Brigade Arindi, yang membenarkan jika ada 11 pendaki yang diberi sanksi blacklist oleh pihaknya, diantanya 3 orang diantaranya adalah pendaki asal Kota Pagaralam dan 8 orang pendaki lainnya adalah pendaki dari Provinsi Bengkulu.
Penyebab di blacklistnya 11 pendaki tersebut berawal pada tanggal 29 Desember 2020 lalu, pendaki tersebut melakukan registrasi di posko Brigade yang ada di Kampung IV, dan totalnya adalah 6 orang dengan tujuan hanya untuk ngecamp di Kampung IV.

Baca juga: 40 Karung Sampah Dikumpulkan dari Kawasan Gunung Dempo, BRIGADE Ketatkan Peraturan Bagi Pendaki
Baca juga: Kisah Emak-emak Daki Gunung Dempo, Tanam Prasasti Memoriam Anak dan Menantu: Jejakmu Abadi Disini
Baca juga: Seorang Ibu dari Jambi Penuh Perjuangan Mendaki Gunung Dempo Pagaralam, Alasannya Bikin Haru!

"Namun bukanya ngecamp di Kampung IV, pendaki tersebut malah nekat melakukan pendakian ke Puncak Gunung Merapi Dempo, yang pada tanggal tersebut jalur pendakian ditutup berdasarkan himbauan Polres Pagaralam," katanya.
Dijelaskan Arindi diketahui mereka ini melakukan pendakian pada tanggal 31 Desember 2020, dan mirisnya lagi ternyata jumlah mereka ternyata tidak sesuai dengan yang di registrasi di Posko Brigade yang melapor 6 orang, yang ternyata jumlahnya ada 11 orang.
Setelah ada orang tua salah satu dari mereka yang melapor ke posko Brigade, bahwa anaknya sudah beberapa hari tidak pulang dan memberikan kabar bahwa anaknya sudah berada di Shalter I dan II jalur pendakian dan minta untuk dievakuasi.
"Berbekal laporan dari orang tua pendaki tersebut tim Brigade langsung membagi tim menjadi dua untuk melakukan evakuasi," jelasnya.
Namun pada saat sudah melakukan pendakian untuk mengevakuasi pendaki tersebut, terdengar kabar ternyata mereka turun lewat jalur Tugu Rimau yang merupakan bukan jalur resmi Dempo (ilegal).
"Dan Brigade kembali menerjunkan tim ketiga untuk menjemput kesebelas orang tersebut di Tugu Rimau, dan ternyata benar adanya kalau mereka ada disana," ungkapnya.
Menyikapi kejadian ini, pihaknya menegaskan, bahwa apa yang sudah dilakukan oleh kesebelas orang pendaki ini tidak hanya melanggar peratutan yang ditetapkan oleh Brigade namun juga sudah tidak mengindahkan himbauan Polres Pagaralam.
"Dan sebagai sanksi dan tindakkan tegas kesebelasnya di Blacklist tidak boleh melakuan pendakian selama 2 tahun terhitung 5 Januari 2021 sampai 5 Januari 2023," pungkasnya.
Seorang Ibu dari Jambi Penuh Perjuangan Mendaki Gunung Dempo Pagaralam
Kisah seorang ibu berjuang mendaki gunung demi kenang setahun kematian putranya membuat haru publik.
Hal ini lantaran kasih seorang ibu tak pernah hilang dan tak akan lekang oleh waktu.
Jika masih ingat dengan kisah dua orang pendaki yang hilang di Gunung Dempo di Pagaralam Sumsel, salah satu korbannya merupakan anak dari ibu tersebut.
Anaknya yang merupakan pendaki asal Jambi tersebut sempat hilang di Gunung Dempo bersama dengan rekannya.
Bu Hasnah merupakan ibu dari pendaki yang meninggal dunia di Gunung Dempo pada 2019 silam.
Kendati sudah satu tahun berlalu, Bu Hasnah berjuang mendaki Gunung yang sama tempat anaknya wafat demi mengenang putranya itu.
Kegiatan pendakian kali ini diikuti Bu Hasnah bersama anggota keluarga lainnya.
Mereka bertujuan memasang tanda di lokasi penemuan jasad anaknya.
Berdasarkan informasi, pendakian itu dilakukan tepat setahun meninggalnya dua pendaki M Fikri dan Jumadi di Gunung Dempo pada 15 Oktober 2019.
Bu Hasnah sendiri merupakan ibu dari salah satu pendaki malang tersebut.
Sebuah perjuangan sosok wanita kuat, dengan penuh semangat untuk melihat tempat terakhir almarhum Jumadi dan Fikri yang menghembuskan nafas terakhir di puncak Gunung Dempo 1 tahun silam.
Langkah demi langkah, ibu lalui dengan trek yg cukup ekstrem.
Alhamdulillah dengan semangatnya dan tujuan utama untuk memasangkan plakat memoriam kedua almarhum di puncak Gunung Dempo berhasil dilaksanakan.
Kasih seorang ibu terlihat tulus dan ikhlas, meski saat mendaki diguyur hujan.
Baca juga: 7 Kasus Pendaki Gunung di Indonesia Hilang Misterius, Selama 30 Tahun Jejak & Jasad tak Ditemukan

Sebelumnya diberitakan jika wasiat terakhir M Fikri merupakan firasat dari ibunya.
Cerita dari ibu korban, yakni M Fikri pendaki yang sempat hilang di Gunung Dempo memang membuat pilu yang mendengarkan.
Wasiat terakhir M Fikri kepada ibunya disebut-sebut sebagai pesan terakhir.
Bahkan sang ibu korban sudah merasakan itu dan mendapatkan firasat, ketika sang anak hendak berangkat dan seolah itu merupakan Wasiat Terakhir M Fikri.
Sementara itu, Proses pencarian Pendaki Hilang di Gunung Dempo sejak 15 Otober 2019 yaitu M Fikri (19) dan Jumadi (26) sampai hari ini terus dilakukan oleh Tim Mandiri Gabungan.
Namun saat proses pencarian Tim berhasil menemukan dua sosok mayat yang berada di kawasan Kawah Gunung Api Dempo (GAD) Minggu (3/11/2019).
Kabar adanya penemuan mayat ini membuat Ibu dari M Fikri sekaligus mertua dari Jumadi Hj Hasna Abdul Hamid terkejut.
Bahkan, ibu dari empat orang anak ini langsung menuju lokasi tim yang akan mengevakuasi jenazah tersebut, karena terkait dengan berita Pendaki Hilang di Gunung Dempo, dan berharap itu merupakan anaknya.
"Jika ini sudah ketentuan dari Allah saya sudah tidak bisa menolak," jawabnya saat ditanya bagaimana jika kedua jenazah tersebut merupakan Fikri dan Jumadi.
Namun Ibu Fikri ini sempat menceritakan jika sebelum berangkat mendaki Gunung Dempo Fikri sudah lama izin dengan dirinya.
Seolah itu merupakan Wasiat Terakhir M Fikri.
"Ma ulang tahun Fikri nanti aku tidak mau hadiah, tapi cuma mau minta diizinkan naik ke Puncak Dempo," cerita Hj Hasna.
Hal inilah yang membuat dirinya sangat sedih karena sebelum pergi pun Fikri sempat mencium dirinya dengan kencang. Karena dia mendapatkan firasat itu Wasit Terakhir M Fikri anaknya.
"Dia biasa cium saja jika akan pergi dan pulang dari berpergian. Namun kali itu dia mencium saya dengan kuat sampai mengeluarkan suara." katanya.
"Saya tetap berharap anak saya bisa pulang dengan selamat," katanya.
Sebelumnya, Proses evakuasi penemuan mayat dikawasan kawah Gunung Dempo sudah dihentikan karena terkendala waktu. Tim hanya bisa mengevakuasi satu jenazah yang pertama kali ditemukan.
Sedangkan untuk jenazah yang kedua akan dievakuasi besok (Senin 4/11/2019) oleh tim yang saat ini masih standby dikawasan pelataran Gunung Dempo.
Informasi yang dihimpun sripoku.com, Minggu (3/11/2019) menyebutkan, saat ini tim sudah mulai melakukan evakuasi untuk jenazah pertama. Ada sekitar 20 anggota tim yang melakukan evakuasi jenazah pertama untuk dibawa turun ke Tugu Rimau.
"Tim sudah berhasil mengevakuasi jenazah suvivor yang pertama dan saat ini sudah mulai dibawa menuju ke Tugu Rimau," ujar Otek Cemehe Koordinator Tim Pencari.
Sedangkan untuk jenazah yang ditemukan kedua evakuasi akan dilanjutkan besok, Pasalnya tim sudah tidak bisa lagi karena hari sudah mulai gelap.
"Jenazah kedua akan dievakuasi besok, pasalnya waktu sudah tidak memungkinkan lagi. Sudah gelap dan kemalaman," katanya.
Pencarian Pendaki yang Hilang Akhirnya Ditemukan
Saat itu, Kapolres Pagaralam, AKBP Dolly Gumara SIk melalui Kapolsek Pagaralam Selatan, Ipda Erwin Sudiar didampingi Kepala Pos Basarnas Pagaralam Lettu SAR Alparis serta Waka Korlap Tagana menutup serta mengucapkan terima kasih kepada Tim SAR Gabungan yakni, Tim Evakuasi Gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Basarnas, Wanadri, Tagana, BPBD, FORPA dan Relawan Pendaki yang telah bekerjasama melakukan upaya pencarian sampai evakuasi terhadap Dua Pendaki Asal Jambi yang Hilang.
Seperti diketahui Tim SAR merupakan tim gabungan diantaranya adalah Tim Wanadri melakukan evakuasi selama 15 jam terhadap jenazah terakhir yang diketahui merupakan M Fikri, sebelumnya Tim SAR bersama Tim Evakuasi Gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Basarnas, Wanadri, Tagana, BPBD, FORPA dan Relawan Pendaki, sudah mengevakuasi Jenazah Jumadi, Dua Pendaki Asal Jambi yang Hilang di Gunung Dempo Pagaralam.
"Saya pribadi mengapresiasi atas apa yang dilakukan oleh tim SAR Gabungan selama 15 hari. Tim berjibaku dalam mencari Dua Pendaki Asal Jambi yang Hilang di Gunung Dempo, sampai melalukan evakuasi jenazahnya," ujarnya.
Dia mengatakan, setelah diidentifikasi kedua Jasad yang dievakuasi merupakan jasad Dua Pendaki Asal Jambi yang Hilang di Gunung Dempo Pagaralam. Yakni, M Fikri Sahdilah (19) dan Jumadi (26) pendaki asal Muara Bungo Jambi yang diduga terjatuh di lereng kawah Gunung Dempo Kota Pagaralam.
Meski pihak keluarga tidak mau diotopsi, namun pihak Polres Pagaralam tetap melakukan investigasi terkait Dua Pendaki Asal Jambi yang Hilang di Gunung Dempo.
"Pihak keluarga tidak mau di otopsi dikarenakan pihak keluarga keberatan. Namun kita dari Polres Pagaralam tetap akan melakukan investigasi terhadap kedua pendaki asal Muara Bungo Jambi ini," katanya.
KRONOLOGIS
Sebelumnya, Dua orang pendaki Gunung Dempo asal Kabupaten Bungo Provinsi Jambi dikabarkan hilang kontak sejak 15 Oktober lalu saat melakukan pendakian di Puncak Gunung Dempo.
Dikabarkan dua pendaki tersebut yaitu M Fikri Sahdiah (19) dan Jumadi (26). Keduanya los kontak sejak 7 hari lalu dan sampai saat ini belum diketahui kondisi dan keberadaannya.
Informasi yang dihimpun dari anggota Tagana Resque Kota Pagaralam, Arindi. Pihak membenarkan kabar tersebut dan mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini tengah melakukaan koordinasi bersama pihak Basarnas kota Pagaralam dan Polres Pagaralam untuk menyusun rencana pencarian.
"Ya benar ada dua pendaki yang los kontak saat mendaki Gunung Dempo. Orang tua para pendaki yang hilang kontak saat ini sudah bersama kami untuk mencari tahu keberadaan anak-anaknya," ujarnya.
Informasi yang dihimpun sripoku.com, Selasa (22/10/2019), para pendaki asal kabupaten Bungo Jambi ini tiba di Kota Pagaralam pada 13 Oktober lalu dan melakukan pendakian pada 15 Oktober.
Jika dihitung sejak tanggal pendakian maka ketiga orang tersebut telah hilang kontak selama kurang lebih 7 hari.
Maka kemudian dibentuk Tim Evakuasi Gabungan Relawan TNI, Polri, Wanadri, Tagana, Forpa dan Relawan pendaki akhirnya berhasil mengangkat salah satu jenazah pendaki gunung api dempo asal muaro bungo jambi.
Proses evakuasi yang berlangsung dramatis tersebut berhasil membawa jasad salah jasad yang diduga bernama Jumadi (26) turun ke tugu rimau Pagaralam pada Senin (4/11/2019) pukul 00.13 WIB.
Antok Koordinator Tim Evakuasi Gabungan Relawan menjelaskan, evakuasi semalam alhamdulillah berjalan lancar. Hanya saja medan yang terjal menjadi kendala ditambah lagi suplai logistik setiap pos estafet tidak ada sehingga tim kondisinya kurang fit.
"Alhamdulillah Tim berhasil melakukan evakuasi salah satu jenazah. Tim gabungan evakuasi alhamdulillah tidak ada yang cedera," katanya.
Menurutnya, pihaknya baru berhasil mengevakuasi satu jenazah sedangkan satunya lagi yang sudah ditemukan tidak jauh dari yang pertama akan dilakukan evakuasi hari ini.
"Karena kondisi sudah malam maka kita hanya bisa mengevakuasi satu mayat sedangkan satunya akan kita evakuasi hari ini," ujarnya.
Saat ini tim sudah bergerak pada Pukul 07.00 WIB untuk di lereng Dempo untuk membawa jasad kedua ke atas lereng sedangkan untuk setiap Pos dibantu oleh BPBD serta damkar sebagai backup Tim.
"Untuk saat ini jasad kedua belum kita ketahui identitasnya semua wewenang pihak kesehatan dan Polres Pagaralam yang mengidentifikasinya nanti," jelasnya.
Sementara itu Koordinator Tim Wanadri, Otek Cemehe mengatakan, bahwa berdasarkan identifikasi dari pihak keluarga Jenazah yang pertama dibenarkan merupakan pendaki yang hilang atas nama Jumadi.
"Keluarga membenarkan jika itu Jumadi karena terlihat dari struktur giginya yang memiliki taring," ujarnya
Diperkuat Sejumlah Alat Bukti
Dua mayat atau jenazah yang ditemukan tim pencari dua pendaki yang hilang di Puncak Dempo Jumadi (26) dan M Fikri (19) sejak 15 Oktober 2019 lalu diduga kuat merupakan dua pendaki yang selama ini dicari oleh tim SAR gabungan dan Tim Mandiri.
Hal ini diperkuat dengan sejumlah alat bukti yang ditemukan oleh tim saat melakukan pencarian. Selian itu dari pakaian yang dipakai oleh kedua mayat yang ditemukan hampir sama dengan draf daftar bawaan yang dibawa kedua pendaki yang hilang. Namun untuk bisa memastikannya harus diidentifikasi lebih dalam oleh pihak berwenang.
Informasi yang dihimpun sripoku.com, Minggu (3/11/2019) kecurigaan tim bahwa kedua mayat tersebut merupakan kedua pendaki yang hilang yaitu dari temuan Kalung dan Tracking Pole milik Jumadi dan satu sepatu gunung milik Eiger yang diduga milik Fikri.
Koordinator Tim Wanadri Fandi alias Otek Cemehe mengatakan, jika berdasarkan temuan-temuan barang milik kedua pendaki sebelum ditemukan dua jenazah tersebut diduga kuat jika jenazah yang ditemukan benar kedua pendaki yang hilang.
"Temuan Tracking Pole dan kalung milik Jumadi tidak jauh dari lokasi penemuan jenazah yang pertama. Selain itu tim juga menemukan sepatu merk Eiger yang diduga milik Fikri," ujar Otek.
Dijelaskan Otek berdasarkan list barang atau peralatan yang dibawa pendaki hilang atas nama Jumadi yaitu Hp Nokia, Hp Xiaomi, Jaket REI warna Hitam Merah, Ransel warna merah abu-abu merk Eiger, Sandal Gunung Merk Rei, Tenda Eiger warna Orange, Tas kecil warna hitam merk REI, celana parasut warga hitam 2 lembar, Tracking Pole, Kalung emas liontin tulang dan Celana lapangan warna coklat.
"Dari list yang kita dapat saat ini salah satu jenazah ditemukan dengan menggunakan celana lapangan warna coklat," jelasnya.
Sedangkan list barang yang dibawa oleh pendaki hilang atas nama M Fikri yaitu HP Xiaomi MI 8, Hp Oppo A57, ransel warna hitam orange, jaket warna hitam abu-abu, sandal gunung merek Eiger warna hitam coklat, tas kecil warna coklat merk Eiger, celana hitam atau abu-abu merk pelyoyx bias panjang bias pendek atau dipotong, dan sepatu merk Eiger.
"Jenazah yang ditemukan juga sedang menggunakan sepatu merk Eiger dan celana abu-abu pendaki yang diduga dipotong," ujar Otek.
Pencarian Tim Wanandri berlanjut, dua mayat pun ditemukan.