Puncak Musim Hujan, Daerah Dataran Tinggi di Sumsel Waspada Potensi Banjir dan Tanah Longsor

Kondisi cuaca buruk disebabkan oleh adanya La Nina, yang menerpa sejumlah wilayah tanah air pada musim hujan tahun ini.

Penulis: Odi Aria Saputra | Editor: RM. Resha A.U
SRIPOKU.COM/BPBDOKUT
Suasana Desa Burnai Mulia saat terendam banjir, beberapa waktu lalu. (Foto hanya ilustrasi, tidak terkait berita) 

Laporan wartawan Sripoku.com, Odi Aria

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Sejak sepekan terakhir, beberapa daerah di Indonesia mulai diterjang bencana alam banjir bandang dan longsor.

Kondisi cuaca buruk disebabkan oleh adanya La Nina (fenomena suhu permukaan laut yang menurun sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik di garis khatulistiwa, berupa penurunan suhu tersebut sebanyak 3° hingga 5° C dari suhu normal) yang menerpa sejumlah wilayah tanah air pada musim hujan tahun ini.

Baca juga: Prakiraan Cuaca di Sumsel Minggu 27 Desember 2020, Ada Potensi Hujan Petir Sejak Siang Hari

Baca juga: JALANAN Seperti Sungai, Mobil Hanyut, dan Warga Terjebak di Lantai 2: BANDUNG Diterjang Banjir

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel menilai, sejumlah wilayah di Bumi Sriwijaya khususnya di daerah dataran tinggi juga berpotensi terkena bencana alam banjir dan longsor.

Pasalnya, saat ini intensitas hujan mulai tinggi kondisi itu ditakutkan akan menyebabkan longsor dan banjir bandang di beberapa daerah.

"Masyarakat di wilayah dataran tinggi harus selalu berhati-hati karena kondisi tanah di daerah tersebut labil. Apalagi saat ini intensitas hujan tengah tinggi," kata Kepala Bidang Penanganan Darurat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Ansori, Minggu (27/12/2020).

Baca juga: Hati-hati Penipuan Giftcard Alfamart, Voucher Belanja Lewat Survei Rp. 800 Ribu, Ternyata Hoaks

BPBD Sumsel memetakan, daerah dataran tinggi yang memiliki kondisi rawan adalah OKU Selatan, Lahat, Pagar Alam, Muara Enim, dan Empat Lawang.

Ansori menyebut, berkaca dari tahun sebelumnya puncak musim hujan dengan intensitas tinggi bakal terjadi pada Akhir Desember sampai Januari.

Ia mengungkapkan, ciri-ciri banjir bandang maupun longsor sering terjadi ketika curah hujan tinggi, dengan kondisi sungai yang keruh, ataupun tanda lainnya air di sungai kecil seperti tersumbat.

Baca juga: Dulu Gagal Jadi Polisi, Penyanyi Asal Baturaja OKU Ini Sukses Jadi Musisi Ternama, Begini Kisahnya

Jika mendapati tanda seperti itu diharapkan masyarakat waspada dan menjauhi wilayah sungai dan wilayah perbukitan.

"Jika ada sumbatan biasanya akan disusul banjir bandang. Lalu suara gemuruh itu tanda longsor, jadi waspadai ciri-ciri ini. Ditakutkan kalau bencana terjadi di malam hari, orang sedang tidur dan tidak ketahuan terjadi bencana," ungkap Ansori.

Ansori menambahkan, untuk di dataran rendah Sumsel BPBBD Sumsel mengaku yang harus diwaspadai adalah banjir kiriman dari hulu dan pengaruh pasang surut terutama wilayah yang langsung berhadapan dengan pantai timur Sumatera.

Baca juga: Video Selain Objek Wisata, Wisatawan Juga Serbu Ini di Pagaralam

Untuk di dataran rendah pengaruh pasang surut dan meningkatnya air sungai tidak terlalu berbahaya jika dibanding pengaruh perubahan iklim di dataran tinggi.

"Sejauh ini ada tiga wilayah yang telah menetapkan status siaga bencana yakni, Muara Enim, Pali, dan Muara Enim," ujarnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved