Generasi Baby Boomers
Mengenal Generasi Baby Boomers, X, Y, Z Dan Alpha
Akhir-akhir ini kita cukup penat disuguhi berita-berita Covid-19, Pilkada serentak, Pilpres Amerika Serikat (AS).
Oleh : Dr. Ir. H. ABDUL NADJIB.,MM
Dosen FISIP UNSRI / Pemerhati Kebijakan Publik Daerah
Akhir-akhir ini kita cukup penat disuguhi berita-berita Covid-19, Pilkada serentak, Pilpres Amerika Serikat (AS).
Selain itu berita kontroversial HRS menikahkan putrinya dengan mengundang ribuan tamu, serta minggu lalu berita OTT KPK atas Menteri KKP.
Untuk sedikit merelaksasi diri, mari kita mengenal klasifikasi generasi di era perkembangan teknologi dan informasi yang bergulir sangat cepat.
Kita mungkin pernah mendengar istilah Baby Boomers, Gen X, Gen Y (Millenials), dan Gen Z, serta Gen Alpha.
Generasi dapat digolongkan oleh struktur keluarga, tahap kehidupan atau peristiwa sejarah.
Tapi yang paling sering, mereka dikategorikan berdasarkan “kohort” yaitu orang-orang yang memiliki karakteristik atau pengalaman yang sama dalam periode tertentu, seperti waktu lahir mereka.
Label generasi tersebut dianggap memiliki pengalaman, perilaku, dan cita-cita yang sama. Yang dikenal sebagai “efek kohort”.
Perkembangan teknologi dan informasi selama ini telah berimbas pada lahirnya lima generasi yang lahir dari tahun 1946 sampai 2020, yaitu generasi Baby Boomers (1946–1964), Generasi X (1965–1976), generasi Millenials atau Generasi Y (1977–1997), dan generasi Internet atau yang disebut Generasi Z (1998–2010), serta Generasi Alpha (2010–2020).
Setiap generasi memiliki perilaku dan karakteristik berbeda mengikuti perkembangan teknologi dan informasi.
1. Generasi Baby Boomers
Generasi ini hidup setelah Perang Dunia II, saat ini telah beusia antara 56–74 tahun.
Disebut Baby Boomers karena rentang waktu generasi ini hidup, terjadi peningkatan jumlah kelahiran di seluruh dunia.
Karena ini generasi pasca perang, maka visi membangun menjadi sangat kental. Generasi ini lahir dan besar di masa sebelum internet.
Teknologi komunikasi yang dikenal kala itu berupa telepon rumah, telegram, dan facsimile awal. Bila ada generasi ini yang saat ini masih up to date teknologi, layak diacungi jempol.
Itu pertanda mereka memiliki daya adaptasi yang tinggi.
Tapi umumnya generasi gaptek (gagap teknologi) karena sudah mulai sulit mempelajari teknologi baru.
2. Generasi X (the Baby Bust)
Generasi ini lahir saat mulai dikembangkan computer, video games, TV kabel, MTV dan internet, meski penggunaannya belum popular.
Saat ini Gen X berusia antara 44–55 tahun.
Bila kita mengenal dan menggunakan floppy disk alias disket, berarti kita termasuk generasi X.
Generasi ini juga mengalami masa kejayaan video games seperti Nintendo, Sega, Atari, ataupun Game ang Watch yang lebih dinenal dengan istilah ‘jimbot’.
Generasi X menganggap internet sebagai media yang tidak memerlukan kepakaran (non specialist media).
Mereka masih upto date teknologi terkini, karena tak mau ketinggalan jaman.
Hanya saja dalam era generasi ini masih berada dalam era kegelapan, dimana akses internet masih minim, lemot, dan sulit.
Maka kini mereka menikmati akses internet yang sudah cepat.
Mereka merasa bebas berpendapat melalui internet.
Tak heran generasi ini ramai dengan isu-isu kebebasan, ketidakpuasan, pemberontakan, dll.
Dampak dari generasi sebelumnya yang cenderung menghabiskan waktu untuk bekerja dan bekerja, generasi ini memiliki kecenderungan untuk enjoying life.
Mereka berusaha menjaga keseimbangan antara kerja dan kehidupan personal.
Ketidaksenangan akan birokrasi menjadi karakteristik mereka.
3. Generasi Y atau Generasi Milenium (the echo of the baby boom)
Generasi ini lahir bersamaan dengan gencarnya teknologi dgital dikembangkan.
Saat itu telah booming SMS, email, pesan instan (yahoo messenger, ICQ, dll).
Ketika mereka menanjak remaja, muncul media sosial seperti Friendster, MySpace, Facebook, Twiter, dll.
Game online juga mulai popular sehingga cukup banyak generasi Y yang menjadi gamer online.
Saat ini Gen Y berusia antara 23 - 43 tahun, baru memasuki dunia kerja, berdampingan dengan generasi Baby Boomers dan Generasi X.
Di Indonesia terdapat lebih dari 80 juta generasi Y pada tahun 2020, dan akan meningkat menjadi 30 juta pada tahun 2030.
Hal ini berarti pada tahun 2030 ada sekitar sepertiga penduduk Indonesia adalah Generasi Y.
Generasi Baby Boomers, X, dan Y merupakan tiga generasi yang bekerja dengan karakteristik, nilai inti, dan etika kerja yang cenderungtak sama.
Di Indonesia perbedaan life events antara Generasi X dan Y signifikan terletak pada perubahan teknologi yang begitu massif pada masa tumbuh kembang Generasi Y.
Ethic Resource center (2019) mengemukakan karakteristik Generasi X dan Generasi Y di tempat kerja sebagai berikut :
a. Generasi X,
· Karakteristik Positif : Wirausahawan, Fleksibel dan kreatif, Nyaman dengan Teknologi.
· Karakteristik Negatif : Skeptis dan sinis, Malas dan suka menghindar, Mempertanyakan sosok yang berotoritas.
· Perilaku di Tempat Kerja : Menginginkan keseimbangan hidup – kerja, menginginkan jam kerja yang fleksibel, Menginginkan struktur organisasi yang lebih fleksibel.
b. Generasi Y,
· Karakteristik Positif : Cerdas Teknologi, Terbiasa dan menghargai keberagaman, Multitasker.
· Karakteristik negatif : Kurang pondasi literasi dasar, Memiliki jangka perhatian yang pendek.
· Perilaku di Tempat kerja : Unggul dalam mengintegrasikan di tempat kerja, Menginginkan feedback dan pengakuan yang cepat.
Survei menunjukkan 51 % Generasi Y membutuhkan sosok pemimpin yang dapat menjadi coach /mentor bagi perkembangan kemampuan dan karirnya.
Sebagai coach, Generasi X berperan sebagai motivator, problem solver, inspirator, sekaligus pengarah Generasi Y dalam aktivitas kerjanya.
Generasi Y pada umumnya memiliki ciri berpikir strategis, inspiratif, inovatif, interpersonal, energyc, antusias, egaliter, digital native, dan berpotensi menjadi pemimpin yang kuat.
4. Generasi Z atau Generasi Internet
Generasi Z tumbuh dan hidup dalam kegencaran teknologi internet sehingga generasi ini disebut juga Naturally Gadget Generation, ataupun Platinum Generation.
Saat ini Gen Z berusia antara 10 – 22 tahun.
Bila Generasi X dan Y berhadapan dengan Isu workaholic, gaya hidup generasi Z akan diwarnai dengan speedaholic.
Anak-anak Generasi Z sangat tertarik dengan piranti digital kecil atau gadget yang dirancang canggih.
Bukan hal yang aneh lagi jika anak kelas 1 SD sudah mengerjakan PR nya di laptop.
Untuk berkomunikasi mereka lebih suka menggunakan telepon seluler pribadi.
Ketika bertambah usia, mereka membuka diri di internet untuk memperluas pertemanan dan memiliki komunitas baru.
Generasi Z menggunakan teknologi secara naluriah dan mereka memadukan bekerja, bermain, berinteraksi sosialdan hidup dirumah jadi satu.
Bagi mereka teknologi tak ubahnya seperti udara yang dihirup setiap bernafas.
Mereka tidak dapat membayangkan hidup tanpa teknologi.
Telah banyak penelitian tentang karakteristik Generasi Z, antara lain oleh Oblinger & Oblinger, 2015).
Beberapa karakteristik Generasi Z antara lain :
1). Digital literate;
2). Terhubung dunia luar via internet mobile;
3). Kecepatan;
4) Experential;
5). Interaksi sosial via internet mobile;
6). Kerja tim;
7) Struktur orientasi prestasi;
8). Keterlibatan dan pengalaman; dan
9). Visual dan Kinesthetic.
Karakter Generasi Z lebih tidak fokus dari generasi Millenial tapi lebih serba bisa, lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja, dan lebih wirausahawan.
Generasi Z saat ini masih berstatus siswa dan mahasiswa.
Menyikapi karakteristik generasi Z, maka guru dan dosen yang berasal dari Generasi Y, X maupun ada dari Generasi Babby Boomers harus dapat responsive dan adaptif dengan Generasi Z yang sangat tecknology minded.
5. Generasi Alpha
Pada tahun 2005 peneliti Mark McCrindle menciptakan istilah “ Generation Alpha” yang merupakan generasi abad 21 pertama, dan saat ini mereka beusia 10 tahun keatas.
Umumnya gen Alpha adalah anak-anak Generasi Millenials. Sekitar 2,5 juta generasi Alpha lahir setiap minggu.
Dan pada tahunn 2025 jumlah mereka membengkak menjadi sekitar 2 milyar.
Generasi Alpha diprediksi sebagai generasi paling berpengaruh dalam kehidupan manusia.
Ukurannya meski usia mereka masih sangat dini tapi dapat mempengaruhi putaran ekonomi dunia.
Mereka akan menjadi kaum terdidik, lebih akrab dengan teknologi dan akan menjadi generasi yang paling sejahtera.
Klasifikasi generasi dalam era perkembangan teknologi informasi ini menunjukkan bahwa perubahan dan perkembangan teknologi adalah suatu keniscayaan.
Kita harus cepat beradapasi, optimis dan yakin modal sosial dan energi kebangsaan akan kuat untuk melompat ke depan.
Saat ini bukan lagi yang kuat akan mengalahkan yang lemah tapi yang cepat akan mengalahkan yang lambat.
Bagi siapa saja yang tak dapat adaptif dalam perkembangan teknologi yang sangat cepat akan terlindas dan atau terdisrupsi dengan teknologi itu sendiri di abad 21.