Pengejaran Kelompok Ali Kalora
Semboyan Kelompok Ini: "Membunuh atau Dibunuh", Anak Kandung Santoso Gabung: Ini Jejak Rekamnya
Ali Kalora mampu menghindar dari kejaran aparat TNI-polisi dengan "menyamar menjadi warga lokal".
- Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang
Melihat keganasan Ali Kalora cs, mengundang tanya publik. Siapa Ali Kalora sebenarnya? dan rekam jejak kelompok teroris tersebut.
Melansir Kompas.com berjudul Jejak Ali Kalora, Pemimpin MIT yang Diduga Terlibat Teror di Sigi, Kerap Menyamar Jadi Warga Lokal, berikut informasi seputar Ali Kalora dan kelompoknya,
Ali Kalora dikenal sebagai pemimpin kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Ali Kalora menjadi pemimpin MIT sejak tahun 2016 menyusul ditangkapnya pentolan MIT, Basri alias Bagong, pada tahun 2016.
Pada tahun yang sama, Santoso alias Abu Wardah tewas dalam penyergapan aparat keamanan tahun 2016.
Dilansir dari BBC Indonesia, Ridlwan Habib, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia saat wawancara dengan BBC Indonesia pada Rabu (2/1/2019), menilai Ali Kalora tidak memiliki pengaruh sekuat Santoso, yang mampu merekrut puluhan orang.
Namun, nama Ali Kalora mulai disebut-sebut lagi setelah temuan mayat tanpa kepala di Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Montong, Sulteng, pada Januari 2019.
Ia mengatakan, Ali Kalora memiliki kemampuan bertahan hidup dalam pelarian.
"Dengan logistik yang terbatas, Ali Kalora bisa menjadi apa saja, menyamar menjadi warga lokal, bahkan petani, dan jalan sejauh itu," tambahnya.
Sosok Ali Kalora ini, menurutnya, berbeda jauh dengan bekas pemimpin MIT, Santoso, yang tewas dalam baku tembak dengan TNI-polisi dua tahun lalu. Yang disebut terakhir ini memiliki keahlian propaganda.
Sedangkan Ali Kalora mampu menghindar dari kejaran aparat TNI-polisi dengan "menyamar menjadi warga lokal".
Sementara itu, Al Chaidar, pengamat terorisme serta staf pengajar di Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, meyakini bahwa Ali Kalora kini merupakan satu-satunya pemimpin MIT yang tersisa.
Sebagai pemimpin baru MIT, Ali Kalora disebutnya "tidak memiliki pengaruh yang kuat seperti Santoso".
"Karena sepanjang 2018, hanya menyisakan sekitar empat orang anggota, kemudian bertambah satu orang, sehingga menjadi lima orang," kata Chaidar.